Cublak-Cublak Suweng: Permainan yang Akan Terlupakan
Oleh : Immas Putri A
Perkembangan teknologi yang
ada saat ini telah merubah kehidupan masyarakat. Salah satunya terjadi pada
permainan anak-anak. Dulu anak-anak sering melakukan permainan yang dimainkan
secara bersama-sama. Sekarang mereka lebih suka memainkan mainan dari gedge atau permainan elektronik. Mereka
dapat melakukan permainan itu secara individu. Hal ini sangat berbeda dengan
permainan tradisional zaman dulu. Seperti permainan cublak-cublak suweng.
Permainan
cublak-cublak suweng pertama kali diperkenalkan oleh Walisongo yaitu oleh Syekh Maulana Ainul Yakin atau yang lebih dikenal dengan nama Sunan Giri.
Sunan Giri menyebarkan Islam melalui kebudayaan. Salah satunya melalui
permainan ini. Selain itu, permainan ini juga telah ada dalam Baoesastra
(kamus) Djawa yang terbit pada tahun 1939. Dalam kamus yang ditulis oleh W.J.S.
Poerwadarminto pada halaman 641 kolom 2, disebutkan bahwa cublak-cublak suweng
termasuk dolanan anak. Begitupun keberadaannya dalam masyarakat cukup merata.
Permainan ini juga dikenal di beberapa daerah seperti Yogyakarta, Jawa Tengah,
dan Jawa Timur. Setidaknya permainan ini sudah dikenal lebih dari 70 tahun yang
lalu hingga saat ini.
Sekarang permainan ini mulai ditinggalkan, banyak
anak-anak yang mulai tidak mengenal permainan cublak-cublak suweng atau dolanan
anak yang lain. Terutama di kota-kota besar, umumnya mereka lebih suka dengan
permainan modern. Seperti play station,
game boy, video game, dan lain-lain. Penyebaran permainan ini dilakukan secara
langsung saat bermain. Ketika permainan itu dimainkan oleh anak-anak remaja dan
anak-anak lebih kecil. Maka pada saat bersamaan permainan itu diajarkan atau
diwariskan kepada mereka yang lebih muda. Selain itu permainan ini juga
diperkenalkan melalui lingkungan keluarga oleh orang tua mereka.
Tujuan dari dimainankannya permainan ini sendiri
adalah melatih anak untuk dapat bersosialisasi pada teman-teman sebayanya. Selain
itu juga untuk melatih daya tangkap dan daya tebak anak yang disertai dengan
nyanyian untuk memperoleh kesenangan dalam bermain dan menumbuhkan sikap kerja
sama.
Tiap daerah persebarah permainan ini ternyata memiliki
lirik tersendiri. Dan itu tergantung berdasarkan logat dari daerah
masing-masing. Diwabah ini ada beberapa versi dari lirik lagu cublak-cublak
suweng
Versi Umum
|
Versi Jawa Timur
|
Versi Yogyakarta
|
Cublak
cublak suweng
Suwenge
ting gelèntèr
Mambu
ketundhung gudèl
Pak empong
lera-léré
Sapa
ngguyu ndelikkaké
Sir sir
pong dhelé kopong
Sir sir
pong dhelé kopong
|
Cublak-cublak suweng
Suwenge tinggelenter
Mambu ketundhung gudel
Pak empo lera-lere,
Sapa guyundhelikak
Sir-sir pong dhele gosong
Sir-sir pong dhele gosong
|
Cublak-cublak suweng
Suwenge tinggelente
Mambu ketundhung gudel
Pak empong orong-orong
Pak empong orong-orong
Sir-sir plakdhele kaplak ora enak
Sir-sir plak dhele kaplak ora enak
|
Untuk
memainkan permainan ini dibutuhkan setidaknya tiga orang. Akan lebih baik jika
dimainkan oleh enam atau delapan orang. Permainan ini biasanya dimainkan oleh
anak-anak yang berusia 6-14 tahun, baik perempuan ataupun laki-laki. Permainan
ini dulu sering dimainkan saat bulan purnama di pelataran atau halam rumah yang
luas. Sebelum permainan dimulai terlebih dahulu untuk memilih si “embok” (sebutan untuk pemimpin
permainan).
Setelah itu mereka suit lalu yang kalah
disebut dengan “Dadi” (dalam bahasa
Indonesia “Jadi”). Dan dia harus bersimpuh dengan badan direbahkan ke lantai.
Sedangkan yang lainnya mengelilingi sambil tangannya terbuka dan diletakkan di
punggung pemain “Dadi” tadi. Begitu
juga dengan tangan si “embok” yang
biasanya adalah tanga sebelah kiri. Sementara tangan kanannya memegang kerikil
atau sejenisnya yang dianggap sebagai suweng.
Si pemain “Dadi” tadi selain tengkurap juga memejamkan mata. Supaya tidak
tahu suwengnya diedarkan diantara
tangan yang ada diatas punggungnya. Setelah itu si “embok” bersama pemain yang lain menyanyikan lagu cublak-cublak
suweng. Saat si “embok” selesai
menyanyikan lagu cublak-cublak suweng,
pada lirik “kopong”, “gosong”, atau “ora enak” pemain yang kejatuhan suweng (kerikil) harus menggenggamnya
hingga suweng itu tidak terlihat oleh
yang lain. Begitupun pada pemain yang lain juga menggenggam tangannya
seolah-olah menyembunnyikan suweng.
Hal ini sebagai bentuk tipuan supaya
pemain yang “Dadi” menjadi bingung
mencari tangan yang benar-benar menyembunyikan suweng. Ketika semua tangan telah menggenggam, sambil jari telunjuk
dijulurkan (diluruskan). Kemudian digerakkan berkali-kali anatara jari kanan
dan kiri sambil menyanyikan lirik terakhir cublak-cublak suweng secara
berulang-ulang. Saat pemain selesai menyanyikan lagu cublak-cublak suweng, lalu
pemain yang “Dadi” tadi duduk dan
mulai menebak tangan mana yang menyembunnyikan suweng (kerikil). Jika tebakan dari pemain yang “Dadi” tadi tepat, maka yang membawa
suweng secara otomatis mengantikan menjadi pemain “Dadi”. Dan lagu berhenti serta permainan diulang dari awal.
Namun bila tebakannya salah, maka pemain “Dadi” harus mengulang perannya.
Biasanya sebelum permainan diulang kembali, si pemain “Dadi” tadi mendapat hukuman
terlebih dahulu. Jenis hukumannya biasanya telah disepati sebelum
permainan dimulai. Bila ada anak yang berulang kali kalah dan berperan sebagai “Dadi” biasanya diistilahkan dengan dikungkung. Setelah selesai mendapatkan
hukuman dari semua pemain yang menang, maka si “Dadi” harus duduk bertimpuh kembali. Dan permainan dimulai seperti
tadi. Begitu seterusnya hingga para pemain merasa puas atau capek bermain
cublak-cublak suweng.
Selain itu lirik cublak-cublak suweng
ternyata juga mengandung makna tersendiri. Kurang lebih seperti ini arti dan
maknanya.
·
Cublak cublak suweng
Artinya banyak anting-anting. Terdapat
suatu tempat yang menyimpan harta yang berharga. Suweng adalah harta yang
sangat berharga bagi masyarakat Jawa. Perhiasan ini biasanya digunakan oleh
wanita Jawa. Karena itu harta dan wanita merupakan dua hal yang sangat berkaitan.
Sebab orang mencari harta umumnya karena wanita yang ia cintai. Pada dasarnya
manusia selalu menginginkan harta dan wanita.
·
Suwenge ting gelèntèr
Arti anting-antingnya ada dimana-mana.
Harta tersebut ada dimana-mana. Sebenarnya harta tersebut dapat ditemukan
dimana-mana. Pada konsep Jawa, hati adalah kekayaan yang paling utama,daripada
kekayaan harta (secara fisik). Oleh sebab itu harta dapat ditemukan dimana-mana
karena kekayaan hati dapat ditemukan disekeliling kita.
·
Mambu ketundhung gudèl
Arti tercium dan diburu oleh anak kerbau. Karena begitu banyaknya harta
yang ada sehingga tercium oleh orang bodoh dan mereka memburunya. Gudhel adalah
anak kerbau dan hewan tersebut menggambarkan kepolosan serta bodoh dalam
masyarakat Jawa. Karena begitu bodonya, saat ia mendapat informasi maka ia akan
langsung membenarkan dan melakukan informasi tersebut. Tanpa bertanyak terlebih
dulu kepada orang yang lebih mengeri.
·
Pak empong lera-léré
Arti Pak Empong melirik ke kanan dan kiri. Orang bodoh itu mencari dimana
letak harta itu. Orang bodoh biasanya menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan harta yang ia cari.
·
Sapa ngguyu ndelikkaké
Arti siapa yang tertwa maka ia yang menyembunyikan. Banyak orang yang telah
tahu dimana harta itu berada. Tetapi mereka tidak memberi tahu Pak Empong malah
menertawakannya. Orang yang sudah mendapatkan harta dengan cara yang tidak baik
·
Sir sir pong dhelé kopong
Arti kosongkan hawa nafsu dan perut. Untuk menemukan harta itu kosongkanlah
hawa nafsu dan sifat rakus yang selalu ingin mengisi perut. Untu,menyucikan
jiwa, terdapat ajaran untuk mengosongkan hawa nafsu dan menghilangkan sifat
rakut demi mengisi perut. Dalam masyarakat Jawa pemenuhan harta hanya sebatas
untuk kebutuhan hidup tidak lebih. Karena menurut mereka harta yang
sesungguhnya adalah kekayaan hati dan jiwa.
Bila
diartikan secara gari besar makna dari cublak-cublak uweng itu kurang lebih
seperti ini. kita manusia biasa yang berasal dari tanah. Hal itu disimbolkan
dari pemain yang terlungkup seolah dia sedang bersujud. Manusia itu sebenarnya
tidak tahu apa-apa. Namun, keinginannya untuk mencari harta begitu besar.
Manusia memiliki hasrat nafsu,harta, tahta, dan wanita. Dalam hal ini manusia
tetap memenuhi hasratnya untuk mencari harta. Harta tersebut tercecer
dimana-mana dan semua orang menginginkannya. Begitu mudanya bau harta itu
tercium, hingga orang tak berilmu pun tahu. Seperti sekarang ini, banyak sekali
maling, copet, dan koruptor. Koruptor sendiri biasanya disimbilkan dengan nama
tikus, hal itu sama dengan penyimbolan gudhel.
Para koruptor biasanya tersenyum mesam-mesem (soppo ngguyu ndelekake). Cara terbaik untuk mencari harta adalah
dengan hati nurani yang bersih. Tidak terpengaruh dengan hawa nafsu. Maka dari
itu kita akan lebih mudah menemukan harta.
Terdapat
empat filosofi yang dapat kita ambil dari makna diatas, yaitu
1.
Mengingatkan kita bahwa manusia itu berasal dari tanah.
2.
Pada dasarnya manusia memiliki hawa nafsu untuk memenuhi
hidupnya, yaitu hawa nafsu harta dan wanita, dalam lagu ini yang dijelaskan
adalah tentang harta.
3.
Ketika mencari harta itu manusia tidak boleh menggunakan jalan
pintas dengan mengambil atau menyembunyikan milik orang lain.
4.
Cara terbaik untuk mencari harta adalah dengan hati nurani
yang bersih dan tidak rakus dalam memenuhi kebutuhan perut.
Referensi
______.http://www.kammisemarang.or.id/2013/10/lagu-cublak-cublak-suweng-sebuah-ajaran.html
______.http://warisanbudayaindonesia.info/view/warisan/139/Cublak-Cublak_Suweng
______.http://windakritisenabize.blogspot.com/2011/04/tugas-mata-kuliah-permainan-tradisional_27.html
Komentar