Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

April (segera usai)

Tinggal menunggu hitungan jam dan kau akan berakhir Aku harus menunggumu selama dua belas bulan lagi Semua berjalan dengan cepat Dan aku (seolah) tak menyadarinya Semua sibuk dengan kesibukannya sendiri-sendiri Rasa rindu mulai menyeruak datang Kisah tentang dua, atau satu tahun yang lalu merayap mendekat Mengingatkan akan manisnya saat itu Dan kini semua seolah telah mencari jalannya Menikmati (atau seolah menikmati) pilihan yang telah mereka pilih Rencana akan masa depan telah mulai terdaftar dalam harapan masa depan Dengan segala doa dan harapan semoga tercapai. . . .

Seperti Mimpi

Secangkir single origins yang aku pesan malam ini seperti pilihan yang tepat, Aku yang suka memacu adrenalin, seolah malam ini semakin tertantang Semua berawal dari ketidak terencanaan Bukan sebuah hal baru, tapi inilah adanya Realita yang ada di tengah masyarakat Seperti sebuah mimpi... Aku menjadi bagian dari sebuah hal yang mungkin hanya dapat aku dengar Inilah kehidupan Dengan segala proses yang harus kita jalani & hadapi Sekali lagi ini seperti mimpi, Dan aku belum yakin adanya dengan yang terjadi Sebuah masa yang belum sepuluh tahun aku tinggalkan Tapi telah banyak yang terjadi Dan... Mungkin ini adalah sisi lain yang tak aku lihat dulu Kini aku tinggal menunggu kelanjutan kisahnya

Aku Juga

3. Dengan jalan kaki, aku lebih bisa mengamati. Jalan kaki memberiku banyak ide tulisan, jalan kaki bisa menaikkan sensitivitas hati dan inderaku, jalan kaki bisa mengubah perasaan dongkolku menjadi lebih dongkol atau sebaliknya, yang agak penting bagiku jalan kaki bisa memakai earphone, tambahan! jalan kaki bisa dengan cepat mengubah rute perjalanan.  Jadi, jangan salah sangka dulu bila aku menolak untuk diberi tumpangan.  (Ramadhani 2017, dari Bukan Aku Rindu) Tapi masih maukah kamu untuk aku antar? Hanya beberapa ratus meter saja tentunya. Kawan berjalanmu mungkin kembali berkurang. Mereka kian suka menggunakan kuda besinya untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Tapi ingatlah suatu ketika mereka  pasti rindu untuk bisa memakai sekian meter bahu jalan yang ada. Dengan egoisnya berjalan berjajar, seolah jalan adalah milik kita. Sedikit tidak peduli dengan kendaraan lain yang lewat. Lalu apa kabar jalan yang biasa kita gunakan hari ini? Dulu, beberapa tahun yang lalu