Sumbangan Subtansial Ekonomi dari Sisi Sosial-budaya
Oleh : Immas Putri A
Judul bab : Epilogue:
Wirausaha, Industri Kecil dan Antropologi
Penulis : Heddy Sri
Ahimsa-Putra
Tulisan Heddy Sri Ahimsa-Putra ini menjadi penutup
(epilog) dari tiga tulisan peneliti mengenai antropologi ekonomi. Pada bagian
ini Ahimsa-Putra menguraikan secara singkat mengenai kontribusi dari ketiga
peneliti tentang sumbangan dari hasil penelitiannya. Sumbangan yang diberikan
tersebut berupa sumbangan substansial atau sumbangan etnografis. Hasil dari penelitian Sumitarsih, Sarmini dan Destha T.
Raharja oleh Ahimsa-Putra di masukkan dalam dua topik penelitian yaitu kewirausahaan
dan industri kecil atau rumah tangga. Dua topik utama tersebut dibahas oleh
Ahimsa-Putra dengan prespektif ilmu sosila-budaya dan adaptasi untuk
kewirausahaan serta prespektif antropologi dan adaptasi untuk topik industri.
Dalam prespektif ilmu sosial-budaya kewirausahaan
dapat dikelompokkan menjadi empat golongan. Dimana itu memberikan penjelasan
yang berbeda mengenai kewirausahan. Keempat gologan tersebut adalah wirausaha
dan nilai-nilai atau pandangan hidup, wirausaha dan kondisi psikologis,
wirausaha dan organisasi sosial, serta wirausaha dan lingkungan usaha yang
didalamnya terdapat juga kebijakan dari pemerintah. Dari ketiga penelitian yang
ada mereka membawa sebuah prespektif yang dimana itu merupakan sebuah terobosan
dari empat golongan seperti yang disebutkan di atas. Prespektif yang digunakan
oleh ketiga peneliti tersebut adalah prespektif adaptasi. Fokus yang dimiliki
oleh ketiga penelitian tersebut terletak pada perangkat pengetahuan yang
dimiliki para wirausahawan yang diteliti, seperti relasi sosial yang dimiliki
serta pemanfaatan pengetahuan. Dimana relasi sosial ini dimanfaatkan untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu dan menyelesaikan masalah tertentu.
Penelitian kewirausahaan di Indonesia menurut
Ahimsa-Putra memiliki tiga kelemahan yang umum. Ketiga kelemahan tersebut
diantaranya belum ditampilkannya pola-pola kegiatan produksi dalam usaha yang
dilakukan, belum dipaparkannya perangkat pengetahuan operasional yang dimiliki
oleh wirausahawan, belum ditampilkannya relasi sosial wirausahawan yang
bersangkut-paut dengan kegiatan usaha. Menurut Ahimsa-Putra penelitian yang dilakukan
oleh Sumitarsih, Sarmini dan Destha telah memberikan pengetahuan yang berbeda
mengenai kewirausahaan yang ada di Indonesia. Dimana kewirausahaan dapat
melahirkan sebuah definisi yang baru berdassakan ketiga penelitian tersebut. Definisi
baru megenai kewirausahaan yang ditawarkan oleh Ahimsa-Putra adalah kemampuan
dan pola-pola perilaku para aktor untuk memiliki serta memanfaatkan berbagai
macam sumber daya, individu, kelompok, golongan serta relasi-relasi simbolik.
Seperti yang diungkapkan oleh Ahimsa-Putra bahwa
penelitian industri kecil dengan prespektif sosio-kultur masih sedikit. Hal itu
berbeda dengan penelitian yang menggunakan prespektif ekonomi ataupun
penelitian dengan fokus pada kebijakan pemerintah. Hasil penelitian yang ada
dari Sumitarsih, Sarmini dan Destha merupakan kajian yang telah mengisi
kekosongan informasi tentang industri kecil berkaitan dengan aspek
sosial-budaya dari fenomena industri kecil. Industri kecil dapat dilihat
sebagai suatu bentuk persiapan bagi masyarakat pedesaan untuk beralih dari
kehidupan yang sepenuhnya agraris menuju kehidupan industri atau setengah
industri. Industri kecil jika dilihat dengan menggunakan teori evolusi
masyarakat dan kebudayaan maka fase ini berada pada tahap pra-take off. Dimana
masyarakat sedang akan melakukan lepas landas untuk berubah menuju masyarakat
industri.
Dari ketiga penelitian yang dilakukan oleh
Sumitarsih, Sarmini dan Desthamenurut Ahimsa-Putra industri kecil menjadi arena
sosial yang terjadi tarik menarik antara ekonomi moral dan ekonomi rasional. Dimana
nilai-nilai tradisional dan nilai-nilai yang mementingkan keuntungan materi
hadir bersamaan dalam industri kecil. Ahimsa-Putra mengasumsikan dengan
hadirnya dua nilai tersebut secara bersama maka proses perubahan sosial-budaya
masyarakat dari agraris ke industri tidak secara cepat dan tidak menimbulkan
masalah sosial yang baru.Selain itu terdapat dua sumbangan lain dari ketiga
penelitian tersebut yaitu informasi menganai situasi internal yang dihadapi
oleh pengusaha dan informasi mengenai relasi-relasi di luar usaha yang dapat
berpengaruh terhdapat keberlanjutan usaha itu sendiri.
Pada bagian epilog ini Ahimsa-Putra banyak
menguraikan menganai kontribusi penelitian yang dilakukan oleh Sumitarsih
dengan judul penelitian siasat usaha
santri: ekonomi mmoral dan rasional dalam usaha konfeksi di Mlangi, Yogyakarta;
Sarmini, Merajut Kerjasama, Menjangkau
Pasar: Siasat Resiprositas dalam Usaha Kerajinan Agel di Kulon Progo, Yogyakarta;
dan Destha,Politik Usaha Pengusaha Islam:
Kiat Manipulatif dalam Industri Penyamakan Kulit di Magetan, Jawa Timur.Kontribusi
tersebut banyak yang merupakan terobosan dari penelitian-penelitian yang selama
ini telah ada. Dengan adanya tiga penelitian tersebut maka semakin kaya
informasi yang ada mengenai penelitian wirausaha kecil dan industri khususnya
dari sisi sosial-budaya yang selama ini masih sedikit. Sumbanga tersebut dikategorikan sebagai sumbangan
subtansial dimana dimana hal itu nantinya dapat menjadi salah satu pematik bagi
lahirnya penelitia-penelitian ekonomi dari sisi sosial-budaya.
Referensi
Ahimsa-Putra, Heddy Sri. 2003. Ekonomi Moral, Rasional dan Politik dalam
Industri Kecil di Jawa. Yogyakarta. Kepel Press
Komentar