Industri Kreatif di Sumatera Barat : Kendala dan Peluang




Oleh : Immas Putri A

Pendahuluan
Industri kreatif yang menjadi andalan pemerintah selama beberapa tahun belakangan semakin digalakan pada tingkat yang lebih rendah –provinsi hingga kabupaten–. Pemerintah pusat sebagai penentu kebijakan yang tertinggi memutuskan sektor kreatif sebagai salah satu pendapatan yang menjadi fokus utama sebagai alternatif dari semakin menipisnya SDA yang ada. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Presiden RI Joko Widodo “... kontribusi ekonomi kreatif pada perekonomian nasional semakin nyata. Nilai tambah yang dihasilkan ekonomi kreatif juga mengalami peningkatan setiap tahun(seluler.id, 5 Agustus 2015).
Sama seperti pada tingkat nasional, pemerintah Provinsi Sumatera Barat juga memiliki sektor-sektor yang menjadi fokus pengembangan industri kreatif. Sumatera Barat memilih sembilan sektor dari enam belas sektor yang dimiliki oleh pemerintah pusat menjadi fokus utama pengembangan industri kreatif ini. Karnalis Kamaruddin, Sekretaris Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sumbar menyebutkan 9 subsektor itu antara lainfashion, kuliner, kerajinan tangan, musik, seni pertunjukan, fotografi, desain, animasi, dan film, untuk mendapatkan pengembangan lebih lanjut (kabar24.bisnis.com, 8 September 2016). Akan tetapi dari sembilan sektor tersebut baru tiga sektor yang berkembang, yakni kuliner, fashion, dan kerajinan tangan. Pemerintah Sumatera Barat sedang mengusahakan untuk mengembangkan berbagai sekor industri kreatif tersebut bersama dengan pengembangan pariwisata.
Perkembangan industri kreatif pada tingkat daerah masih banyak mengalami hambatan. Berbagai permasalahan tersebut ada yang berasal dari dalam dan luar kelompok masyarakat ataupun individu. Modal, kemampuan manajemen serta persaingan pasar merupakan permasalahan yang banyak dialami oleh pelaku-pelaku industri kreatif dari daerah. Apabila hambatan tersebut tidak mampu mereka lewati maka tidak jarang industri kreatif tersebut akan gulung tikar. Selain bersaing dengan berbagai produk dari dalam negeri, produk-produk industri kreatif masih harus bersaing dengan berbagai barang yang juga datang dari luar negeri yang sering kali memiliki kualitas tidak kalah bagus namun menawarkan harga terjangkau.
Modal menjadi faktor penting dari perkembangan sebuah industri kreatif, dengan adanya modal yang cukup seorang produsen dapat memaksimalkan usahanya melalui mengadaan alat-alat produksi. Alat produksi tersebut nantinya akan membantu dalam efisiensi waktu. Apabila seorang produsen memiliki alat yang cukup maka dia dapat memaksimalkan jumlah produksinya. Sehingga hasil yang dicapai juga dapat memenuhi pasar. Selain memenuhi pasar, dengan adanya alat produksi yang mumpuni seorang produsen juga mampu menekan harga jual, guna memperluas jangkauan konsumen. Jika sebelumnya seorang produsen mampu membuat sebuah kerajinan dan dijual dengan harga seratus ribu maka saat adanya alat produksi yang mumpuni produsen dapat menjual barangnya seharga tujuh puluh ribu, akan tetapi jumlah produksinya akan meningkat.
Pencarian modal ini tidak dapat dilepaskan dari bantuan penyokong dana yakni pebankan yang ada di Indonesia. Berbagai perbankan mulai giat memberikan pinjaman dengan bunga rendah kepada para pelaku usaha industri kreatif. Selain itu, beberapa bank juga ikut ambil bagian dalam pengembangan industri kreatif. Sebagai contoh, BNI memiliki Rumah Kreatif  BUMN yang mana itu dapat dimanfaatkan oleh pelaku UMKM dan UKM untuk mengakses penjualan melalui dunia digital. Melalui program ini BNI mendorong UMKM dan UKM untuk dapat melakukan pemasaran dan pengemasan produk yang menarik agar dapat bersaing dengan berbagai industri yang ada.
Selain itu bank daerah Sumatera Barat juga turut membantu perkembangan usaha kecil yang ada di sana melalui pemberian bunga ringan kepada para pelaku usaha kecil yang akan meminjam modal. Kredit yang dikeluarkan oleh PT BPD Sumatera Barat (Bank Nagari) tersebut dinamai Kredit Peduli Ekonomi Rakyat (KPER) dengan bungan sebesar 7 persen atau dibawah bungan KUR yakni 9 persen per 1 Mei 2016 (finansial.bisnis.com, 26 April 2017). Terobosan ini dilakukan mengingat Sumatera Barat memiliki UMKM yang besar yakni 84 persen pelaku usaha mikro dan 16 persen adalah pelaku usaha kecil dan menengah. Sehingga dapat dilihat bahwa di Sumatera Barat tidaka da usaha besar. Program Bank Nagari ini juga didukung oleh pemerintah daerah –yang terwakili oleh Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno–secara tidak langsung hal itu menunjukkan bahwa pemerintah menginginkan perkembangan UMKM yang ada untuk menjadi penyokong perekonomian daerah. Secara lebih lanjut akan dibahas beberapa hal mengenai industri kreatif yang ada di Sumatera Barat

Kendala
Selain faktor modal seperti yang telah disinggung diatas, perkembangan industri kreatif ditingkat daerah juga terkendala oleh beberapa hal seperti masih rendahnya sumber daya manusia yang ada, regulasi dan instansi yang mendukung kegiatan ini serta pemasaran yang dilakukan masih berada dilingkaran yang kecil seperti hanya ditingkat kabupaten atau provinsi. Pelaku UMKM dituntut untuk dapat melakukan pemasaran secara lebih luas ditengah berbagai kendala yang mereka hadapi. Salah satu pemasaran yang cukup mengiurkan saat ini adalah pemasaran melalui media digital ataupun daring. Dengan adanya pemasaran secara daring diharapkan para pelaku usaha dapat menyasar pangsa pasarnya secara lebih luas. Tidak hanya pada tingkatan kabupaten atau provinsi saja akan tetapi secara nasional dan internasional.
Pemasaran secara digital memang terlihat mudah akan tetapi jika tidak didukung dengan sumber daya manusia yang memadai maka akan tetap mengalami kesulitan. Terlebih jika usaha kecil ini dimiliki atau dijalankan oleh generasi-generasi yang belum mengenal teknologi dengan baik. Diperlukan adanya sinergi antara para pemuda dan pemilik usaha untuk melakukan pemasaran secara lebih masih untuk jangkauan yang lebih luas lagi. Selain itu pemuda juga dapat melakukan regenerasi untuk belajar mengembangkan dan melakukan inovasi usaha-usaha yang telah berkembang. Dengan adanya regenerasi dan inovasi ini nantinya diharapkan akan bermunculan produk-produk baru dan berbeda yang semakin memperkaya pasar .
Disisi lain, kebijakan dan perubahan pada tataran pemerintahan seringkali membuat bingung masyarakat. Seperti contonya industri kreatif ini, sebelum adanya sebuah lembaga tersendiri yang menangani terkait industri kreatif, pelaku-pelaku industri kreatif mengalami kebingunan untuk meminta bantuan kepada pemerintah. Selain itu, sektor ekonomi kreatif yang dulunya berada satu dinas dengan pariwisata membuat sektor ini seolah-olah berkembang jika hanya ada pariwisata yang dikembangkan juga. Ekonomi kreatif seolah tidak dapat berdiri sendiri tanpa bayang-bayang pariwisata. Produk ekonomi kreatif yang identik dengan cinderamata atau oleh-oleh membuah perkembangan industri ini sangat lamban. Padahal seharunya ekonomikreatif juga dapat tumbuh dengan sendirinya tanpa adanya bayang-bayang pariwisata dibelakangnya. Ini mungkin salah satu alasan kenapa ekonomi kreatif juga masih mengalami perkembangan yang cukup lamban di beberapa tempat.

Potensi
Sumatera Barat tidak kalah dengan daerah lain yang juga memiliki kekayaan potensi industri kreatif. Di atas juga telah disinggung akan beberapa sektor yang diunggulkan oleh pemerintah daerah. Salah satunya adalah fashion, industri fashion menjadi unggulan dibanyak wilayan di Indonesia pada industri kreatif. Jika di Jawa didominasi dengan batik, maka di Sumatera Barat mengangkat sulam bordir dan tenun sebagai salah satu industri kreatif yang diunggulkan. Tenun dan sulam bordir masih meliki peluang besar untuk dapat dikembangkan menjadi produk unggulan utama pada sektor fashion dari Sumatera Barat. Sesunggunya tenun dan sulam bordir ini pastinya memiliki kekayaan yang beragam dari setiap kabupaten yang ada di Sumatera Barat. Dengan semakin dikembangkannya tenun dan sulam bordir nantinya dapat menambah ragam fashion yang dimiliki bangsa Indonesia.
Selain pada fashion, Sumatera Barat juga memiliki potensi untuk mengembangkan produk makanan. Salah satunya adalah rendang. Meskipun saat ini produk-produk makanan ini masih memiliki kualitas yang belum begitu bagus, akan lebih baik jika itu ditingkatkan. Sebagai contoh adalah lama masa ketahanan yang dimiliki atau memiliki waktu yang tahan lama sebelum kadaluwarsa. Apabila sebuah produk makanan memiliki masa waktu ketahanan yang lama makan produk itu dapat di pasarkan lebih jauh. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Sumbar Asnawi Bahar.
“ ... karena produk-produk daerah ini belum berstandar internasional. Ia mengatakan produk yang dimiliki Sumbar hanya dapat bertahan di daerah sendiri seperti rendang atau sanjai dan belum memiliki kemampuan bersaing di pasar internasional.”(economy.okezone.com, 7 Januari 2016).
Pengoptimalan pada produk-produk tersebut diharapkan dapat mengisi kekosongan akan hasil industri yang ada. Selain itu, produ-produk industri kreatif juga diharapkan dapat bersaing di ranah MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Dengan adanya produk unggulan masyrakat didorong untuk tidak hanya menikmati produk dari luar negeri saja, akan tetapi juga diharapkan mampu menjadi produsen atau penghasil barang dan jasa di ranah ASEAN. MEA diharapkan mampu menambah pendapatan daerah-daerah yang selama ini memilikii potensi sumber daya migas yang sedikit. Melalui MEA ini setiap daerah mampu bersaing dengan negara lain ini adalah sisi positif dan negatif. Sisi positifnya adalah produk daerah didorong untuk semakin meningkatkan kualitasnya agar dapat bersaing. Sedangkan sisi negatif adalah kemungkinan kebangkrutan yang dialami oleh para pelaku industri apabila konsumen lebih memilih produk-produk dari luar negeri dengan berbagai kualita yang dimiliki.

Kesimpulan
Industri kreatif diharapkan mampu menjadi alternatif pendapatan daerah diluar sektor migas. Hal itu menjadi sebuah peluang yang besar terutama bagi daerah yang selama ini tidak memiliki sumber daya migas. Industri kreatif ditingkat provinsi dan kabupaten masih memperlukan perhatian yang besar dari pemerintahan. Salah satu berhatian tersebut dapat berupa bantuan modal, pendampingan pemasaran dan distribusi serta peningkatan kualitas sumber daya manusia. Bantuan tersebut dapat dilakukan tidak hanya pemerintah tetapi juga swasta ataupun pihak-pihak yang berkepentingan. Karena apabila hanya mengandalkan pemerintah, akan lamban perkembangan yang ada. Disisi lain tidak adanya kejelasan lembaga yang harus menaungi industri kreatif ini, menjadikan para pelaku kesulitan untuk mendapatkan bantuan.Mungkin saat ini ketidak jelasan tersebut telah terjawab dengan adanya Bekraf. Industri kreatif diharapkan dapat berkembang lebih baik dibawah naungan lembaga non kementerian ini.


Referensi

Anonim. (2016, 7 Januari). Disperindag Sumbar Unggulkan Produk Kerajinan Hadapi MEA. [Online] https://economy.okezone.com/read/2016/01/07/320/1282709/disperindag-sumbar-unggulkan-produk-kerajinan-hadapi-mea diakses pada 18 September 2017 pukul 10.05.

Anonim. (2017, 27 Agustus). Produksi Tenun Khas Sumbar Perlu Ditingkatkan. [Online] http://www.kabarpadang.com/produksi-tenun-khas-sumbar-perlu-ditingkatkan/ diakses pada 18 September 2017 pukul 08.20.

Adv. (2017, 26 Februari) Begini Cara BNI Bangun Ekonomi Digital Sumbar Lewat Rumah Kreatif. [Online] https://news.detik.com/adv-nhl-detikcom/d-3432372/begini-cara-bni-bangun-ekonomi-digital-sumbar-lewat-rumah-kreatif diakses pada 19 September 2017 pukul 11.44.

Azwar, Nasrul. (12 Oktober 2013). Ekonomi Kreatif Sumatra Barat: Potensi Besar, Pemahaman Kurang. [Online] http://www.mantagibaru.com/2013/10/ekonomi-kreatif-sumatra-barat-potensi.html#more diakses pada 19 September 11.50.

Bakri, Ikhlas. (2017, 2 Agustus). Badan Ekonomi Kreatif Indonesia Gelar Pelatihan Bisnis dan Manajemen Bagi UKM Padang. [Online] http://minangkabaunews.com/artikel-13486-badan-ekonomi-kreatif-indonesia-gelar-pelatihan-bisnis-dan-manajemen-bagi-ukm-padang.html diakses pada 17 September 2017 pukul 13.20.

Elvi. (2016, 3 Desember). Industri Kreatif yang Menjadi Daya Tarik Wisata Sumbar. [Online] https://ayokesumbar.com/industri-kreatif-yang-menjadi-daya-tarik-wisata-sumbar/ diakses pada 19 September 2017 pukul 11.35.

Faisal, Heri. (2015, 20 Februari).ERA MEA: Sumbar Prioritaskan Produk Rendang dan Bordiran. [Online] http://kabar24.bisnis.com/read/20160220/78/520937/era-mea-sumbar-prioritaskan-produk-rendang-dan-bordiran diakses pada 18 September 2017 pukul 10.35.

Faisal, Heri. (2015, 27 Februari). Industri Kreatif di Sumatra Barat Jadi Prioritas. [Online] http://industri.bisnis.com/read/20150227/87/407250/industri-kreatif-di-sumatra-barat-jadi-prioritas diakses pada 17 September 2017 pukul 17.53.

Faisal, Heri. (2016, 26 April). Fokuskan UMKM, Bank Nagari Salurkan Kredit dengan Bunga 7%. [Online] http://finansial.bisnis.com/read/20160426/90/541710/fokuskan-umkm-bank-nagari-salurkan-kredit-dengan-bunga-7 diakses pada 18 September 2017 pukul 08.10.

Faisal, Heri. (2016, 8 September). INDUSTRI KREATIF: Sumbar Prioritaskan Pengembangan 9 Subsektor. [Online] http://kabar24.bisnis.com/read/20160908/78/582258/industri-kreatif-sumbar-prioritaskan-pengembangan-9-subsektor diakses pada 17 September 2017 pukul 18.00.

Khairuddin, Indra. (2015, 5 Agustus). Jokowi: Ekonomi Kreatif adalah Pilar Perekonomian Masa Depan. [Online] http://selular.id/news/2015/08/jokowi-ekonomi-kreatif-adalah-pilar-perekonomian-masa-depan/ diakses pada 17 September 2017 pukul 14.23.

Putra, Yudha Manggala P. (2015, 24 Februari). Pengembangan Industri Kreatif di Sumbar Butuh Dukungan. [Online] http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/02/24/nk9yg7-pengembangan-industri-kreatif-di-sumbar-butuh-dukungan diakses pada 17 September 2017 pukul 18.25.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan Formalis dan Substantif dalam Antropologi Ekonomi

Analisis Tema, Alur, dan Karakter Dalam Novel Perahu Kertas