Review Meeting with Ancestors—Contesting Borders in Indonesian Religion and Politics

Oleh : Immas Putri A
 
Penulis artikel  : Jörgen Hellman

Penguasaan rezim Orde Baru seolah juga melahirkan sebuah budaya masyarakat yang baru. Dengan jatuhnya rezim Orde Baru masyarakat mengalami kebingungan akan budaya yang mereka miliki. Sebelum Orde Baru lahir, masyarakat telah memiliki budaya dan kebiasaan sendiri. Dan pada saat Orde Baru hadir, budaya atau kebiasaan masyarakat tersebut mengalami pelarangan atau pengetatan peraturan. Sehingga masyarakat mengalami ketakutan untuk menjalankan sebuah kebiasaan yang mereka miliki.
Seperti salah satunya dhanyang, sebelum Orde Baru masyarakat memiliki kebebasan untuk dapat melakukan ritual, sembayang atau kegiatan lain di lokasi dhanyang. Akan tetapi saat Orde Baru mereka mendapat pelarangan untuk melakukan kegiatan tersebut. Hal itu terjadi karena selama Orde Baru memimpin, pemerintah memiliki kekuasan yang sangat besar terhadap masyarakat yang ada. Akan tetapi kegiatan untuk berziarah pada tokoh atau seseorang yang dianggap penting –semisall Wali Songo- tidak mengalami pelarangan. Malah hal itu terjadi semakin masal. Akan tetapi setelah runtuhnya Orde Baru, banya tradisi yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam –agama dominan yang ada- sehingga banyaj tradisi yang dianggap sesat.
Penelitian yang dilakukan oleh Hellman dalam artikel ini dilakukan pada kelompok masyarakat Jawa Barat. Penelitian dilakukan selama kurun waktu 2002-2009, dari pengamatan yang dilakukan Hellman melihat terdapat beberapa hal yang dianggap suci atau sakral. Sehingga hal itu dipercaya oleh masyarakat untuk berdoa, meminta pertolongan ataupun melakukan ucapan syukur. Untuk dapat melakukan komunikasi dengan leluhur yang telah tiada mereka memerlukan perantara. Perantara ini biasa disebut dengan juru kunci. Melalui juru kunci inilah nantinya akan terjadi komunikasi dengan leluhur. Sebelum melakukan sebuah komunikasi biasanya ada syarat-syarat yang harus dipenuhi. Syarat ini dapat berupa larangan, permintaan berupa kebendaan yang lebih sering disebut juga dengan sajen, atau hal lain. Dengan adanya syarat ini diharapan permintaan yang dimiliki oleh orang yang meminta tadi dapat dipermudah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan Formalis dan Substantif dalam Antropologi Ekonomi

Analisis Tema, Alur, dan Karakter Dalam Novel Perahu Kertas