31 Agustus 2018
31
Agustus 2018
Menuju jam sembilan
malam
Untukmu
Yang mungkin meragukanku
Terima
kasih untuk segala pengertian dan kelapang hati menemani saya selama ini. Saya
bukanlah orang yang sempurna. Egois mungkin adalah sifat dominan saya. Keras
adalah watak yang saya miliki. Berkeras hati pada pendirian adalah cara saya
untuk dapat melewati segala permasalahn yang datang kepada saya. Buta, bisu dan
tuli adalah cara saya untuk bertahan ketika ada yang menyerang saya. Percayalah
setiap orang punya caranya untuk dapat bertahan. Saya juga percaya kamu pun
juga punya caramu sendiri.
Adu
argumen adalah makanan sehari-hari kita dulu. Masih ingatkah kamu? Sering kali
argumen kita tidak menemukan titik temu dan masih tetap bercabang. Ujung kedua
argumen kita tidak bertemu dalam banyak pembahasan. Saya melihatmu bukan dalam
perbedaan yang ada dalam diri kita, tapi
saya melihat dari sisi yang lain. Sebab saya yakin perbedaan itu dapat kita
kompromikan sampai pada ujung kesepakatan suatu saat nanti.
Mungkin
sore ini kamu telah mencapai puncak kesabaran pada pembicaraan kita yang
kesekian kalinya. Ya, mungkin memang saya salah memilih waktunya. Saya mengakui
pembicaraan itu sudah cukup untuk kita simpan pada suatu waktu saat itu. Saya
hanya ingin kamu tahu apa yang saya pikirkan. Saya tidak memintamu untuk
setuju, sebab kamu juga memiliki pendapat sendiri.
Saya
sangat terbuka jika kamu ingin marah kepadaku.
Silahkan
jika memang itu dapat mengurangi emosimu. Sebab saya juga tahu kamu lelah
dengan ini, begitpun dengan saya. Ujung dari semua ini memang tak ada yang tahu
pastinya. Sebab kita hanya dapat berencana. Lalu melihat seperti apa nantinya.
Bagi
saya perjalanan selama beberapa bulan ini sudah merupakan sebuah keberhasilan.
Sebab saya sendiri tidak yakin saya dapat melewati ini hingga detik ini,
mengingat bagaimana perbedaan itu ada. Perjalanan ini sedikit banyak telah
menyadarkan saya bahwa saya memang sudah sembuh dari luka itu. Tapi bekas dari
luka dimasa lalu itu masih ada. Luka itu terlalu parah. Bukan hanya dari satu sebab,
tetapi beberapa sebab yang datang silih berganti pada waktu itu.
Tiga tahun
saya berusaha menyembuhkannya, dan saya mencoba untuk melewati perjalanan ini. Seperti yang saya
bilang, bagi saya beberapa bulan ini sudah dapat membuktikan bahwa luka itu
sudah mulai sembuh. Dengan segala perjalanan suka dan duka yang kita lewati
selama ini. Luka itu memang masih perlu dilakukan perawatan kembali secara
serius. Tapi luka itu juga tetap memerlukan waktu untuk kembali seperti sedia
kala. Dengan luka yang sudah pernah saya alami itu, saya selalu berusaha untuk
siap jika suatu saat saya terluka kembali. Mungkin kali ini lebih parah. Namun
saya sudah menyiapkan diri agar tidak terus melihat pada luka itu. Sebab
kehidupan akan terus tetap berjalan dengan ataupun tanpa adanya luka itu.
Untukmu
yang mungkin saat ini perlu waktu untuk berpikir seorang diri. Sebab amarah tak
akan selesai jika kita tetap beradu.
Komentar