Pertumbuhan Penduduk di Kalimantan Selatan

Oleh : Immas Putri A
 
Tabel penduduk di Kalimantan Selatan tahun 1990 dan 2000

Golongan Umur
Tahun 1990
Tahun 2000
Laki-Laki
Perempuan
Laki-Laki
Perempuan
0-4
156 157
145 925
154 199
146 835
5-9
171 734
162 762
162 932
154 156
10-14
162 481
156 779
157 847
149 977
15-19
146 421
144 388
155 303
154 359
20-24
111 454
129 723
139 245
155 952
25-29
113 128
125 407
146 692
152 230
30-34
96 886
97 122
125 130
124 209
35-39
89 220
82 710
117 727
118 215
40-44
62 744
60 505
98 858
88 590
45-49
52 333
52 127
71 344
63 260
50-54
45 460
45 502
53 117
51 205
55-59
25 546
27 917
34 478
33 872
60-64
28 125
29 095
33 179
37 931
65-69
14 644
15 802
16 753
20 905
70-74
10 867
12 356
14 884
17 599
75+
8 683
12 533
10 179
14 534
Tak terjawab
13
98
-
-
Jumlah
1 295 896
1 300 751
1 491 885
1 483 829

Diagram Penduduk Menurut Umur di Kalimantan Selatan Tahun 1990      

                               

     Diagram Penduduk Menurut Umur di Kalimantan Selatan Tahun 2000                                     

                     

Angka kematian Bayi Di provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 1971, 1980, 1990, 1994, 1997, 2000, 2002, 2007, 2010, 2012

Tahun
Angka Kematian Bayi
1971
165
1980
123
1990
91
1994
83
1997
71
2000
70
2002
45
2007
58
2010
34
2012
44
                 

Angka kematian bayi dibawah usia lima tahun di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 1971, 1980, 1990, 1994, 1997, 1999 dan 2007, 2012

Tahun
Angka kematian bayi dibawah lima tahun
1971
248
1980
182
1990
130
1994
111
1997
121
1999
80
2007
75
2012
57


Angka Fertilitas di Provinsi Kalimantan Selatan pada Tahun 1971, 1980, 1985, 1990, 1991, 1994, 1997, 1998, 1999, 2000, 2002, 2007, 2010 dan 2012

Tahun
Angka Fertilitas
1971
5,43
1980
4,60
1990
3,24
1991
2,70
1994
2,33
1997
2,33
2000
2,30
2002
3,00
2007
2,60
2010
2,35
2012
2,50


Migrasi Risen di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 1980, 1985, 1990 , 1995, 2000, 2005, 2010, dan 2015

Tahun
Migrasi Masuk
Migrasi Keluar
Migrasi Neto
1980
61704
46061
15643
1985
55752
50782
4970
1990
98330
76447
21883
1995
69244
56360
12884
2000
89320
62612
26708
2005
62574
41824
20750
2010
103455
55292
48163
2015
86621
55117
35150


Migrasi Seumur hidup di Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 1971, 1980, 1985, 1990, 1995, 2000, 2005, dan 2010

Tahun
Migrasi Masuk
Migrasi Keluar
Migrasi Neto
1971
67285
84257
-16972
1980
145417
169561
-24144
1985
182663
195946
-13283
1990
274745
201936
72809
1995
321955
245595
76360
2000
360324
255595
104729
2005
400562
297766
102796
2010
487245
312390
174855

Analisis

Penduduk Kalimantan selatan pada tahun 1990 berjumlah 2.596.647 dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.295.896 dan penduduk perempuan sebanyak 1.300.751. Pada sensus ini penduduk perempuan sedikit lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki. Anak laki-laki berusia 5-9 menjadi penduduk terbanyak pada kelompok lagi-laki. Jika dilihat dari rentang usia 5-9 tahun serta beberapa usia diatas dan bawahnya yang juga memiliki jumlah cukup besar maka dapat dilihat bahwa Provinsi Kalimantan Selatan memiliki jumlah angka beban ketergantungan yang cukup tinggi. Angka beban ketergantungan yang ada di Kalimantan Selatan sebesar 65 yang artinya setiap 100 orang produktif harus menanggung beban 65 orang nonproduktif.

Sedangkan pada tahun 2000 jumlah penduduk Kalimantan Selatan sebanyak 2.975.714. Dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 1.491.885 terjadi peningkatan sebanyak 0,15% selama sepuluh tahun. Penduduk Perempuan berjumlah 1.483.829 dimana peningkatan yang terjadi selama sepuluh tahun sebesar 0,14%. Angka beban ketergantungan mengalami penurunan yang sebelumnya 65 menjadi 52. Yang artinya jika pada tahun 1990, 100 orang produktif memiliki tanggungan 65 orang nonproduktif maka pada tahun 2000 beban tersebut berkurang menjadi 52 tanggungan nonproduktif pada setiap 100 orang produktif.

Angka kematian bayi yang terjadi di Kalimantan Selatan selama rentang waktu 1971-2012 mengalami penurunan. Pada tahun 1971 terdapat 165 kematian bayi maka pada tahun 2012 angka tersebut telah menurun dan menjadi 44 kematian bayi. Menurunnya jumlah kematian bayi tidak lain didukung oleh perkembangan fasilitas kesehatan di provinsi itu. Hal itu berbanding lurus karena semakin tercukupinya sarana dan prasana kesehatan menjadikan bayi lebih cepat mendapatkan penangan ketika mengalami sakit. Kemajuan tingkat pendidikan yang ditempuh oleh orang tua juga memberikan pengaruh. Semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua, maka semakin tinggi pula tingkat kesadarannya akan kesehatan. Sehingga bayi yang sakit atau mengalami permasalahan segera mendapat penangan dari pihak yang berwajjib.

Begitu juga pada kematian bayi dibawah lima tahun. Selama kurun waktu 1971-2012 terlihat semakin menurunnya angka kematian bayi. Sama seperti diatas, ketika sarana dan prasana baik kesehatan, transpotasi dan sarana umum lainnya tersedia dengan baik maka penangan terhadap bayi-bayi semakin baik juga. Pada tahun 1971 dimana bangsa Indonesia masih dapat dikatakan sebagai negara yang baru berkembang maka sangatlah wajar jika angka kematian bayinya masih tinggi. Pada saat itu Indonesia masih menjadi negara yang sedang berusaha untuk menata dirinya. Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi serta sarana dan prasana publik yang terus dibangun di seluruh tanah air tidak terkecuali di Kalimantan Selatan telah menjadikan daerah ini mengalami kemajuan.

Pada tahun 1971 angka fertilitas masih berada pada 5,4 (anak). Sedangkan pada tahun 2012 angka fertilitas berada pada 2,5 (anak). Penurunan angka fertilitas ditingarai sebagai salah satu dampak dari adanya program Keluarga Berencana yang mulai diperkenalkan sejak sekitar tahun 1970an. Dimana setiap keluarga diharapkan untuk membatasi jumlah anak mereka sebanyak dua orang, perempuan atau laki-laki sama saja. Dengan adanya program tersebut tingkat pertumbuhan penduduk dapat ditekan. Namun, masih ada beberapa daerah yang belum mampu untuk mengakses KB ini dengan baik sehingga masih ada daerah-daerah yang memiliki angka fertilitas tinggi. Di Kalimantan Selatan sendiri terlihat jika program KB dapat terlaksana. Hal itu ditandai dengan semakin menurunnya angka fertilitas. Angka fertilitas yang terendah terjadi pada tahun 2000 dimana pada tahun 1998 Indonesia mengalami krisis dibanyak sentor hal itu juga memberikan pengaruh pada keinginan keluarga untuk memiliki anak. Dalam keadaan krisis orang-orang lebih banyak untuk memikirkan kehidupannya saat itu dan sedikit mengesampingkan keturunan.

Tidak dapat dipungkiri jika migrasi sudah terjadi sejak zaman kerajaan. Dimana hubungan perdagangan, penyebaran agama dan beberapa aktivitas lainnya telah membuat orang dari suatu daeerah tinggal dan menetap pada daerah lain. Begitu pula yang terjadi di Kalimantan Selatan. Daerah ini banyak dijadikan daerah tujuan migrasi dari masyarakat Jawa dan beberapa etnis lain. Selain itu pemerintah juga memberikan andil dalam migrasi ini. Salah satunya melalui program tranmigrasi yang dilakukan untuk mengurangi jumlah penduduk yang ada di Jawa dan memeratakan daerah-daerah lain.

Kalimantan Selatan yang juga memiliki daya tarik bagi transmigran adalah masih banyaknya kesempatan kerja yang bisa diperoleh di sana. Seperti beberpa tahun yang lalu ketika pertambangan menjadi salah satu tempat untuk bekerja yang favorit maka banyak sekali orang-orang yang berusaha untuk dapat bekerja di sana. Adanya perkebunan sawit di Kalimantan Selatan juga menjadi salah satu lapangan pekerjaan untuk mereka yang bependidikan rendah sebagai pekerja lapangan. Migrasi masuk terbesar di Kalimantan Selatan terjadi pada tahun 2010 sebanyak 103.455 orang yang mana itu baru migrasi risen. Sedangkan pada migrasi seumur hidup terjadi sebanyak 487.245 orang. Untuk migrasi keluar terbanya terjadi pada tahun 2010 juga yaitu 55.117 orang untuk migrasi risen dan 312.390 untuk migrasi seumur hidup.

Kesimpulan
Usia bangsa Indonesia yang sudah lebih dari 50 tahun dengan segala kekurangan dan kelebihannya dalam bidang pembangunan telah memberikan pengaruh dalam bidang kependudukan. Salah satunya di Provinsi Kalimantan Selatan, pembangunan sarana dan prasana memberikan begitu banyak dampak. Seperti dengan tersedianya fasilitas kesehatan dan akses yang mudah telah mampu menekan angka kematian bayi. Selain pemerataan pembangunan juga memberikan daya tarik untuk melakukan migrasi baik secara permanen ataupun sementara.

Daftar Pustaka
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/855


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan Formalis dan Substantif dalam Antropologi Ekonomi

Analisis Tema, Alur, dan Karakter Dalam Novel Perahu Kertas