Review The European Salsa Congress : Music and Dance in Transnational Circuits
Oleh : Immas Putri
A
Review The European Salsa
Congress : Music and Dance in Transnational Circuits
Penulis Ananya Jahanara Kabir
Dalam buku A Companion to Diaspora and Transnationalism
Salsa adalah sebuah tarian yang dimainkan oleh dua orang
secara berpasang-pasangan. Dalam tulisan ini Kabir membahas mengenai kongres
Salsa yang dilaksanakan di Berlin pada tahun 2010. Dimana seluruh pecintasalsa
atau yang disebut salserosberkumpul
selama tiga hari. Mulai dari pecintatarian musik dan barang-barang terkait tarian
salsa lainnya di pusat Eropa. Kabir melakukan pengamatan serta terlibat dalam
kegiatan maupun berbicara dengan delegasi-delegasi yang hadir.
Tarian salsa merupakan tarian yang populer di Kota New
York dengan pengaruh kuat dari Amerika Latin terutama Kuba dan Puerto Rico.Tarian
salsa mulai berkembang pada tahun 1960-an. Akan tetapi itu bukanlah benar-benar
awal perkembangannya. Jauh sebelum itu telah ada tarian-tarian dari negara Latin
yang mulai dimainkan di New York. Tarian tersebut berkembang di kalangan
imigran. Sejak tahun 1960 salsa terus berkembang dan mengalami pembaruan dalam
adegan tarian yang lebih mencerminkan diri mereka sebagai pemuda Latin yang
tumbuh di New York City.
Kongres yang dilaksanakan di Berlin merupakan ajang untuk
berkumpulnya para saleros untuk
mengasah kemampuan mereka dalam menari maupun jaringan hubungan dengan penari
lain. Selain sebagai kongres kegiatan ini juga mengandung unsur pariwisata, dalam
hal ini juga menghidupkan dunia hiburan yang ada. Kongres ini telah berlangsung
sejak tahun 1990-an di negara-negara berbahasa Spanyol. Para peserta kongres
telah mengalami perkembangan dengan adanya internet yang mampu menjadi salah
satu alternatif dalam melakukan publikasi. Salah satu yang telah dimanfaatkan
adalah tersedianya website dan
pemanfaatan Facebook dalam kegiatan publikasi dan mendokumentasikan pelaksanaan
kongres itu. Pada kongres tersebut berkumpul orang-orang dari berbagai negara
yang mana hal itu menunjukkan bahwa tarian salsa juga telah berkembang di
berbagai negara. Tidak hanya pada lingkungan orang Latin Amerika, tetapi hingga
Eropa ataupun Asia.
Pada saat kongres berlangsung peserta dari berbagai
negara diminta untuk menarikan tarian salsa. Karib mengutip salah satu
pertanyaan dari Katherine Wilson (2009) yang dimana dia menanyakan bagaimana
jika seorang Australia menari salsa dengan musik Jepang, apakah masih terasa
Latin? Masih menurut Wilson salsa tidak menjadi kurang Latin karena menyebar ke
seluruh dunia, akan tetapi identitas Latin mengalami pergeseran. Namun menurut
Kabir bukan bagaimana ‘rasa’ dari ke-Latin-an itu ada pada tarian salsa tetapi
bagaimana tarian salsa itu bisa berkembang ke berbagai negara. Itulah yang harus
diperhatikan dari tulisan ini.
Salah satu bagian yang penting dari tarian salsa adalah
adanya musik pengiring. Jika dulu musik pengiring itu liveband, maka pada kongres ini digunakanlah DJ. DJ sendiri
mengalami kekhawatiran akan hal itu dimana dengan adanya komersialisasi salsa
menjadi kongres. Dengan menggunakan DJ maka biaya yang dikeluarkan akan lebih
rendah daripada menggunkanliveband
yang mana itu harus didatangkan dari Latin atau Karibia. Tetapi DJ juga harus
mampu menampilkan sebuah musik yang dapat mengajak orang-orang yang berada
dalam kerumunan untuk menari. Sebuah tantangan tersendiri bagi seorang DJ untuk
tarian salsa.
Sebuah tarian dari Republik Dominika yang memiliki banyak
kesamaan dengan tarian salsa juga berkembang di India. Tarian itu dinamai bachatadance, bachata memiliki banyak kesamaan dengan salsa. Terutama dalam
kontak tubuh antar penari. Akan tetapi tarian ini lebih sensual daripada tarian
salsa. Tarian ini juga sangat populer dikalangan penari salsa terutama di
klub-klub. Hal itu tidak lain karena adanya perubahan emosi saat berada di
lantai dansa.
Jika dilihat dari tulisan ini, maka dapat menunjukkan
jika sebuah kebudayaan dapat berkembang pada suatu wilayah tertentu. Baik
dengan didukung oleh pemilik kebudayaan secara langsung ataupun tidak. Seperti
halnya saat ini dimana internet telah banyak dimanfaatkan oleh orang-orang
untuk memenuhi rasa keingintahuannya. Dengan adanya rasa ingin tahu tersebut maka
orang-orang tidak menutup kemungkinan untuk mempelajari dan mengembangkan
sebuah kebudayaan yang berasal dari luar kelompoknya. Melihat dari hal itu
apakah pemilik sebuah kebudayaan rasakan saat
kebudayaannya dipelajari oleh kelompok lain? Karena tidak menutup kemungkinan
jika kebudayaan tersebut akan mengalami ‘penjarahan’ dari kelompok yang
mempelajari.
Komentar