Review Metodologi Penelitian Seni

Oleh : Immas Putri A
 
Artikel ini merupakan salah satu artikel yang berat bagi saya. Butuh pemahaman yang lebih untuk dapat menangkap maksud yang ingin penulis sampaikan. Sampai saat ini saya belum benar-benar menangkap apa inti dari bacaan ini. Pada pendahuluan penulis membicarakan tentang bagaimana globalisasi membuat semuanya menjadi tanpa batas. Serta globalisasi seolah-olah ditandai dengan segala sesuatu sebagai komoditi. Dimana itu dapat diperjual belikan. Sehingga hal itu menyebabkan rawannya pemalsuan.
Dalam penelitian seni penulis mencoba memberikan dua alternatif metode yaitu, hermeneutik dan metode kwalitatif. Hermeneutik itu berkaitan tentang tafsir. Hermeneutik memiliiki dua varian pertama dapat ditemukan dalam kajian strukturalisme dimana dalam metode ini peneliti mengesampingkan keberadaan para pendukuung budaya yang ia kaji. Serta varian yang kedua pada persoalan ontologis pemahaman. Para peneliti tidak hanya melihat kebudayaan yang ia teliti, tetapi juga lebih pada usaha-usaha reflektif.
Metode kwalitatif dalam penelitian sosial-humaniora itu bersifat kabur sepetrti pendapat John Van Maanen. Penelitian kwalitatif cenderung beranggapan bahwa geajala sosial sebagai khusus dan kabur, dari pada umum dan pasti. Sehinngga mereka cenderung lebih mengutamakan phenomenologi daripada logika empiris. Penulis juga lebih condong menggunakan varian hermeneutik yang kedua untuk mejelaskan metode kwalitatif.
Di sini penulis juga menceritakan tentang beberapa peristiwa yang ia alami. Pertama bagaimana ia dapat bertemu kembali dengan teman semassa kecilnya pada suatu acar. Teman itu memperoleh kepercayaan dari orang-orang untuk mengisi acara karena kepiawaiannya dalam bermain kendang. Masyarakat mengenal orang itu karena ia terbiasa ngamen di kampung-kampung kota dengan terorganisir dan bertanggung jawab. Sehingga masyarakat kota tidak merasa bosan dengan kehadirannya, tetapi ia menjadi ditunggu-tunggu oleh semua orang.
Kemudian tentang visualitas atau pandangan yang terekam dalam ingatan kita. Dalam hal ini penulis mencontohkan pada saat terjadi gempa di Yogya diamana orang-orang akan mengingat setiap detail peristiwa penting saat kejadian. Kemudian bagaimana kita melihat hal itu dari sebuah foto. Kita pasti akan memiliki pendapat tersendiri ketika melihat foto, dan itu akan sangat berbeda dengan apa yang terjadi. Seperti dalam foto terakhir yang menunjukkan kekontrasan anatar apa yang ada dalam gambar mural dan apa yang terjadi disekitarnya. Dalam mural tersebut digambarkan tentang orang-orang Jawa dengan citra kejawen. Kemudian ada seorang anak muda yang berjalan dengan berpakaian alat abart, menggunakan celana dan kaos. Itu sangat berbeda dengan orang Jawa yang ada dalam gambar, disitu terdapat seorang lelaki yang menggunakan jarik, berbaju garis-garis, dan menyelipkan keris dibelakang pinggangnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan Formalis dan Substantif dalam Antropologi Ekonomi

Analisis Tema, Alur, dan Karakter Dalam Novel Perahu Kertas