Loy Krathong dalam Pariwisata
Loy
Krathong Dalam Pariwisata
Tugas Akhir Semester Mata
Kuliah Etnografi Wilayah Asia Tenggara
Kelas Antropologi Budaya
Oleh
Immas
Putri Agustin
14/363546/SA/17317
Jurusan
Antropologi Budaya
Fakultas
Ilmu Budaya
Universitas
Gadjah Mada
Yogyakarta
2016
Pendahuluan
Belakangan
ini pariwisata menjadi salah satu hal yang sedang populer. Untuk menarik
wisatawan datang ke suatu tempat biasanya dilakukan melalui promosi. Begitu
juga dengan negara Thailand, promosi pariwisata juga dilakukan guna menarik
wisatawan. Salah satunya melalui video iklan pariwisata. Pada tahun 2015 yang
lalu, terdapat sebuah iklan video pariwisata yang diproduseri oleh Kementerian
Pariwisata Thailand dan Asosiasi Federasi Film National Thailand[1] dengan judul “Love en
Route”.
Pada
awalnya ketertarikan penulis dengan iklan pariwisata ini adalah karena adanya
kritik dari industri pariwisata di Thailand. Kritik tersebutmengenai tema yang
terdapat dalam iklan pariwisata. Dari beberapa artikel berita yang tersedia
secara online[2],
menyebutkan bahwa tema yang diangkat dalam iklan pariwisata tersebut terlihat seperti
seorang laki-laki yang sedang menguntit perempuan melalui media sosial
Instagram. Dalam video iklan pariwisata, si perempuan digambarkan sebagai
seseorang yang suka mengunggah foto-foto perjalanan wisatanya di Thailand. Lalu
dengan foto-foto itu si laki-laki menggunakannya sebagai panduan perjalanan
selama di Thailand. Dalam video iklan pariwisata itu si laki-laki digambarkan
sebagai turis dari Amerika.
Dalam
video yang berdurasi kurang lebih sekitar tujuh belas menit tersebut
menunjukkan berbagai pesona wisata yang terdapat di Thailand. Hampir
keseluruhan wilayah Thailand yang terbentang dari selatan hingga utara
terwakili dalam video iklan pariwisata. Dimana bagian selatan banyak
menunjukkan keindahan pantai dan lautnya. Selanjutnya daerah utara yang berada
pada dataran tinggi ditunjukkan dengan keindahan alam penggunungan, serta
dataran tinggi yang dingin.
Salah
satu bagian yang menarik dalam video iklan pariwisata ini adalah bagian festival
Loy Kratong. Dalam video iklan
pariwisata tersebut, festival Loy Kratong
berada pada menit-menit terakhir sebelum video iklan pariwisata selesai. Festival
Loy Krathong tidak banyak digambarkan
dalam video iklan itu, namun saat penulis melakukan pencarian video di you
tube, penulis menemukan sebuah video yang lebih singkat dari pada video iklan
pariwisata. Pada video singkat ini dengan tokoh yang sama seperti dalam iklan
pariwisata, diperlihatkan bahwa mereka berdua –tokoh laki-laki dan perempuan-
seperti sedang berada di tempat ibadah.
Lalu si
laki-laki bertanya pada si perempuan, apa yang sedang dikerjakan oleh wanita-wanita
yang berada disana? Si perempuan pun menjawab, mereka –wanita-wanita- membuat krathong. Kemudian si perempuan
bertanyak kepada laki-laki itu apakah dia ingin melihat? Dan si kali-laki pun
setuju. Kemudian mereka pun mendekat pada wanita-wanita yang sedang membuat
krathong. Sebelum mereka mencoba untuk membuat krathong si perempuan terlebih dulu ingin menjelaskan apa itu krathong, namun si laki-laki menyelanya
dan mencoba untuk menebak krathong berdasarkan
pengetahuan yang dia miliki. Dari dua video itulah penulis memiliki
ketertarikan tentang krathong serta
bagaimana Loy Kratong dilaksanakan.
Loy Krathong
Dalam
bahasa Indonesia loy berarti terapung
dan krathong adalah perahu kecil yang
terbuat dari daun pisang (Tontraseney dalam Supriyadi 2000:130). Dengan
demikian Loy Krathong adalah
menghanyutkan perahu kecil yang terbuat dari daun pisang (Supriyadi 2000:130).
Upacara ini dilakukan guna memberikan penghormatan kepada Dewi Penunggu Air,
yang dalam masyarakat Thai disebut dengan Mae
Khong Kha (Cf. Shaw dalam Supriyadi 2000:130).
...
floating the Krathong down the river during the high tide and after the rainy
season is over, not only signifies the attempt to purge evil or bad luck, but
also represents an act of worshipping the Goddess of the water. (Roengchai Tansuchat dan Chanita
Panmanee 2012:131).
Hal ini dilakukan oleh
masyarakat Thai karena mereka percaya bahwa setiap unsur dan tempat terdapat
penunggunya, begitu juga pada unsur air.
Oleh
karenanya masyarakat Thai percaya bahwa mereka harus mengucapkan terima kasih
kepada Mae Khong Kha karena telah
diizinkan untuk menggunakan air dan meminta maaf karena mereka juga sering
mengotori air.
Many Thai believe that
Loy Krathong is not only to worship foot-print of Buddha on the Nammathanati
river beach in India, but also to pay respect to Chulamanee Chedi in the heaven
where the Buddha’s hair is buried. Another legend is that floating a raft
ritual is to ask for forgiveness and to thank the Goddess of water, Phra Mae
Khongkha because we not only use water for drinking, washing, making a living,
but also often throw rubbishes and excrete wasted things in the water (Patra 2009 dalam Roengchai Tansuchat
dan Chanita Panmanee 2012:133).
Selain
itu terdapat kepercayaan lain yang ada di masyarakat Thai yaitu bagi sepasang
kekasih yang datang bersama-sama pada upacara ini maka Mae Khong Kha akan merestui hubungan mereka hingga jenjang
pernikahan.
Pelaksanaan
Loy Krathong
Biasanya
upacara ini diselenggarakan pada satu bulan purnama kesebelas atau november
seperti yang dituliskan oleh Chokchai Yuenyong dan Pattawa Narjaikaew dalam
tulisannya yang berjudul Scientific
Literacy and Thailand Science Education,
Loy Krathong is held on the full moon
of the 12th month in the traditional Thai lunar calendar. In the western
calendar this usually falls in November(2009:344).
Begitu juga dalam tulisan Roengchai Tansuchat dan Chanita
Panmanee dengan judul Tourist Motivation,
Characteristic, and Satisfaction in Night Festival: Loykrathong Festival 2010,
Loy Krathong festival is
held on the full moon of the 12th month in the traditional Thai lunar calendar
which is identical to November of the western calendar(2012:131).
Pelaksanaan dari upacara
ini dilakukan pada malam hari saat bulan mulai naik dan berakhir pada dini hari
saat bulan mulai tenggelam (Supriyadi
2000:132). Seperti dalam tulisan Supriyadi mengenai Loy Krathong di tahun 1998 yang dilaksanakan di Sun Silapasit Bang
Sai. Dimana sejak jam empat sore masyarakat telah berdatangan ke kawasan Sun
Silapasit Bang Sai. Masyarakat tersebut berasal dari berbagai provinsi di
Thailand. Banyak dari mereka yang datang dari Bangkok dimana jarak antara
Bangkok dan Bang Sai itu kurang lebih 60 km. Mereka datang sejak awal karena
takut terkena macet dan kesulitan untuk mencari tempat parkir mobil.
Sesampainya di kawasan Sun Silapasit Bang Sai mereka dapat berjalan-jalan di
sekitar kawasan yang telah banyak dipenuhi para penjual makanan dan cendera
mata.
Di kawasan itu telah ada dua krathong
raksasa yang telah dihiasi. Kratong inilah yang nantinya akan dihanyutkan oleh
perwakilan pemerintah dan keluarga raja. Ketika pukul 22.00 dan para undangan
telah siap di tempat upacara, maka upacarapun dimulai. Diawali dengan
sambutan-sambutan dari yang berwenang dalam upacara dan dilanjutkan
hiburan-hiburan berupa tari tradisional. Pada pukul 00.00 penghanyutan krathong baru dimulai dengan diawali
dari pemerintah atau perwakilan kerajaan serta dilanjutkan oleh masyarakat.
Pertama-tama sebelum krathong dihanyutkan
terlebih dahulu menghidupkan lilin dan dupa lalu mereka berdiri di tepi
sungai/danau/laut. Setelah itu setiap orang membaca mantra yang biasanya
dinyanyikan dengan ucapan
Wan
pen deuan sibsong
Nam
ko nong tern taling
Rao
tang lai chai ying
Sanuk
kan cing wan Loy Krathong
Loy
loy krathong loy loy krathong
Loy
krathong kan leaw ko chen nong Kaew
Khao
ma Ram Wong
Ram
wong wan Loy Krathong
Ram
wong wan Loy Krathong
Bun cak sung hai rao suk chai
Artinya:
Saat purnama di bulan dua belas
Air memenuhi sungai
Kita semua laki-laki perempuan
Bersenang-senang pada hari Loy
Krathong
Loy, loy
krathong, loy, loy krathong
Kekasih, adinda mari menari Ram
Wong bersama-sama
Menari di hari Loy
Krathong
Menari di hari Loy
Krathong
Pahala akan kita terima dan kita semua akan tentram
Selain mantra diatas,
mereka juga diperkenakan untuk membaca doa sesuai dengan cara mereka sendiri.
Setelah itu barulah kratong dimasukkan dalam air. Setelah penghanyutan krathong para pemuda dan pemudi
bersama-sama menari Ram Wong. Dimana tarian itu merupakan tarian pergaulan
muda-mudi yang dilakukan secara berpasang-pasangan. Saat hari sudah mendekati
dini hari maka mereka harus menghentikan kegiatan tersebut, baik menari ataupun
menghanyutkan krathong. Maka pada
saat itu telah berakhirlah upacara Loy
Krathong.
Loy Krathong dilakukan oleh hampir semua masyarakat Thai, baik yang berada
di kota maupun pelosok negeri. Loy
Krathong dapat dilaksanakan secara individu ataupun komunal. Jika ingin
melaksanakan secara individu maka mereka dapat melakukannya di laut, sungai,
kolam atau terusan yang ada di dekat tempat tinggal mereka. Sedangkan untuk
mereka yang ingin melakukannya secara bersama-sama dapat dilakukan di beberapa
tempat seperti Sungai Chaophraya yang merupakan sungan terpanjang di Thailand dan
membelah kota Bangkok. Sun Silapasit
Bang Sai di Ayutthaya merupakan tempat pusat pelaksanaan Loy Krathong kenegaraan Kerajaan Thai. Karena tempat ini merupakan
tempat resmi kenegaraan maka upacara yang dilakukan di sini dipimpin langsung
oleh raja atau keluarga kerajaan dan para pejabat negara, serta dihadiri oleh
tamu dari keduataan negara sahabat. Sehingga tidak mengherankan jika tempat ini
didatangi oleh banyak orang dari berbagai penjuru negara.
Selain itu Istana Bang Pa In juga
menjadi tempat yang digunakan untuk Loy
Krathong. Dikalangan mahasiswa mereka juga melakukan upacara Loy Krathong di lingkungan kampus.
Beberapa kampus tersebut seperti Universitas Chulalongkorn, Universitas
Ramkhamhaeng, dan Universitas Thammasat. Lingkup perhotelan juga tidak mau
kalah untuk melaksanakan Loy Krathong
guna menarik wisatawan. Terutama hotel-hotel yang berada di sepanjang pinggiran
Sungai Chaophraya, begitu juga dengan taman-taman hiburan.
Dibeberapa provinsi di Thailand juga
mengadakan upacara Loy Krathong yang
diikuti oleh kegiatan lain. Di Chiang Mai pada tahun 2010, juga dilaksanakan
pelepasan lampion ke langit saat Loy
Krathong dilaksanakan. Lampion itu dinamai Khom Loy. Ditambah juga dengan petasan yang dinyalakan di sepanjang
jalan atau lapangan. Dimana Loy Krathong
ini dilaksanakan selama dua hari dan mendapat dukungan dari pemerintah,
perusahaan komersil serta berbagai institusi besar yang lain.
Sedangkan di Sukhothai Loy Krathong dikenal dengan festival
Sukhothai Loy Krathong and Candle
Ferstival. Seperti yang tergambar dari kutipan di bawah ini
Loy
Krathong was originally started in the ancient capital of Sukhothai. Today this
festival is known as “Sukhothai Loy Krathong and Candle Festival”. The
highlight of the Sukhothai Loy Krathong celebration is not only Krathong-making
contest, hanging lantern contest and beauty contests, but also the display of
lighted candles and fireworks, folk dancing, parades, and a spectacular light
and sound presentation of “Dawn of Happiness Ceremony” performance. The
festival usually takes place in Sukhothai Historical Park for three days. At
Sukhothai Loy Krathong festival, visitors will be dazzled by the float
procession of large Krathong. The procession will consist of Krathongs which
are supported by government agencies, state enterprises, and private sectors.
There are also a Krathong design contest, the Miss Noppamas Beauty Contest, and
Sukhothai arts and culture performances (Roengchai
Tansuchat dan Chanita Panmanee 2012:135).
Pelaksaan Loy Krathong yang sedikit berbeda juga terlihat di provinsi Tai,
The fame of Loy Krathong
festival at Tak is Krathong Sai which is a unique custom of threading coconut
shell Krathongs together and floating them in a candlelit chain down the Ping
River from the 200 year-old Rattanakosin Bridge in Amphoe Mueang Tak
(Unseenthailand, 2011). The Ping River that passes by the provincial city of
Tak is not deeper than one's waist, with underwater sand bars curving into
different shapes, forcing the current to meander. When the lit Krathongs are
floated onto the right current, one after another, they would meander along and
make beautiful and twinkling curving lines, or Sai in Thai, amid the darkness
of the night (Roengchai Tansuchat dan Chanita Panmanee 2012:135-136).
Dari situ terlihat jika
pelaksanaan Loy Krathong di setiap daerah memiliki ke unikan dan perpaduan
dengan kegiatan yang lain. Dimana hal itu dikreasikan sesuai dengan keperluan
dan keinginan masyarakatnya. Pelaksanaan Loy
Krathong mendapat dukungan dari berbagai pihak. Sehingga semua dapat saling
mendukung satu dengan yang lain.
Perlengkapan
Sebelum pelaksanaan
upacara Loy Krathong masyarakat
terlebih dahulu menyiapkan krathong. Krathong yang baik dan asli terbuat dari
daun pisang dan batang pohon pisang. Cara membuatnya adalah
a) Memotong batang pohon
pisang secara horizontal, pipih, dengan ketebalan kira-kira 5cm;
b) Melipat daun pisang
menjadi segi tiga;
c) Memasangnya di
sekeliling lingkaran potongan batang pisang tersebut sehingga berbentuk seperti
bunga teratai; dan
d) Sebagai hiasan
ditancapkan beberapa tangkai bunga, biasanya adalah
e) Bunga mawar.
Adapun sebagai perlengkapannya adalah:
a) Satu atau lebih dupa,
b) Satu atau lebih lilin,
c) Uang logam,
d) Kuku, dan
e) Rambut. (Supriyadi
2000:133)
Itulah perlengkapan yang
harus disediakan untuk upacara Loy
Krathong. Namun, saat ini masyarakat tidak harus membuatnya sendiri karena
di pasar-pasar atau di sekitar tempat pelaksanaan telah banyak dijual berbagai krathong. Semakin besar dan bagus sebuah
krathong maka semakin mahal pula
harganya. Apabila masyakat membeli krathong
maka mereka tinggal menambah potongan kuku, potongan rambut dan uang logam di
dalam krathong.
Akan tetapi seiring
dengan perkembangan zaman, krathong
tidak hanya terbuat dari batang pohon pisang. Tatapi telah mengalami inovasi
However, now, Krathong
use specially made bread 'flowers' and may use styrafoam and other materials,
decorated with elaborately-folded banana leaves, flowers, candles, incense
sticks and so on (Chokchai
Yuenyong dan Pattawa Narjaikaew 2009:344).
Dimana krathongyang berbentuk kue tersebut diharapan setelah beberapa haridapat
dimakan oleh ikan-ikan yang ada, baik di sungai, kolam, danau ataupun laut.
Kesimpulan
Pariwisata
sebagai salah satu sektor pendapatan negara yang belakangan ini terus mengalami
pertumbuhan. Guna menarik minat wisatawan untuk melakukan kunjungan ke suatu
negara maka tidak jarang suatu negara membuat iklan pariwisata. Begitu juga
dengan negara Thailand. Dalam hal ini negara Thailand memiliki banyak
kebudayaan dan daerah wisata yang dapat digunakan sebagai tujuan wisata. Salah
satunya upacara Loy Krathong.
Upacara atau
yang lebih dikenal dengan festivalLoy
Krathong merupakan salah satu kegiatan tahunan yang diselenggarakan oleh
masyarakat Thai. Kegiatan ini diselenggarakan di kota maupun di desa. Upacara Loy Krathong ini dilaksanakan dengan
sangat meriah oleh seluruh lapisan masyarakat Thai. Dimana upacara ini
dilakukan di tempat terbuka –tempat umum- dan dapat dihadiri oleh siapa saja.
Sehingga upacara ini dapat digunakan sebagai salah satu daya tarik tujuan
wisata baik domestik maupun manca negara.
Daftar
Pustaka
Supriyadi, Hamam. 2000. “Upacara Loy Krathong di Thailand dan Upacara
Labuhan di Daerah Istimewa Yogyakarta”. Jurnal
Humaniora. No. 1, 130-137.
Yuenyong, Chokchai dan Pattawan
Narjaikaew. 2009. “Scientific Literacy and Thailand Science Education”. International
Journal of Environmental & Science Education, Vol. 4, No. 3, July,
335-349.
Tansuchat, Roengchai dan Chanita
Panmanee. 2012. “Tourist
Motivation, Characteristic and Satisfaction in Night Festival: Loy Krathong
Festival 2010”. International Journal of Agricultural Travel and Tourism, Vol.
3 (2): 130-144, September.
Sumber
Video
Chairat, Khanmanat. (2015, 25 Maret).
History Of Loy Krathong Day. Video diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=faQ_WLVdXFw pada 01 Juni 2016 pukul 13.50
War Rooms House. (2015, 18 Februari). LOVE
EN ROUTE เส้นทางรัก (16 minutes). Video diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=-cq_mMFl9_E
pada 01 Juni 2016 pukul 12.18
War Rooms House. (2015, 12 Maret).
LOVE EN ROUTE (Scene Making Krathong). Video diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=2Zc2Ekccjxo pada 01 Juni 2016 pukul 13.20.
Sumber Berita Online
Astuti, Lutfi D.P.A. dan Linda
Hasibuan. (2015, 03 Maret). Iklan Pariwisata Thailand Ini Tua Kritikan. Laman http://life.viva.co.id/news/read/596715-iklan-pariwisata-thailand-ini-tuai-kritikan. Diakses pada 03 Juni 2016 pukul
15.35.
Riyani, Utami Evi. (2015, 06 Maret).
Promosi Pariwisata Thailand Dikritik!. Laman http://lifestyle.okezone.com/read/2015/03/06/406/1114760/promosi-pariwisata-thailand-dikritik. Diakses pada 1 Juni 2016 pukul
14.35.
Yustiana,
Kuria. (2015, 02 Maret). Video Pariwisata Thailand Bertema Stalking Menuai
Kritik. Laman http://travel.detik.com/read/2015/03/02/184339/2847383/1382/video-pariwisata-thailand-bertema-stalking-menuai-kritik. Diakses pada 1 Juni 2016 pukul 14.40.
Sumber
PowerPoint
Wongpassakorm,
Ananyaporn. Loy Krathong Festival
[PowerPoint slide]. Diakses dari laman http://www.slideshare.net/teachercharlie2013/presentation1-25046482 pada 04 Juni 2016 pukul 11.30.
[1] Sumber
Viva (online). Diakses pada 03 Juni 2016 pada pukul 15.35. Laman http://life.viva.co.id/news/read/596715-iklan-pariwisata-thailand-ini-tuai-kritikan.
[2] Beberapa
berita tersebut seperti viva.co.id dengan judul “iklan Pariwisata Thailand Ini
Tuai Kritikan” laman http://life.viva.co.id/news/read/596715-iklan-pariwisata-thailand-ini-tuai-kritikan;
okezone travel dengan judul “Promosi Pariwisata Thailand Dikritik!” laman http://lifestyle.okezone.com/read/2015/03/06/406/1114760/promosi-pariwisata-thailand-dikritik;
dan detik travel dengan judul “Video Pariwisata Thailand Bertema Stalking
Menuai Kritik” laman http://travel.detik.com/read/2015/03/02/184339/2847383/1382/video-pariwisata-thailand-bertema-stalking-menuai-kritik.
Komentar