Kebiasaan Makan Orang Jawa Kini
Tugas Akhir Semester
Etnografi Indonesia Wilayah Jawa dan Madura
Kebiasaan Makan Orang Jawa
Kini
Oleh :
Immas Putri
A
14/363546/SA/17317
Antropologi Budaya
14/363546/SA/17317
Antropologi Budaya
Fakultar Ilmu Budaya
UNIVERSITAS
GADJAH MADA
Yogyakarta
2015
Kebiasaan Makan
Orang Jawa Kini
Pengertian
Makanan dan Minuman
Menurut Koentjaraningrat (dalam Adrianto 2014) makanan merupakan
barang yang dalam ilmu antropologi banyak dibicarakan terkait dengan teknologi
dan kebudayaan fisik. Dilihat dari bahan dasarnya, makanan dapat berasal dari
sayur-sayuran, buah-buahan, susu, ikan, daging, biji-bijian, dan telor. Jadi
makanan itu adalah segala bahan makanan baik yang mentah ataupun telah diolah
dapat dimakan manusia dan tidak menimbulkan penyakit.Setiap hari manusia memerlukan
energi sebagai sumber tenaga untuk melakukan aktivitas.Oleh karena itu makanan
merupakan sumber kebutuhan pokok bagi manusia.
Menurut konsepnya makanan dapat dibedakan menjadi makanan pokok, makanan
sambilan, makanan jajanan, makanan untuk peristiwa khusus, dan makanan untuk
berbagai keperluan upacara (lihat Andrianto 2014, Susilantini 2014). Makanan
pokok umumnya berasal dari beras, jagung, sagu, ketela yang dapat dikonsumsi
masyarakat luas.Makanan pokok menjadi bahan baku utama untuk mencukupikebutuhan
badan dalam segala kativitas sehari-hari. Makanan sambilan merupakan makanan
yang memiliki fungsi sebagai selingan makanan pokok (nyamikan) umumnya makanan
ini disertai dengan minuman.
Makanan jajanan merupakan makanan olahan yang biasanya dijual di
pasar dengan maksud untuk mengurangi rasa lapar walaupun tidak mutlak dan
menambah zat-zat yang tidak terdapat atau kurang pada makanan utama.Makanan
untuk peristiwa khusus merupakan jenis makanan yang sengaja dibuat untuk disajikan
pada acara khusus. Makanan untuk upacara tradisional adalah makanan yang
disiapkan untuk disajikan pada peristiwa yang tidak berkaitan dengan aktivitas
sehari-hari, akan tetapi memiliki kaitan dengan kekuatan di luar tubuh manusia.
Sedangkan untuk minuman dapat dibedakan menjadi minuman ringan dan
minuman khusus. Minuman ringan adalah minuman utama yang kita minum sehari-hari
untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh, seperti air mineral, teh, kopi dan
susu. Minuman khusus adalah minuman yang dibuat atau dikonsumsi pada saat pelaksanaan
upacara tertentu, seperti teh tubruk, kopi pait, dan wedang degan gula
Jawa.Selain minuman itu juga terdapat minuman kesehatan atau yang biasa
disebut jamu digunakan sebagai terapi kesehatan dan kebugaran tubuh.Jenis jamu
yang khas dari Jawa seperti wedang jahe, wedang rondhe, wedang serbat yang
semua itu dapat digunakan sebagai penghangat badan. Selain jenia jamu tersebut
juga masih ada beberapa jenis jamu yang lain seperti kunir asam, cabai
puyang, daun papaya, jamu pahitan, dan jamu beras kencur.
Perilaku
Makan
Narasumber yang berhasil saya wawancarai ini berasal dari Blitar,
Jawa Timur.Perempuan berusia 34 tahun ini setiap harinya bekerja sebagai
seorang guru di salah satu SMA Negeri di Kabupaten Blitar.Beliau setiap hari
berangkat kerja menggunakan sepeda motor. Jihan Farida atau yang biasa disapa
dengan Bu Jihan ini merupakan seorang perempuan muslim yang telah menikah dan
dikarunia dua orang putra.
Disela-sela kesibukannya mengajar di sekolah terkadang Bu Jihan masih
menyempatkan diri untuk memasak makan keluarga di rumah. Namun, jika kegiatan
di sekolah begitu padat Bu Jihan membeli masakan di warung dekat rumah atau
warung yang ia lewati saat pulang dari sekolah. Sama seperti orang Indonesia
pada umumnya yang hidup di negara agraris, keluarga Bu Jihan setiap harinya
juga mengonsumsi nasi sebagai makanan pokoknya.Ditambah dengan menu masakan
yang berasal dari sayuran dan lauk pauk.Setiap harinya Bu Jihan juga
menyediakan buah untuk keluarga.
Keluarga Bu Jihan termasuk keluarga yang teratur dalam makan, yaitu
tiga kali dalam sehari –pagi, siang, dan sore-.Bagi keluarga Bu Jihan makanan
merupakan sumber energi untuk melakukan aktifitas sehari-hari.Yang terpenting
dalam makanan yang disediakan adalah gizi seimbang. Gizi seimbang dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2014 adalah susunan
pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan,
aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan memantau berat badan secara teratur
dalam rangka mempertahankan berat nadan normal untuk mencegah masalah gizi[1].
Bagi keluarga Bu Jihan gurih dan pedas merupakan makan kegemaran
mereka.Sehingga masakan di keluarag Bu Jihan didominasi oleh rasa gurih.Bu
Jihan mulai memperkenalkan berbagai macam rasa makanan –pedas, asin, dan manis-
pada anaknya sejak berusia 7 tahun.Saat itu anak-anak telah memasuki dunia
sekolah dan telah mencoba untuk mengenal lingkungan sekitarnya.Untuk minuman
utamanya Bu Jihan menyediakan air putih untuk seluruh keluarga.Menurutnya air
putih sangat baik bagi kesehatan karena memiliki banyak manfaat untuk tubuh.
Setiap anggota keluarganya mampu menghabiskan delapan gelas air putih perhari.
Kegemaran
Jajan
Di keluarga Bu Jihan memiliki kebiasaan menyediakan jajanan untuk
keluarga.Setiap harinya jajanan itu disediakan sekali sehari. Hal itu sama
dengan yang diungkapkan oleh Andrianto (2014, 13) bahwa jajanan merupakan jenis
makanan yang dapat dimakan sepanjang hari. Tujuan dari jajanan ini adalah untuk
mengurangi rasa lapar walaupun tidak mutlak.Biasanya Bu Jihan menyediakan
jajanan basah dan jajanan ringan.Andrianto mengungkapkan bahwa maknana yang
dikenal sebagai jajanan pasar memang sangat beragam mulai dari makanan kering –keripik
singkong, keripik pisang, dan berbagai kue kering-, makanan basah –naga sari,
lemper, arem-arem, pisang coklat, dan sebagainya bisa juga berupa minuman -dawet, jus, minuman
dingin-. Jajanan basah yang biasa disediakan di rumah adalah kue lapis, naga
sari, bikang, kue getuk dan lain-lain.Memang jajanan basah ini tidak dapat
bertahan lama, umumnya jajanan ini dapat bertahan dari pagi hingga sore.
Dari beberapa jenis jajanan itu tadi Bu Jihan hanya menyediakan dua
jenis. Jajanan itu dia beli dari pedagang sayur yang lewat di depan rumahnya
atau dia beli di pasar saat pulang dari sekolah. Selain itu biasanya Bu Jihan
juga membuat jajanan sendiriketika sedang tidak ada jam mengajar atau saat ada acara di rumah.
Kebiasaan hidup di desa yang masih kental dengan rasa kebersamaan juga tidak
jarang membuat para tetangga yang memiliki makanan atau jajanan lebih akan
dibagikan pada tetangga.
Sedangkan kebiasaan jajan pada anak Bu Jihan tidaklah dibiasakan
akan tetapi juga tidak terlalu dilarang.Sebagai anak yang sudah duduk di
sekolah dasar tentunya putra Bu Jihan sangat suka sekali dengan jajan.Dia hanya
diberi uang jajan sebesar tiga ribu rupiah setiap harinya. Jajanan yang sering
dia beli ketika berada di luar rumah adalah wafer dan snack.Sedangkan
untuk minuman yang sering dia beli saat berda di luar rumah adalah yakult.Pada
keluarga Bu Jihan yang menentukan jenis jajanan yang akan dibeli atau dibuat
adalah ibu atau Bu Jihan sendiri.
Makanan
Tradisional dan Modern
Tidak ada perbedaan antara menu makanan yang disajikan untuk orang
dewasa maupun anak, kecuali bagi si bayi yang masih berusia kurang dari satu
tahun.Dalam memasak makanan yang terpenting terasa pedas dengan bumbu yang
tepat.Menu makanan kesukaan keluarga Bu Jihan adalah blendi atau sayur
dengan jumlah cabaiyang banyak –bisa sampai 250 gram cabai atau lebih dalam
sekali masak sayur-.Biasanya cabai tersebut dimasak secara utuh tanpa
dihaluskan terlebih dahulu.Sayur yang sangat popular untuk dijadikan blendi adalah
nangka muda.Orang-orang umumnya menyukai blendi yang sudah dimasak sejak
beberapa hari yang lalu.Biasanya mereka suka jika blendi itu telah
kering tanpa menyisakan kuah.
Setiap hari Bu Jihan selalu memasak makanan tradisional, karena
bagi keluarga Bu Jihan makanan tradisional lebih bersahabat dengan lidah dan
perut mereka.Makanan tradisioanal yang dimaksud disini adalah makanan yang
bearasal dari alam dan telah banyak digunakan oleh masyarakat. Seperti yang di
ungkapkan S.T. Soekarto (dalam Munawaroh 2014)
“... makanan tradisional adalah makanan, minuman, dan makanan
ringan atau “jajanan” serta bahan-bahan campuran (ingredient) yang
secara tradisional telah digunakan dan berkembang di daerah atau masyarakat
Indonesia.”
Keluarga
tersebut hanya sesekali dalam dua minggu memasak makanan modern.Bu Jihan
mengatakan bahwa memasak makanan modern itu untuk penyegaran, agar keluarga
tidak bosan.
Dalam keluarga Bu Jihan jika ada yang berulangtahun makanan yang
disajikan adalah nasi tumpeng.Kata Bu Jihan hal itu sesuai dengan tradisi yang
ada dalam keluarganya. Hal itu sama seperti yang dituliskan oleh Mohammad
Rondhi bahwa bagi orang Jawa, pembuatan tumpeng adalah kebiasaan atau tindakan
berdasarkan tradisi.Meskipun setiap orang memiliki tujuan yang berbeda-beda
dalam pembuatan tumpeng hal itu sesuai dengan kondisi yang ada.Beberapa orang
mengatakan bahwa tumpeng itu bermakna sebagai tanda berserah diri dari manusia
kepada Tuhan-nya.Cara penyajian nasi tumpeng sendiri adalah mengerucut
menyerupai gunung dengan lauk-pauk yang ditata dibawah melingkari dasar dari
gunungan itu.
“Ada
satu ciri yang membedakan wanita Jawa masa kini, dari era Kartini, mereka
ingin, bersedia, boleh, bahkan diharapkan dapat mengisi dua peranan (rules).
Di dalam rumah sebagai ibu dan istri, sedang peranan lain di luar rumah.”
(Adrianto 2014, 117).
Mungkin pernyataan diatas sangat sesuai untuk menggambarkan keluarga
Bu Jihan. Beliau di rumah berperan sebagai ibu dan juga istri yang memiliki
kewajiban untuk menyiapkan makanan dan menentukan menu apa yang akan terhidang
di atas meja. Sedangkan saat berada di sekolah beliau memiliki peran sebagai
seorang pengajar atau guru.
“Sifat
khas wanita Jawa masa kini menunjukkan adanya kombinasi antara sifat-sifat
wanita Jawa tempo dulu dan sifat-sifat lain yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman
pendidikan dan tersedianya berbagai kesempatan baginya dalam masyarakat sekarang
ini.”(Adrianto 2014, 118).
Pengalaman
pendidikan itulah yang telah membuat Bu
Jihan mampu menjadi seorang guru. Sifat-sifat wanita Jawa tempo dulu juga masih
ditunjukkan oleh Bu Jihan melalui perhatian yang ia tunjukkan pada keluarganya
dengan cara memilih dan menyiapkan menu masakan yang akan dimakan oleh seluruh
anggota keluarga.
Daftar Pustaka
Andrianto, A. 2006. “Wanita Jawa, Quo Vadis ?”.
Jurnal Jantra. 1 (2), 112-120.
Andrianto, A. 2014.“Jajan Pasar Makanan Tradisional Masyarakat
Jawa”. Jurnal Jantra. 9 (1), 11-18.
Kodyat, B. A. 2014. “Pedoman Gizi Seimbang 2014”. Di
presentasikan di Yogyakarta, 26 November 2014.
Munawaroh, S. 2014. “Wedah Uwuh Sebagai Ikon
Kuliner Khas Imogiri Bantul.” Jurnal Jantra. 9 (1), 69-79.
Rondhi, M. 2007. “Tumpeng: Sebuah Kajian dalam
Perpektif Psikologi Antropologi”. Jurnal Imajinasi. 3 (1).
Sumintarsih. 2006. “Pawon dalam Budaya Jawa”. Jurnal
Jantra. I (1), 17-23.
Susilantini, E. 2006.“Peran Ganda Wanita Indonesia”.
Jurnal Jantra. 1 (2), 99-105.
[1]Benny
A. Kodyat. 2014 dalam Presentasi Pedoman Gizi Seimbang 2014 di Yogyakarta, 26
November 2014.
Komentar