Antropologi Terapan
Oleh : Immas Putri A
Antropologi terapan
mulai berkembang pada pertengahan abad ke 19. Upaya terapan ini digunakan untuk
memperbaiki nasip masyarakat suku-bangsa yang dianggap primitif.Antropologi
terapan ini dimulai di Amerika Serikat, orang-orang kaya yang ada di negara
tersebut memberikan bantuan kepada organisasi atau perkumpulan swasta.
Pemberian biaya tersebut bertujuan untuk memberikan peningkatan kesejahteraan
pada hidup orang Indian Amerika. Namun dalam pelaksanaanya kegiatan itu masih
dilakukan secara setengah-setengah.
Di Eropa
antropologi terapan mulai dikenal pada akhir abad ke 19 hingga awal abad ke 20.
Ilmu terapan ini digunakan oleh negara-negara penjajah untuk mendukung kebijakan
di negara-negara jajahan. Dimana pada akhir abad ke 19 telah terjadi perubahan
pemikiran bahwa negara jajahan tidak hanya untuk di eksploitasi saja, tetapi
juga harus diperbaiki kesejahteraan penduduknya. Selain itu, dorongan untuk
memberikan kesejahteraan kepada masyarakat negara jajahan juga berasal dari Dewan
Perwakilan Belanda sebagai contohnya. Tekanan yang berasal dari dalam negara
tersebut membuat pemerintah jajahan Belanda mengambil kebijakan yang bertujuan
lebih memperhatikan kesejahteraan, kesehatan, dan pendidikan rakyat. Dalam
melaksankannya dikenal dengan istilah etische
politiek, dimana pengetahuan tentang manusia, masyarakat, dan kebudayaan
Indonesia pada khususnya perlu ditingkatkan. Oleh karenanya ilmu Antropologi
Indonesia yang pada saat itu dikenal dengan ethnology
atau volkenkunde (Ilmu bangsa-bangsa)
merupakan sebuah ilmu terapan yang menting. Dalam konteks Indonesia, ilmu ini
adalah ilmu yang mempelajari mengenai cara berpikir bangsa Indonesia. Sehingga oleh
pemerintah Belanda ilmu ini dianggap sangat penting untuk digunakan memperbaiki
taraf ekonomi rakyat. Selain itu juga memudahkan pemerintah Belanda untuk
menjalankan pemerintahannya di negara jajahan tanpa harus menggunakan kekerasan
dan paksaan.
Dengan begitu
pentingnya program kesejahteraan yang akan dilaksanakan oleh pemerintah
Belanda, maka semua pegawai pemerintah yang ingin di tempatkan di negara
jajahan Indonesia harus terlebih dahulu mengambil pendidikan mengenai
bangsa-bangsa Indonesia di sekolah Rijksinstelling
voor Taal-Land- en Volkenkuende van Nederlandsh-Indie. Pada selanjutnya pendidikan
calon pegawai Indonesia dipindahkan ke Universiteit te Laiden, dengan mata
kulaih wajibnya indologie atau kajian
ilmu Indonesia. Selain Belanda, pegawai pemerintah Inggris juga menuliskan
etnografi yang digunakan untuk menentukan garis kebijakan di daerah jajahan. Beberapa
etnografi tersebut seperti buku W. Marsden tentang kebudayaan Rejang di
Sumatera Selatan, buku T.S. Raffles mengenai kebudayaan Jawa. Buku Raffles
ditulis sebagai upaya penerapan sistem pajak tanah yang baru di tanah Jawa. Pada
dasarnya ilmu antropologi terapan pada jaman penjajahan digunakan sesuai
keperluan pemerintah jajahan. Guna memperlancar jalannya pemerintahan di negara
jajahannya.
Komentar