Wajah Baru Perkeretaapian


Oleh : Immas Putri A
 
Tidak dapat dipungkiri sebagai seorang mahasiswa dirantaun sering kali membuat kita ingin pulang. Intensitas untuk pulang bagi seorang mahasiswa tentunya akan berbeda-beda. Ada yang beberapa minggu sekali, beberapa bulan atau bahkan setahun sekali. Mereka yang pulang dalam beberapa minggu ini umumnya adalah mahasiswa luar kota yang dekat dengan Yogya. Mahasiswa yang berasal dari luar provinsi Yogyakarta atau Jawa Tengah akan pulang beberapa bulan sekali atau sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan mereka yang berasal dari luar pulau sering kali hanya pulang setahun sekali atau yang paling cepat setiap semester. Tersedianya berbagai macam sarana transpotasi yang ada di Yogya memberikan pilihan kepada mahasiswa akan transpotasi yang mereka gunakan. Untuk mereka yang masih berada di Pulau Jawa dapat memiliki transpotasi mulai dari bus, kereta api, travel, ataupun pesawat terbang. Mungkin saja sebagian dari mereka akan mengendarai kendaraan pribadinya untuk pulang, baik itu sepeda motor ataupun mobil.
Dalam tulisan ini saya akan sedikit memaparkan pengalaman dan argumen saya mengenai salah satu transpotasi darat yaitu kereta api. Apa yang akan kita bayangkan ketika mendengar kata kereta api? Mungkin bayangan akan pedagang asongan, desak-desakan, bebauan mulai dari yang segar hingga apek, ataupun berbagai asap yang menyeruak masuk di sekitar tempat kita duduk. Bayangan itu mungkin tidak akan salah jika kita tempatkan pada keadaan perkeretaapian pada lima belas hingga sepuluh tahun yang lalu. Namun jika selama kurun waktu tersebut kita sama sekali tidak menggunakan kereta api maka akan terlihat perubahan besar yang terjadi. Menurut saya hal itu bisa disebut sebagai reformasi perkeretaapian.
Sejak kapan perbaikan itu dilakukan? Secara pasti penulis kurang tahu, diperkirakan perbaikan dimulai sejak akhir tahun dua ribuan hingga saat ini. Secara jelas, berbaikan pelayanan perkeretaapian dilakukan semenjak Ignasius Jonan menjabat sebagai Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia. Salah satu hal yang masih penulis ingat pada saat itu, berita mengenai semua kereta api baik kelas ekonomi atau eksekutif memiliki fasilitas AC. Memang sangat diragukan ketika saat itu dengan harga tiket yang masih murah tapi fasilitas yang diberikan cukup lumayan. Mungkin itu adalah strategi yang digunakan untuk menarik jumlah penumpang kereta api, karena dengan berjalannya waktu harga tiket kereta api juga dinaikkan, khususnya kereta api jarak lokal. Penulis masih sangat ingat ketika pertama kali menggunakan kereta api jarak lokal dari Blitar ke Surabaya pada awal tahun 2000-an, dimana saat itu terdapat berbagai pedagang kaki lima yang menjajakan jualannya kepada penumpang. Jualan tersebut akan dibagi-bagikan pada penumpang dengan maksud agar mereka membeli. Jualan tersebut biasanya adalah jualan kering atau barang-barang yang tidak mudah rusak, seperti permen, majalah, koran, boneka atau yang lain. Hal itu tentunya akan menarik minat anak-anak yang mendapatkan barang itu, mereka pastinya akan mengira jika barang itu gratis. Pada nyatanya itu adalah barang jualan.
Hingga pada akhirnya penulis harus menggunakan kereta api lagi sejak tiga tahun yang lalu. Perubahan yang ada telah terjadi sangat banyaksemenjak terakhir kali penulis menggunakan kereta api di tahun 2008. Pada tahun 2014 sudah tidak ada penjual asongan, pengamen, dan tidak ada orang yang merokok dalam gerbong penumpang. Mungkin dalam beberapa kesempatan kita akan menjumpai orang merokok di sambungan gerbong. Tetapi hal itu juga semakin jarang, karena apabila diketahui oleh petugas kereta atau polisi khusus yang ada dalam perjalanan itu maka si perokok diharuskan turun di stasiun terdekat. Bangku-bangku penumpang yang dulunya hanya plastik, sekarang telah menggunakan busa, meskipun itu tergolong tipis.
Seperti yang telah dikatakan sebelumnya semua gerbong telah dilengkapi fasilitas pendingin ruangan (AC). Baik gerbong kereta ekonomi jarak lokal, gerbong kereta ekonomi jarak menengah ataupun jauh hingga gerbong kereta ekskutif. Dari kesemua gerbong tersebut perbedaannya terdapat pada bangku yang ada. Jika gerbong ekonomi bangku akan terbagi menjadi 3-3 berhadapan pada dua sis atau 3-3, 2-2 yang saling berhadapan pada sisi yang berbeda. Sedangkan bangku bisnis tertata 2-2 tidak saling berhadapan, dengan busa tempat duduk yang lebih tebal dari bangku ekonomi. Namun, jika kita menginginkan memutarnya menjadi berhadapan degan bangku belakang kita itu dapat dilakukan. Pada kelas eksekutif segala ‘kemewahan’ yang dimiliki oleh kereta api katanya dapat kita rasakan. Mungkin sedikit ada benarnya ketika itu dikontekskan pada gerbong eksekutif yang baru saat ini. Gerbong yang di prosuksi oleh PT INKA ini baru dioperasikan sekitar bulan Januari 2017. Bangku tertata dua berdampingan di kanan-kiri, dengan penyekat di antaranya, desain yang mewah, dilengkapi meja lipat yang tersimpan di kanan-kiri bangku –seolah-olah tersembunyi-, dilengkapi fasilitas bantal kecil dan selimut. Bangku-bangku tersebut dapat kita putar untuk berhadapan dengan bangku yang ada di belakang kita. Selain itu, kemiringan sandaran punggu juga dapat kita sesuaikan dengan keinginan.
Di atas telah penulis jelaskan tentang berbagai perbaikan dari segi fasilitas di dalam gerbong kereta api, maka selanjutnya akan saya lanjutkan dengan cara mendapatkan tiket perjalanan. Sejauh yang penulis ketahui hingga saat ini, penjualan tiket kereta api sudah tidak difokuskan pada penjualan secara langsung di stasiun. Para pengguna kereta api didorong untuk melakukan pemesan atau pembelian tiket jauh-jauh hari sebelum keberangkatan. Pengecualian pada perjalanan kereta api jarak lokal yang pemesanan dapat dilakukan sejak H-7 sebelum keberangkatan. Sedangkan untuk rute perjalanan jarak menengah dan jauh pemesanan dapat dilakukan sejak H-90 sebelum keberangkatan hingga beberapa jam atau selama persedian masih ada. Penjualan tiket kereta api selain melalui stasiun juga telah dilakukan secara daring, baik melalui laman resmi pemesanan tiket PT KAI, aplikasi KAI Acces, atau melalui mitra PT KAI. Pengguna yang melakukan pemesanan secara daring ini umumnya adalah orang-orang yang telah sadar pada internet atau orang-orang yang hidup di tempat yang memiliki akses. Seperti yang pernah penulis alami, saat berada di Yogya penulis dapat memilih berbagai sarana pemesanan tiket KAI, mulai dari laman resmi pemesanan tiket KAI, aplikasi KAI Acces, Traveloka –sejauh ini Traeveloka hanya menyediakan pemesanan tiket kereta melalu aplikasi-, Tokopedia, atau Bukalapak. Pengalaman yang berbeda akan dirasakan penulis saat ingin melakukan pemesanan ketika berada di Blitar. Jaringan internet yang kurang stabil dan jauhnya tempat pembayaran, tidak jarang harus membuat penulis memilih opsi lain. Seperti membeli langsung di stasiun atau menggunakan sarana transpotasi yang lain.
Dari berbagai tempat pemesanan tiket yang ada seperti disebutkan diatas, penulis lebih sering menggunakan aplikasi KAI Acces karena kemudahannya dan tidak ada biaya tambahan selain biaya yang telah dicantumkan dalam harga tiket. Itu akan berbeda jika kita melakukan pemesanan dengan menggunakan penjual pihak kedua seperti traveloka, bukalapak atau yang lain. Terlebih untuk kelas perjalanan ekonomi yang belum mencantumkan biaya tambahan pada harga tiket. Biaya tambahan tersebut bervariasi dari Rp. 4.500 hingga Rp. 7.500. Jika kita memesan pada lama resmi KAI atau KAI Acces penumpang hanya dapat menerima promo-promo potongan harga yang diberikan oleh PT KAI saja. Sedangkan jika kita memesan melalui mitra daring yang lain tidak menutup kemungkinan akan ada banyak penawaran potongan harga selain yang diberikan oleh PT KAI. Salah satu kekurangan yang ada dari pembelian secara daring melalui pihak kedua adalah adanya keterbatasan tempat tujuan. Terdapat beberapa jadwal perjalanan yang tidak dijual oleh beberapa mitra, sedangkan mitra daring yang lain atau laman resmi pemesanan tiket KAI dan KAI Acces menjualnya. Setelah kita melakukan pemesanan secara daring, proses pembayaran dapat dilakukan di ATM, loket pembelian tiket di stasiun, minimarket atau yang ditunjuk oleh KAI.
Dengan adanya kemudahan dan berbagai pembaruan yang telah dilakukan oleh PT KAI, hal itu dilakukan untuk memaksimalkan pelayanan kepada para penumpang. Tingginya animo masyarakat untuk menggunakan moda transpotasi ini juga dapat kita lihat pada penjualan tiket arus mudik yang sudah mulai dipesan atau bahkan sudah habis sejak bulan ini –April-. PT KAI setiap tahunnya selalu melakukan penambahan gerbong guna memenuhi permintaan dari masyarakat. Berbagai perbaikan baik dari fasilitas stasiun, pelayanan pemesanan tiket dan pelayanan selama perjalanan tidak lain demi kepuasan dan kenyamanan penumpang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan Formalis dan Substantif dalam Antropologi Ekonomi

Analisis Tema, Alur, dan Karakter Dalam Novel Perahu Kertas