Resume Beberpa Pokok Antropologi Sosial Bab Tiga dan Empat


Oleh : Immas Putri A
 
BAB III
1.  PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TENTANG ASAL MULA DAN PERKEMBANGAN KELUARGA MANUSIA
Menurut ahli antropologi tua dari pertengahan abad 19, seperti J.Lubbock, J.J.Bachofen, J.F.McLennan, G.A.Wilken, dll. Maka manusia itu pada mulanya hidup sekawan berkelompok, dan laki-laki perempuan bersetubuh tanpa ikatan kemudian melahirkan keturunan. Keluarga ini pada saa itu belum ada. Semakin lama manusia menyadari akan keluarga dan ibu sebagai ketua keluarga pada saat itu. Oleh Wilken ini disebut matriarchaat.
Kemudian lelaki tidak puas dan mengambil perempuan dari kelompok lain untuk dijadikan istri. Anak yang lahir tinggal di dalam kelompok pria. Lambat laut hal inilahv yang melahirkan patriarchaat. Yang terakhir adalah exogami berubah menjadi endogami dan membuat anak-anak berhubungan dengan anggota keluarga ayah atau ibu. Semakin lama patriarchaat hilang dan berubah menjadi sistem kekerabatan yang dinamai parentaal oleh Wilken.
Pada awal abad 20 teori Lubbock banyak mendapat kritik. Menurut para antropolog yang lain matriarchaat tidak hanya terdapat pada masyarakat yang tingkat perkembangan kebudayaannya renda. Tetapi juga ditemukan di daerah lain. Sehingga pendapat para antropolog di abad ke 19 telah disangkal oleh kenyataan konkret bahwa proses perkembangan masyarakat pada umumnya dan sitem kekerabatan pada khususnya berkembang tidak hanya pada satu garis saja, tetapi juga dipengaruhi oleh banyak faktor yang lain.
Kehidupan kera dan manusia sangat berbeda meski meiliki kesama bahwa kedua mahluk itu hidup secara berkelompok. Namun, manusia memiliki ciri khas yaitu kehidupan manusia diatur oleh berbagaimacam adat istiadat dan hukum yang merupakan hasil kebudayaan.

2.  ADAT ISTIADAT LINGKARAN HIDUP DAN PERKAWINAN
Tingkat-tingkat dalam hidup manusia dalam antropologi disebut stage along the life-cycle. Misalnya masa bayi, masa penyapihan, masa kanak-kanak, masa remaja, masa puber, masa sesudah nikah, masa hamil, masa tua, dsb. Dalam setiap masa peralihan tersebut biasanya ditandai oleh suatu upacara atau pesta. Sifat umum dari pesta atau upacara ini menunjukkan si individu akan berada pada tingkat dan lingkungan sosial yang baru dan lebih luas. Pada banyak kebudayaan masa peralihan ini merupakan masa yang gawat baik secara nyata maupun gaib. Sehingga mereka percaya bahwa perlu diadakan suatu upacara atau pesta tersebut untuk menghindari krisis-krisis dan hal-hal gaib lainnya.
Perkawinan merupakan suatu hal yang sangat penting karena ini menandai tingkat hidup remaja ke tingkat hidup berkelurga. Selain itu ada juga pembatasan jodoh dalam perkawinan. Di orang Jawa dari lapisan bersekolah hampir tidak ada pembatasan asalkan mereka tidak menikah dengan saudara sekandung mereka. Dibeberapa daerah yang lain orang harus kawin dengan orang dari luar kelompok mereka, ini yang disebut dengan exogami. Lawan dari exogami yaitu endogami, dimana mereka harus menikah dengan orang yang berasal dari kelompok mereka. Selain itu juga terdapat perkawinan cross-cousin, yaitu perkawinan dengan anak saudara perempuan ayah atau anak saudara laki-laki ibu.
Ada tiga kemungkinan tentang pembayaran mas kawin dan kepada siapa mas kawin itu diberikan.
a.       Mas kawin diberikan kepada kaum kerabat gadis dengan atau tidak dengan diterangkan lebih lanjut siapakah diantara kaum kerabat si gadis menjadi penerima mas kawinnya.
b.      Mas kawin diberikan kepada si gadis sendiri.
c.       Mas kawin untuk sebagian diberikan kepada gadis, dan sebagian kepada kaum kerabat si gadis.
Adat menetap sesudah nikah atau residence pattens ada paling sedikit tujuh kemungkinan adat untuk menetap. Adat utralokal, adat virilokal, adat uxorilokal, adat bilokal, adat neolokal, adat avunkulokal, adat natolokal. Adat inij sangat mempengaruhi pergaulan kekerabatan dalam suatu masyarakat.

3.  RUMAH TANGGA DAN KELUARGA INTI
Rumah tangga seringkali terdiri dari satu keluarga inti, namun tidak jarang juga lebih. Dimana ada sepasang suami istri baru yang masih tinggal dengan orang tua maka itu juga tetap disebut dengan satu rumah tangga. Akan berbeda jika mereka telah mengatur ekomoni rumah tangga mereka sendiri. Hal ini dapat ditandai dengan adanya dapur. Jika dalam rumah tangga itu terdapat dua dapur maka dapat dikatakan dalam rumah itu terdapat dua rumah tangga.
Keluarga inti yang terdiri dari seorang suami, seorang istri, dan anak-anak yang belum kawin. Anak tiri dan anak angkat yang secara resmi mempunyai hak dan kewajiban hampir sama dengan anak kandung dapat juga kita sebut dengan keluarga inti. Keluarga ini seperti ini biasanya disebut dengan keluarga batih monogami. Ada juga bentuk keluarga yang lain yaitu seorang suami dengan beberapa istri dan disebut poligini. Dan seorang istri dengan beberapa suami yang disebut poliandri. Dua hal itu dapat disebut poligami. Keluarga inti memiliki dua fungsi pokok yaitu,
1.      Kelurga inti merupakan kelompok di mana si individu pada dasanya dapat menikmati bantuan utama dari sesama serta keamanan dalam hidup.
2.      Kelurga inti merupakan kelompok di mana si individu itu, waktu ia sebagai kanak-kanak masih belum berdaya, mendapatkan pengasuhan dan permulaan dari pendidikan.

4.  KELOMPOK-KELOMPOK KEKERABATAN
Terdapat enam unsur dalam kekerabatan, yaitu : a) suatu sistem norma-norma yang mengatur kelakuan warga kelompok; b) suatu rasa kepribadian kelompok yang disadari semua warga; c) aktivitas-aktivitas berkumpul dari warga-warga kelompok untuk berkumpul; d) suatu sistem hak dan kewajiban yang mengatur interaksi antar warga kelompok; e) suatu pimpinan atau pengururus yang mengorganisasi aktivitas-aktivitas antar warga kelompok; f) suatu sistem hak dan kewajiban bagi para individunya terhadap sejumlah harta produktif, harta konsumtif, atau harta pusaka yang tertentu. G.P.Murdrock membedakan tiga kategori kelompok kekerabatan yaitu corporate kingroup (berkorporasi), occasional kingroup (kadang-kala), cumsriptive kingroup (menurut adat).
Kelompok kekerabatan dibagi menjadi dua golongan. Golongan pertama (ego-oriented kingroup) memperhitungkan kekerabatan dengan mmengambil satu tokoh atau satu keluarga yang masih hidup sebagai pusat perhitungan. Seperti kindred,  dan keluarga luas. Sedangkan untuk golongan kedua (ancestor- oriented kingroup) hubungan kekerabatan diperhitungkan dengan mengambil sesorang nenek-moyang tertebtu sebagia pakal perhitungan. Yang termasuk dalam golongan kedua adalah deme, keluarga ambilineal kecil, keluarga ambilineal besar, klen kecil, klen besar, fratri, dan paroh masyarakat.

5.  PRINSIP-PRINSIP KETURUNAN YANG MENGIKAT KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL
Terdapat tiga sudut pandang bagi individu untuk melihat batas kaum sosiologisnya yaitu, a) batas kesadaran kekerabatan (kinship awarenes); b) batas dari pergaulan kekerabatan (kinship affiliations); c) batas dari hubungan-hubungan kekerabtan (kinship relations). Terdapat empat macam prinsip keturunan, a) Prinsip patrilineal; b) Prinsip matrilineal; c) Prinsip bilineal; d) Prinsipbilateral. Selain prinsip-prinsip itu juga terdapat empat prinsip tambaham, a) Prinsip ambilineal; b) Prinsip konsentris; c) Prinsip promogenitur; d) Prinsip ultimonogenitur.

6.  SISTEM ISTILAH KEKERABATAN
Terdapat tiga sudut pandang istilah kekerabatan 1) dari sudut cara pemakaian daripada istilah-istilah kekerabatan pada umumnya. Tiap bahasa memiliki dua macam sistem istilah : a) istilah menyapa atau term of address, b) istilah menyebut atau term of reference. 2) dari sudut susunan unsur-unsur bahasa dari istilah-istilah. Tiap istilah memiliki tiga macam istilah : a) istilah kasar atau elementary terms, b) istilah kata ambilan atau derivative terms, c) istilah deskriptif atau descriptive terms. 3) dari sudut jumlah orang kerabat yang diklassifikasikan ke dalam suatu istilah. Terdapat tiga macam istilah a) istilah denotatif atau denotative term, b) istilah designatif atau designative term, c) istilah klasifikatoris atau classificatory term.
Terdapat 9 prinsip universal dalam menganalisis sistem-sistem istilah kekerabatan yaitu : 1. Angkatan; 2. Percabangan keturunan; 3. Umur; 4. Sex dari kerabat; 5. Sex darui kerabat yang menghubungkan; 6. Sex dari si pembicara; 7. Perbedaan antara kerabat “darah” dan kerabat “karena kawin”: 8. Keadaan hidup atau wafat dari kerabat yang mengghubungkan. 9. Principle of polarity; 10. Prinsip umur dari kerabat penghubung. Terdapat enam tipe istilah saudara sekandung-saudara sepuupu. a. Tipe Hawaiian, b. Tipe Eskimo, c. Tipe Iroquois, d. Tipe Sudan, e. Tipe Omaha, f. Tipe Crow.

7.  SOPAN SANTUN PERGAULAN KEKERABATAN
Dalam ilmu antropologi terdapat dua istilah yaitu avoidance relationship dan joking relationship. Avoidance relationship adalah sikap penghormatan terhadap seseorang yang sangat kuat, bila terjadi pelanggaran maka akan menimbulkan masalah bagi masyarakat itu. Sedangkan joking relationship adalah sikap penghormatan yang normal dan masih terdapat sikap bergurau dalam masyarakat itu.

BAB IV
1.  PEMBATASAN KONSEP
Kesatuan hidup setempat atau community adalah kestuan yang terbentuk bukan karena kekerabatan namun karena ikatan tempat tinggal. Komunitas memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan kelompok lain yaitu, perasaan bangga akan ciri-ciri kelompok itu sendiri; dan seringkali juga perasaan negatif, ialah merendahkan atau paling sedikit menganehkan ciri-ciri dalam komunitas lain. Sifat dari komunitas itu sendiri adalah wilayah, cinta wilayah, dan kepribadian kelompok itu, merupakan dasar perassaan patriotisme, nasionalisme, dsb.

2.  BENTUK-BENTUK KOMUNITAS KECIL
a.  Kelompok berburu atau band yang hidup berpindah-pindah dari berburu dan meramu dalam batas suatu wilayah tertentu.
b.  Desa atau village yang merupakan suatu kelompok hidup kecil yang menetap dalam suatu wilayah yang tetap.

3.  SOLIDARITET DALAM MASYARAKAT KECIL
Dalam suatu masyarakat kecil terdapat jiwa tolong menolong seperti gotong royong tolong-menolong, gotong royong kerja bakti, jiwa gotong royong, musyawarah dan jiwa musyawarah.

4.  SISTEM PELAPISAN SOSIAL
Sistem pelapisan sosial dalam masyarakat dapat didasarkan pada berbagai hal seperti kekayaan, kepandaian, keahlian. Kekuasaan. Serta adapula sistem pelapisan yang sangat tegas seperti sistem kasta dalam agama hindu. Sistem ini berfungsi sebagai sikap hormat, dalam pergaulan. Dalam sistem kasta juga berfungsi sebagai pembatas dalam pencarian jodoh.

5.  PIMPINAN MASYARAKAT
Seorang pemimpin harus memiliki tiga unsur kepemimpinan, yaitu kekuasaan atau power,  wewenang atau authority, dan popularitas. Serta seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang disenangi, yang dicita-citakan, memiliki keahlian yang diperlukan, legitimasi, sifat keramat, lambang-lambang kepemimpinan, dan kemampuan mempergunakan kekuatan fisik. Bentuk-bentuk pimpinan dalam kelompok kecil. a. pimpinan kadangkala; b. pimpinan terbatass; c. pimpinan mencakup; d. pimpinan pucuk.

6.  SISTEM-SISTEM PENGENDALIAN SOSIAL
Dalam suatu kelompok masyarakat sangat diperlukan adanya pengendalian sosial. Pengendalian sosial ini berguna ketika dalam suatu kelompok itu terjadi permasalahan atau pertikaian. Pengendalian sosial dapat diwariskan melalui pendidikan, sugesti sosial, propaganda, dan religi. Hukum merupakan salah satu wujud pengendalian sosial. Dalam kelompok masyarakat kecil umunya hukum itu tidak tertulis dan dapat berubah sesuai kemajuan jaman. Terkadang hukum juga tidak perlaku, tetapi keputusan ketua kelompok yang dipakai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan Formalis dan Substantif dalam Antropologi Ekonomi

Analisis Tema, Alur, dan Karakter Dalam Novel Perahu Kertas