Sedikit Kilas Balik

Circa 6 tahun yang lalu saat Davit menjemput ke rumah untuk ke Brak 4 (re: papat). Bukan untuk kencan, tapi menunggu kawan-kawan turun dari puncak. Setelah menikah candaan 'kenapa gak dari dulu (saat itu) aja ya kita pacaran.' Aku pun sering kali menimpali dengan bercanda juga, 'kalau pun iya waktu itu pacaran, belum tentu kita akan berada di titik ini, saat ini.' Semesta sedang memberi tempaan sedikit lebih lama untuk kami berdua pada saat itu. Memberi kesempatan kepada kami untuk bertumbuh dan bertemu kembali pada saat yang tepat.

Saat itu kamera ponsel belum secanggih saat ini dan kualitas yang masih rendah. Tak ada foto kami berdua, hanya swafotoku. Demi memastikan ingatanku akan perjalanan saat itu, aku mencari berbagai folder yang berisi foto-foto, berharap menemukan wajah kami berdua dalam satu bingkai. Namun apalah daya, tak ku temukan.

Demi memuaskan keinginanku, ku ajak kamu ke sana kembali. Sembari melatih tubuh ini untuk berjalan kaki. Akan tetapi kabut tipis berangsur-angsur naik ketika kami sampai di sana. Cuaca memang belum mengizinkan kami untuk dapat membuat bingkai-bingkai yang indah lagi. Semakin ke sini, semakin menyadari bahwa banyak sekali hal yang tidak sesuai harapan. Hanya perlu dinikmati dan tidak selamanya harus kecewa. Perjalanan bukan lagi tentang seberapa cepat, tetapi bagaimana kita dapat menikmatinya.

Terima Kasih sudah bersedia menjadi teman seperjalananku, untuk kemarin yang sudah kita lalui, saat ini dan besok yang akan datang serta selamanya. Terima kasih telah bersedia untuk menjadi teman bertumbuhku, jangan cepat lelah karna ini baru saja kita mulai. Mari bertumbuh dan belajar menjadi dewasa bersama. Mari bersama-sama menjadi Teman Hidup untuk segala rasa, emosi dan keadaan yang akan datang.

Dekap erat untuk Teman Hidupku Davit ayah Devia. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan Formalis dan Substantif dalam Antropologi Ekonomi

Analisis Tema, Alur, dan Karakter Dalam Novel Perahu Kertas

Etika Makan Orang Jawa