Agrowisata di Kota Batu
Agrowisata di Kota Batu
Tugas Tengah Semester
Mata Kuliah Agro
Desa Wisata
Kelas Pariwisata B
Oleh
Immas Putri
Agustin
14/363546/SA/17317
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
2017
Agrowisata di Kota Batu
Pariwisata
belakangan ini telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sektor ekonomi
ini juga telah menjadi salah satu sumber pemasukan pendapatan daerah yang cukup
besar. Hal itulah yang terjadi di Kota Batu, sektor pariwisata menjadi salah
satu sumber pendapatan daerah terbesar dalam penerimaan pajak. Sebagai sebuah
daerah yang baru berdiri secara resmi sebagai daerah administrasi kota pada
tahun 2001, Kota Batu memiliki potensi pariwisata yang potensial. Baik dari
lingungan alam dengan keindangan pegunungannya ataupun sosial dengan kehidupan
penduduknnya.
Kota Batu yang
terdiri dari tiga kecamatan yaitu Batu, Junrejo, dan Bumiaji. Secara
keseluruhan Kota Batu memiliki luas sekitar 199,09 Km2 dengan daerah
terluas di Kecamatan Bumiaji. Kecamatan Bumiaji setidaknya memiliki luas
wilayah 64 persen dari keseluruhan wilayah yang ada di Kota Batu. Kota Batu
terletak pada ketinggian berkisar 800-1200 meter di atas permukaan laut. Dari
ketinggiannya Kota Batu terletak pada kawasan pegunungan dan bukit. Dengan
keberadaannya pada ketinggian tersebut serta menjadikan Kota Batu terkenal
dengan daerah yang dingin.
Berdasarkan rencana
tata ruang wilayah Kota Batu tahun 2010-2030 yang dikeluarkan dalam Perda No. 7
tahun 2011, wilayah Kota Batu dibagi menjadi tiga bagian wilayah kota (BWK). BWK
I terletak di Kecamatan Batu yang merupakan pengembangan utama sebagai puast
pemerintahan kota. BWK II di Kecamatan Junrejo yang dijadikan wilayah
pengembangan pemukiman kota disertai dengan pusat pelayanan pemerintahan. BWK
III yang terletak di Kecamatan Bumiaji dengan fokus pengembangan utama kawasan
agropolitan, wisata alam dan lingkungan. Dijadikannya Kecamatan Bumiaji sebagai
kawasan pengembangan wisata tidak lain karena luas wilayahnya yang lebih besar
dari pada dua kecamatan lain. Selain itu wilayaha Kecamatan Bumiaji juga lebih
subur dari pada Kecamatan Junrejo.
Pembangunan wisata yang
berkonsep agrowisata atau wisata berbasis alam merupakan salah satu bentuk
keresahan yang ada di Kota Batu. Sejak berdirinya Kota Batu pada tahun 2001,
daerah ini telah menerima investor dari luar untuk membangunn wahana wisata
buatan. Wahana wisata buatan atau yang juga dikenal dengan wisata bertema
khusus terus mengalami perkembangan. Sehingga terjadi kekhawatiran jika hal itu
terus terjadi dampak kerusakan lingkungan yang disebabkan karena sampah ataupun
alih fungsi lahan dapat menyebabkan perubahan pada wilayah Kota Batu. Setidanya
terdapat lima wahana wisata buatan yang setiap tahunnya mampu mendatangkan
ribuan pengunjung. Jumlah pengunjung tersebut jika tidak dibarengi dengan
pegelolaan alam yang baik maka tidak menutup kemungkinan dapat menyumbang perubahan
yang terjadi.
Agrowisata atau
agrotourism merupakan sebuah bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan usaha
agro atau agrobisnis sebagai objek wisata. Dalam melakukan pengembangan
agrowisata yang berbasis potensi lokal dapat memberikan dampak positif bagi
warga masyarakat, pemerintah maupun pihak swasta. Untuk melakukan pengembangan
ini setidaknya terdapat lima aspek utama yaitu sumber daya manusia, promosi, sumber
daya alam dan lingkungan, dukungan sarana dan prasarana, dan kelembagaan.
Apabila kesemua aspek tersebut telah ada dan saling mendukung satu dengan yang
lain maka pengembangan agrowisata dapat berjalan secara optimal. Semua aspek
tersebut berada pada pihak masyarakat (lokal), pemerintah dan swasta yang turut
mendukung perkembangan pariwisata. Oleh karenanya diperlukan keserasian dan
saling kerja sama guna meningkatkan pariwisata yang ada.
Di bawah ini akan
di jelaskan secara singkat mengenai potensi dan objek daya tari wisatawan yang
ada di Kecamatan Bumiaji. Hal ini sesuai dengan pembagian wilayah kota yang
telah dilakukan oleh pemerintah Kota Batu yang mana kecamatan Bumiaji dijadikan
kawasan pengembangan pariwisata berbasis agrowisata. Terdapat enam desa wisata
yang akan dituliskan dalam hal ini yaitu Desa Gunungsari, Desa Punten, Desa
Tulungrejo, Desa Sumberbrantas, Desa Bumiaji dan Bulukerto.
Desa Gunungsari
Potesi yang
terdapat di desa ini adalah potensi wisata minat khusus jelajah alam dengan
jalur pendakian. Dusun, Brumbung yang terletak di perbukitan dimana
masyarakatnya mengembangkan pertanian bunga mawar potong jenis mawar lokal dan holland. Potensi yang lain adalah
potensi kesenian tradisional seperti terbang jidor, pencak silat, wayang kulit,
karawitan dan kuda lumping, serta upacara adat selamatan desa.
Secara
aksesibilitas Desa Gunungsari relatif mudah untuk dijangkau. Baik dengan
menggunakan akutan kota ataupun kendaraan pribadi. Meskipun kondisi jalan yang
ada masih memerlukan perbaikan dan peningkatan guna semakin mempermudah
wisatawan untuk datang. Jarak desa dengan pusat kota yang berjarak lima hingga
delapan kilometer memerlukan waktu tempuh yang kurang dari satu jam. Akan
tetapi di desa ini belum ada sarana pendukung akomodasi .
Desa Punten
Potensi wisata yang
dimiliki oleh desa ini adalah kampung wisata alam dan lingkungan yang eksos
yaitu kampung wisata Kungkung. Wilayah ini terletak di perbukitan dengan luas
14 ha. Potensi lain yang ada di desa ini yaitu pasar bunga hias, wisata petualangan
tracking atau mendaki serta wisata
jelajah dengan suasana pedesaan yang masih asri. Selian itu juga terdapat
potensi kesenian diantaranya kuda lumping, jaranan dor, sanduk, terbang jidor,
pencak silat, dan reog-senterewe. Terdapat sebuah upacara adat yang masih dipertahankan
oleh masyarakat desa yaitu grebeg desa atau selamatan desa.
Secara
aksesibilitas desa ini dapat ditempuh dengan mudah oleh wisatawan dari pusat
kota. Dengan jarak yang berkisar kurang dari sepuluh kilometer dari pusat kota
membuat desa ini dapat ditempuh secara cepat. Hal itu didukung oleh kondisi
jalan yang baik. Di Desa Punten sarana dan prasarana yang ada merupakan yang
terlengkap. Terdapat penginapan atau losmen dan hotel sebanyak tiga belas buah.
Penginapan tersebut belum termasuk dengan sarana rumah makan atau restoran.
Desa Tulungrejo
Di Desa Tulunrejo
terdapat wisata agro petik apel yang terdapat di lahan milik masyarakat atau
kelompok tani dan agro peternakan. Disamping itu juga terdapat potensi wisata
minat khusus diantaranya wisata petualangan motor trail, jeep adventure dan offroad. Terdapat juga wisata religi
berupa punden atau makam yang dikeramatkan. Desa ini memiliki beberapa kesenian
yang dapat dioptimalkan sebaya daya tarik wisata diantaranya reog, campursari,
kuda lumping, jaranan dor, sanduk, terbang jidor, pencak silat dan karawitan. Serta
sebuah upacara yang dilakukan sekali dalam setahun pada hari senin. Wisata
bangunan bersejarah juga ada di wilayah ini yaitu hotel Wisma Bima Sakti di
kawasan Taman Rekreasi Selecta dan Kantor Desa Tulungrejo.
Terdapat sebuah
wisata Coban Talun yang mana pengunjung dapat melakukan perjalanan ke kawasan
hutan alam, menikmati air terjun, melihat flora atau tumbuhan yang
dibudidayakan oleh masyarakat setempat. Serta melakukan jelajah alam atau tracking dan berkemah di lapangan
perkemahan. Desa Tulungrejo memiliki sebuah wahana wisata taman rekreasi yang
telah terkenal yaitu Selecta. Di tempat ini pengunjung dapat menikmati
keindahan alam sekilat Selecta dan juga taman bunga yang indah. Berjalan-jalan
di sekitar Selecta dengan melihat masyarakat atauu petani di kebun apel maupun
ladang pertanian sayur. Dalam melakukan pengelolaan wisata Taman Rekreasi
Selecta berbentuk PT tetapi semangat kebersamaan yang dimiliki menyerupai
koperasi yakni kebersamaan dan kekeluargaan yang menjadi ciri utamanya.
Akses untuk dapat
menuju Desa Tulungrejo dapat ditempuh secara langsung dari pusat Kota Batu.
Waktu tempuh yang diperlukan tidak lebih dari satu jam dengan jarak berkisal
sepuluh hingga dua belas kilometer, kondisi jalannya pun baik. Terdapat lima
buah penginapan dan hotel serta beberapa rumah makan atau restoran yang ada
guna menunjang pariwisata di desa ini.
Desa Sumberbrantas
Potensi wisata
minat khusus yang ada di desa ini adalah wisata petualangan motor trail dan jeep adventure. Untuk wisata kesenian
terdapat kesenian kuda lumping, bangtengan, pencak silat, sanduk, dan reog.
Sama seperti desa lain yang masih mempertahankan upacara adatnya, Desa
Sumberbrantas juga masih melakukan selamatan desa. Terdapat dua potensi wisata
alam yang ada di desa ini yaitu wisata Arboretum
Sumberbrantas dan Taman Hutan Raya Raden Soerjo. Taman Hutan
Raya Raden Soerjo ini masuk dalam wilayah administratif Kabupaten Mojokerto,
Kabupaten Malang, Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan dan Kota Batu. Dimana
Taman Hutan Raya ini merupakan kawasan taman hutan raya yang berada di dalam
kompleks gunung Arjuno-Welirang-Anjarmoro. Di Taman Hutan Raya ini dapat
dilakukan penelitian, pengenbangan dan kegiatan wisata menikmati keindahan dan
pemandangan alam. Sedangkan Arborentum Sumberbrantas merupakan kawasan
koservasi tumbuhan dan berbagai tanaman. Di lokasi ini juga terdapat sumber
mata air Sungai Brantas. Kegiatan wisata yang dapat dinikmati tidak jauh berbeda dengan yang terdapat di Hutan
Raya Raden Soerjo.
Jarak dari pusat
kota ke desa ini kurang lebih dua puluh kilometer dengan waktu tempuh satu jam.
Konsisi jalan yang ada sangat baik karena merupakan jalur utama dari Kota Batu
menuju desa-desa yang ada di Kecamatan Bumiaji. Begitu juga dengan kondisi
jalan yang ada di Desa Sumberbrantas sendiri cukup baik. Akan tetapi desa ini
belum memiliki sarana dan prasarana pendukung serta akomodasi untuk kegiatan
pariwisata yang ada.
Desa Bumiaji
Potensi wisata yang
dimiliki oleh desa ini ada pertanian, dengan unggulan petik apel, petik jeruk
serta petik jambu merah. Petensi lain yang dimiliki adalah wisata alam atau hiking. Serta wisata religi berupa
ziarah atau kunjungan ke makam-makam
yang dikeramatkan. Kesenian yang dapat dioptimalkan guna mendukung
kegiatan wisata terdapat kesenian terbang jidor, campursari, kuda lumping, dan
wayang kulit. Sama seperti desa lain yang masih mempertahankan upacara adat
selametan desa.
Di Desa Bumiaji
terdapat setra-sentra industri rumah tangga pengolahan hasil pertanian.
Diantaranya keripik kentang, jenang atau dodol apel, keripik dari buah-buahan
seperti aperl; nangka; nanas;, serta ada industri rumah tangga minuman sari
apel. Untuk akses menuju Desa Bumiaji dapat ditempuh dari pusat kota dalam
waktu kurang dari satu jam dengan jarak lima hingga enam kilometer. Konsidi
jalan yang baik dan lebar juga mendukung kelancaran akses wisata. Akan tetapi
tidak terdapat hotel, wisma atau penginapan di desa ini. Namun, telah dikembangkan
home stay atau rumah-rumah penduduk
yang dapat ditinggali oleh wisatawan untuk sementara waktu.
Desa Bulukerto
Desa Bulukerto
memiliki potensi wisata agro dengan petik apel. Terdapat potensi pertanian
hortikultura sayur, jeruk dan tanaman hias yang belumm dikembangkan. Ada juga
wisata jelajah yang dapat dilakukan di desa ini melalui hamparan tanaman.
Potensi kesenian yang dimiliki tidak jauh berbeda dengan desa-desa yang lainnya.
Jarak tempuh dari pusat kota dapat dilakukan kurang dari satu jam, dengan jarak
lima hingga tujuh kilometer. Jalan yang ada sudah baik dan lebar, begitu juga
dengan jalan-jalan desa yang ada. Desa Bulukerto tidak memiliki sarana
prasarana pendukung dan akomodasi.
Dari beberapa desa
yang telah disebutkan terlihat bahwa terdapat beberapa desa yang telah siap
untuk menjadi desa wisata ataupun agriwisata. Sedangkan desa-desa yang lain
masih diperlukan pengembnagan dan pembangunan sarana prasarana guna melengkapi
fasilitas yang dapat mendukung kegiatan wisata. Dalam hal kelembagaan Desa
Bumiaji telah memiliki pengurus wisata yang langsung dikepalai
oleh kepala desa. Di Desa tersebut terdapat beberapa kelompok tani yang
dibawahi oleh kepala desa. Meskipun telah ada organisasi yang dapat menampung dan
mendukung pengembangan pariwisata akan tetapi dalam menjalankannya masih tetap
belum optimal.
Sinergi dari
pemerintah dan pihak pengelola baik masyarakat atau swasta masih sangat
diperlukan. Salah satunya dalam mengundang wisatawan untuk datang ke Kota Batu,
khususnya pada daerah-daerah desa wisata atau agriwisata. Karena selama ini
kunjungan wisatawan terbesar di Kota Batu adalah ke lokasi wisata buatan.
Dimana hal ini wisatawan hanya mengunjungi Kota Batu secara singkat. Pengembangan
variasi jenis wiasata juga dapat menjadi salah satu faktor yang dapat membuat
pengunjung memperpanjang kunjungannya.Sehingga belanja yang dilakukan oleh
wisatawan juga semakin meningkat. Salah satu wacana desa wisata yang telah ada
untuk pengembangan wisata di Kota Batu adalah living with people, dimana wisatawan tinggal menyatu dengan
penduduk beserta tata cara dan tradisi yang berlaku di masyarakat. Konsep ini
merupakan pengembangan dari kegiatan agrowisata petik atau panen apel yang
telah ada, agar wisatawan mempunyai banyak
pilihan untuk mengkonsumsi atraksi wisata.
Apabila semua pihak
telah mampu bersinergi dengan baik maka tidak menutup kemungkinan Kota Batu
mampu menjadi kota wisata internasional. Seperti visi yang dimiliki oleh Kota
Batu sebagai kota wisata yaitu “Kota Batu Sentra Pertanian Organik Berbasis
Kepariwisataan Internasional”. Dimana dalam mengembangkan pariwisatanya tidak
lupa juga tetap menjada kondisi lingkungan alam. Sehingga pariwisata yang ada
mampu menjaga lingkungan alam serta menjadi pariwisata yang berkelanjutan.
Foto
Wisata petik apel Wisata petik bunga mawar Spot outbond di Kampung Wisata Kungkuk
Daftar Pustaka
Attar, Muhammad, Luchman Hakim, dan Bagyo Yanuwiadi. 2013.
Analisis Potensi Dan Arahan Startegi Kebijakan Pemgembangan Desa Ekowosata di
Kecamatan Bumiaji − Kota Batu. Journal of
Indonesian Tourism and Development Studies. Vol 1(2), hal 68-78.
Badan Pusat Statistik Kota Batu. 2015. Kota Batu Dalam
Aangka. Batu: Badan Pusat Statistik Kota Batu.
Intyaswono, Stephen, Edy Yulianto, dan Mukhammad Kholid
Mawardi. 2016. Peran Strategi City
Branding Kota Batu Dalam Trend
Peningkatan Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Studi Pada Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Kota Batu). Jurnal
Administrasi Bisnis. Vol 30(1), hal 65-73.
Nurhidayati, Sri Endah. 2015. Studi Evaluasi Penerapan Community Based Tourismi (CBT) sebagai
Pendukung Agrowisata Berkelanjutan.
Masyarakat, Kebudayaan, dan Politik. Vol 28(1), hal 1-10.
Puspito, Atras Radifan dan Dian Rahmawati. 2015.
Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Pengembangan Kawasan Agrowisata melalui
Pendekatan Community Based Tourismi di
Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Jurnal
Teknik ITS. Vol 4(2).
Sukmaratri, Myrna dan Maya Damayanti. 2016. Diversifikasi
Produk Wisata Sebagai Strategi Pengembangan Daya Saing Wisata Kota Batu. Jurnal Pembangunan Wilayah & Kota. Vol
12(3), hal 325-335.
Sulistyaningsih, Tri, dkk. 2016. Pengembangan Desa Wisata
Agro Berbasis Buah Tropis Di Kota Batu Jawa Timur. SENASPRO 2016. Hal 652-660.
Ulfah, Irma Fitriana, Andi Setiawan dan Alfiyatur
Rahmawati. 2017. Pembangunan Desa Berbasis Potensi Lokal Agrowisata Di Desa
Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur. Politik
Indonesia. Vol 2(1), hal 47-65.
|
Komentar