Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Kata ‘Saya’ dan ‘Aku’

Beberapa tulisan terakhir saya di blog ini mungkin ada yang saya menggunakan kata ‘aku’ dan mungin beberapa ada yang menggunakan kata ‘saya’. Secara berlahan saya ingin konsisten untuk menggunakan kata ‘saya’. Melalui blog ini saya ingin belajar untuk membuat bahasa tulis yang formal tapi tidak kaku. Hal itu terinspirasi dari beberapa tulisan yang dibuat oleh Fiersa Besari ataupun beberapa penulis lain yang karyanya sempat saya baca. Fiersa Besari meskipun hanya menulis di media sosial tetapi tetap memiliki gaya bahasa yang formal. Dia sempat membahasnya di InstaStory beberapa saat yang lalu. Kenapa saya memilih belajar pembiasaan tersebut di sini? Sebab dalam keseharian lingkungan saya lebih banyak menggunakan kata ‘aku’. Saya besar dan tinggal hingga saat ini di lingkungan Jawa, sehingga hal itu menjadi wajar. Akan tetapi ketika saya berkunjung ke luar Pulau Jawa, terkadang saya menjadi sedikit merasa tidak nyaman ketika berbicara menggunakan kata ‘aku’. Entah kenapa ada s

Jika Rindu

Gambar
Kalau kangen jangan lupa cek blogku – 9 September 2018 Mungkin maksud dari pesan itu adalah dia ingin berpamitan kepadaku. Sebuah pesan untuk selalu menyapa dia melalui tulisan. Ya, sama seperti biasanya pun jika kami jauh maka tulisan menjadi perantara kami untuk berkomunikasi. Namun media yang kami gunakan berbeda. Melalu blog hanya saya yang akan tahu pakah saya sudah mengunjunginya atau belum dan jika saya tidak mengunjunginya pun dia tidak akan sakit hati. Kepulanganmu kali ini mungki berbeda dengan biasanya, sebab kamu tidak akan segera berangkat kembali ke kota ini. Tapi saya mencoba memaknainya dengan berbeda. Saya mencoba untun memberi pengertian kepada diriku sendiri jika kamu hanya pulang seperti biasanya dan kami dapat bertemu kembali. Perjalananmu ke ibu kota bagiku hanya sebatas liburan, seperti kamu hanya pergi keluar kota pada umumnya. Pun denganku yang juga pulang ke rumah beberapa hari sebelum keberangkatanmu. Mungkin Tuhan memang tak mengingikan kita untu

Menjelang Delapan Bulan

Beberapa hari lagi tepat delapan bulan beliau mulai terbaring di tempat tidur. Delapan bulan makanan masuk ke dalam tubuhnya melalui slang sepanjag tujuh puluh lima senti. Menjelang delapan bulan sejak dering ponselku berbunyi kala senja itu ditengah hujan deras. Tak ada yang tahu akan berapa lama ini terjadi, Pun tak ada yang mengingingkan ini terjadi, itu yang selalu aku tanamkan pada diriku. Hari-hari itu seolah begitu lama dan seakan pagi enggan datang lagi. Semua menanti dengan cemas, Begitupun denganku, berharap pagi datang dengan sebuah keajaiban. Pun hingga saat ini (mungkin) aku masih tetap berharap itu. Tak ada yang tahu ini akan sampai berapa lama lagi Tubuhnya kian hari kian kuru Menyisakan tulang dan kulit Kian hari kian tak tega ku melihatnya Raga dan jiwanya lah yang telah membuatku sampai di sini Untukmu, semoga lekas sembuh