Kata ‘Saya’ dan ‘Aku’
Beberapa tulisan terakhir saya di blog ini mungkin ada yang
saya menggunakan kata ‘aku’ dan mungin beberapa ada yang menggunakan kata
‘saya’. Secara berlahan saya ingin konsisten untuk menggunakan kata ‘saya’.
Melalui blog ini saya ingin belajar untuk membuat bahasa tulis yang formal tapi
tidak kaku. Hal itu terinspirasi dari beberapa tulisan yang dibuat oleh Fiersa
Besari ataupun beberapa penulis lain yang karyanya sempat saya baca. Fiersa
Besari meskipun hanya menulis di media sosial tetapi tetap memiliki gaya bahasa
yang formal. Dia sempat membahasnya di InstaStory
beberapa saat yang lalu.
Kenapa saya memilih belajar pembiasaan tersebut di sini?
Sebab dalam keseharian lingkungan saya lebih banyak menggunakan kata ‘aku’.
Saya besar dan tinggal hingga saat ini di lingkungan Jawa, sehingga hal itu
menjadi wajar. Akan tetapi ketika saya berkunjung ke luar Pulau Jawa, terkadang
saya menjadi sedikit merasa tidak nyaman ketika berbicara menggunakan kata
‘aku’. Entah kenapa ada semacam rasa tidak sopan. Meskipun dalam pelaksanaannya
masih sering kelepasan menggunakan kata ‘aku’ ketika berbicara lalu muncul rasa
canggung. Dari sana pula saya berusaha untuk belajar membiasakan menggunakan
kata ‘saya’.
Satu bulan yang lalu saya baru pulang dari Pulau Timor. Ini
bukan kunjungan pertama saya, tetapi tahun lalu saya sudah sempat menginjakkan
kaki di pulau ini. Mayoritas masyarakat di sana akan meggunakan kata beta atau be yang merujuk pada saya. Jika menggunakan Bahasa Indonesia mereka
akan menggunakan kata ‘saya’ juga. Salah satu alasan inilah yang membuat saya
berkeinginan untuk belajar konsisten untuk menggunakan kata ‘saya’. Bahasa
formal yang tetap harus dibawakan tanpa terkesan kaku.
Dalam percakapan sehari-hari saat berkirim pesan memang saya
masih sering menggunakan kata ‘aku’. Mungkin saat saya ingin menyampaikan
sebuah maksud yang lebih sopan dan memiliki penekanan, saya terkadang lebih
nyaman menggunakan nama. Jadi saat saya berbicara serius kepada orang terdekat,
sangat mungkin saya mengganti kata ‘saya’ atau ‘aku’ dengan nama depan yang
saya miliki. Penggunaan nama ketika sedang membicarakan saya ini pertama kali
sering saya dengar saat KKN. Pada saat itu ada seorang kawan yang sering
menyebutkan namanya untuk menceritakan pengalamannya. Seperti beberapa contoh
percakapan yang saya kirim kepada teman.
Kan Immas emang susah tidur
Karna Immas gak bisa nyuci jadi ya dikucek
aja :-D
Immas juga masih makan
Ini Immas Sedang merapikan galeri jadi
sekalian dikirim mumpung inget :-D
Mungkin itu beberapa
kalimat yang saya tidak menggunakan kata ‘aku’ atau ‘saya’ tetapi nama.
Komentar