Pendekatan Formalis dan Substantif dalam Antropologi Ekonomi
Oleh : Immas Putri A
Dalam Antropologi
Ekonomi terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji kegiatan
ekonomi yang ada di masyarakat. Ketiga pendekatan tersebut adalah formal,
substantif, dan marxis. Sebelumnya ahli antropologi memiliki kecenderungan
untuk menggunakan pendekan formal dan substantif ini, hingga pada akhirnya
mereka melakukan pengembangan pada pendekatan marxis.Pada tulisan ini akan
dibahas mengenai pendekatan formal dan pendekatan substantif.
Pendekatan formal
dan substantif ini sangat dekat dengan masyarakat tradisional dan peasant atau petani. Pendekatan formal
merupakan sebuah pendekatan yang dibangun dari teori-teori ekonomi neo-klasik.
Dimana pada saat itu antropolog yang melakukan penelitian terkait ekonomi juga
mengikuti perkembangan ilmu ekonomi yang lahir terlebih dahulu. Begitu juga
dengan ahli ekonomi yang memiliki ketertarikan dengan sejarah perkembangan
ekonomi masyarakat juga menaruh minat terhadap penelitian etnografi. Para ahli
antropologi ekonomi kemudian melakukan pengembangan teori, konsep, hukum
ekonomi untuk menjelaskan berbagai fenoma ekonomi yang ada di masyarakat
tradisional dan peasant.
Pendekatan formalis
lebih condong melihat gejala ekonomi secara formal, dengan mengartikan ekonomi
sebagai suatu tindakan memilih antara tujuan-tujuan yang tidak terbatas dengan
sarana-sarana yang terbatas. Ilmu ekonomi kemudian mengasumsikan tindakan
manusia sebagai tindakan rasional dalam melakukan aktivitas ekonomi. Pendekatan
formalis menyimpulkan jika sistem ekonomi masyarakat tradisional dan peasant memiliki banyak kesamaan dengan
sistem ekonomi masyarakat Eropa (modern). Perbedaan yang ada pada sistem
ekonomi masyarakat tradisional atau peasant
hanya terletak pada perbedaan tingkat dengan sistem ekonomi masyarakat modern.
Kesamaan dasar yang dimiliki antara sistem ekonomi modern dan sederhana teletak
pada mekanisme ekonomi dan prinsip ekonomi.
Pendekatan subtantif
lahir karena adanya keraguan akan penerapan teori-teori neo-klasik ilmu ekonomi
pada fenomena ekonomi di masyarakat tradisional dan peasant. Pendekatan substantif condong pada upaya untuk
menghasilkan teori-teori baru yang sesuai dengan keadaan dilapangan. Salah satu
alasan pendekatan substantif adalah melihat gejala ekonomi dari proses
pemberian makna yang dilakukan manusia dalam memanfaatkkan sumber daya ekonomi.
Terdapat tiga kesimpulan yang diambil oleh penganut pendekatan substantif
yaitu, pertama, aliran substantif beranggapan bahwa perekonomian tradisional
dan peasant tidak memiliki lembaga
eksklusif dalam menjalankan perekonomiannya. Kedua, aturan-aturan dari
organisasi ekonomi yang ada pada perekonomian masyarakat sederhana berbeda
dengan sistem ekonomi modern. Ketiga, perbedaan pada sistem ekonomi sederhana dan
modern terdapat pada mekanisme ekonomi, institusi atau lembaga ekonomi dan
prinisp ekonomi.
Dari dua pendekatan
yang ada di atas, terlihat bahwa pendekatan formalis begitu dekat dengan
penelitian yang dilakukan oleh ekonom sedangkan pendekatan subtantif condong
pada penelitian yang dilakukan oleh antropolog. Dimana pendekatan substantif
melakukan teorisasi berdasarkan apa yang terjadi dilapangan. Dalam hal ini
tidak menutup kemungkinan sebuah tindakan ekonomi mendapat pengaruh secara
sosio kultur keadaan setempat. Oleh karenanya kegiatan ekonomi memungkinkan
untuk tidak dipandang secara tunggal sebagai kegiatan ekonomi saja, tetapi juga
sebagai aktivitas ritual, keagamaan atau yang lain.
Referensi
Sairin, Sjahfri, dkk. 2002.
Pengantar Antropologi Ekonomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kehidupan manusia
tidak pernah terlepas dari aktivitas ekonomi, baik aktivitas ekonomi yang
sederhana ataupun yang kompleks. Salah satu kelompok manusia yang banyak
melakukan aktivitas ekonomi adalah mahasiswa. Seperti manusia pada umumnya,
seorang mahasiswa memerlukan makanan untuk dapat menjalankan segala rutinitas
kegiatan yang dia miliki. Makanan merupakan salah satu kegiatan ekonomi. Dimana
dalam memperolehnya kita harus mengeluarkan atau mengorbankan sejumlah uang.
Uang dalam hal ini merupakan sebuah alat tukar yang wajib dimiliki oleh siapa
saja yang ingin melakukan aktivitas ekonomi.
Seorang mahasiswa
dapat memilih dimana dia akan membeli makanan. Pilihan yang ditawarkan sangat
beragam mulai dari yang dekat, murah, banyak pilihan variasi menu dan lainnya
hingga yang lokasinya jauh, mahal, serta memiliki variasi menu yang sedikit
atau khusus. Pilihan tempat makan dan makanan yang dibeli tidak dapat dilihat
sebagai sebuah aktivitass ekonomi yang tunggal. Karena dalam hal ini akan
memunculkan berbagai kemungkinan yang ada.
Seorang mahasiswa
memilih tempat makan yang jauh dari lokasi keseharian aktivitasnya bisa jadi
itu adalah salah satu cara untuk dirinya agar memperoleh menu makanan yang
sesuai dengan cita rasa yang dia inginkan. Disisi lain jika tempat makan
tersebut hanya menyediakan menu makanan khusus (khas daerah/negara) maka akan
memunculkan sebuah kebanggaan bagi dirinya. Kebanggaan tersebut dapat dilakukan
untuk dirinya sendiri atau untuk lingkungan sosialnya. Hal itu terjadi karena
makanan yang dijual secara khusus akan memiliki harga yang lebih tinggi dari
pada makanan yang dijual seperti pada umumnya. Kemampuan untuk dapat menikmati
hingan yang khas dari daerah atau negara tertentu juga dapat menjadi prestise
karena tidak semua orang dapat menikmatinya dengan gampang.
Dari hal ini dapat
terlihat bahwa aktivitas makan yang dilakukan secara ekonomi, tidak hanya
dilakukan berdasarkan motif ekonomi saja. Seringkali motif sosial yang merujuk
pada kelas dan status juga menjadi salah satu pertimbangan yang dilakukan oleh
manusia khususnya mahasiswa dalam mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan
ekonomi. Lingkungan sosial seseorang tinggal, juga dapat memberikan pengaruh
dalam pengambilan keputusan akan aktivitas ekonominya.
Komentar