Terimakasih untuk Kalian -Masa SMA ku-
Mungkin ini
terasa terlambat tapi tak ada salahnya kan kalau aku melakukannya? Terimakasih
untuk apa sih? Terimakasih rasanya kata-kata itu tidak tepat, tapi aku gak tau
mesti menggunakan kata apa. Rasa syukur? Bisa jadi. Ya, rasa syukur karena aku
telah bertemu dengan kalian. Kalian para penghuni Sosial dua –nama yang aku
berikan, tapi kalian menyebutnya Famous (Family of Sosial Two), nama
resminya IPS 2-. Pertemuan yang aku pilih karena keegoisan ku untuk mempelajari
ilmu sosial daripada ilmu sains. Sebetulnya ada tiga kelas sosial di sekolahku
saat itu, meskipun aku pindah dari sains ke sosial tapi aku tidak dapat memilih
sendiri ke kelas apa aku pindah. Harus sesuai dengan kelas anak yang
menggantikan aku di sains, dan anak itu dari kelas IPS 2. Aku gak bakal
bercerita tentang siapa anak yang menggantikan aku. Tapi aku akan sedikit
cerita tentang aku dan kalian –anak sosial dua yang lain- selama dua tahun kita
bersama.
Mungkin
akan banyak yang mikir ‘ngapain sih pindah ke IPS kan di IPA lebih menjanjikan,
lebih pasti –iyalah lebih pasti, yang dipelajari aja ilmu pasti hehehehe-
kerjanya atau apalah?’. Tapi saat itu aku dengan yakin –meski terdapat keraguan
juga- memilih sosial sebagai jurusanku, karena di sains aku merasa memiliki
kekurangan dibeberapa bidang pelajarannya sedangkan disosial aku masih mampu
untuk mengejar meski aku juga merasa kurang.
Saat itu
aku juga merasa bersyukur karena di kelas itu juga cukup banyak teman-teman
dari kelas lamaku, baik yang baru kenal di kelas sepuluh ataupun teman dari
SMP. SMA adalah masa yang paling indah. Ya, aku sekarang setuju dengan kalimat
itu. SMA adalah masa yang sangat dirindukan. Suka duka, sedih seneng, bahagia
tangis, canda tawa, sahabat musuh, semuanya ada disana. Mereka yang aktif
diorganisasi atau mereka yang bandel, mereka yang aktif dikelas –diskusi,
nonton film/drama, main game dari yang hanya main kartu sampai main PS-
semuanya ada, itulah kelasku, kelas IPS 2, Sosial dua.
Ruang kelas
sebelas kami yang berada cukup dibelakang jauh dari ruang guru membuat kami
cukup bebas untuk bermain-main –hahahahaha-. Dikanan-kiri memang ada jendelanya
yang cukup besar tapi itu bukan alasan untuk tidak berbuat konyol, karena
hampir setiap hari saat jam pelajaran kordennya selalu tertutup, begitu juga
dengan pintunya. Jadi sedikit sulit untuk membedakan antara ada guru yang
mengajar atau tidak. Kelas itu juga bisa menjadi ‘bioskop’ dadakan jika kita
menginginkannya. Biasanya itu terjadi saat jam terakhir kosong hingga jam pelajaran
selesai. Kebiasaan itu masih ada hinngga kami kelas dua belas J.
Kelas
sebelas terasa begitu cepat berlalu baik yang kita lewati bersama ataupun denga
organisasi kesayangan kita masing-masing. Tingkat akhir atau kelas dua belaspun
menanti kita. Sedikit demi-sedikit kita mulai memikirkan apa yang akan kita
lakukan setelah ini. berusaha mengapai cita dan impian masing-masing. Mungkin
ini adalah saat-saat terindah bagiku, karena disitulah aku menemukan
teman-teman dan sahabat-sahabat yang dapat saling mendukung satu sama lain.
Mencoba bersama membuat mimpi, mengejanya dengan berbagai cara yang kita
miliki, saling mendoakan.
Disela-sela
kesibukan itu kita masih menyempatkan diri berbuat konyol, hanyak untuk sejenak
beristirahat dari berbagai macam soal-soal yang setiap hari kita temui di
kelas. Berkumpul di rumah Yunus –akan aku sebut dengan Yun- dari sepulang
sekolah hingga sore. Yups, mungkin dari rumah itulah rasa kebersamaan kita
semakin tumbuh. Meskipun kadang hanya aku yang cewek, tapi aku merasa nyaman
diantara kalian. Kalian anak-anak konyol yang memiliki panggilan
sendiri-sendiri untukku. Mulai dari ‘emak’ pertama yang manggil aku dengan itu
Yun jika tidak salah, ‘bunda’ atau ‘mamah’ biasanya yang manggil dengan itu
adalah Lingga –yang biasa aku panggil dengan Ling dan akan gunakan panggilan
itu juga ditulisan ini-. Seolah tanpa diperintah teman-teman yang lain juga
ikut-ikutan memangilku dengan salah satu dari tiga panggilan diatas. Hingga
saat ini mereka masih biasanya menggunakannya. Kenapa mereka memanggilku
seperti itu? Satu alasaan yang masih aku ingat –ntah ini benar apa tidak- kata
mereka aku seperti ibu yang ada dirumah. Karena saat masih kelas sebelas aku
sering –hampir setiap hari- selalu mengingatkan teman-temanku untuk piket
–hehehehe- selain itu karena aku juga bendahara kelas, maka hampir setiap
minggu aku selalu menagih uang kas –bagi mereka mungkin aku cerewet-.
Ya itulah
mereka. . . lebih-lebih mereka dapat menjadi tempatku berbagi saat kelas dua
belas. Saat-saat dimana kita harus menentukan pilihan. Mereka adalah orang
kedua yang melihatku menangis disekolah –cengeng ya? Udah SMA tapi masih nangis-. Saling mendukung satu sama lain. Saat yang
mungkin tidak pernah aku lupakan adalah selama UN berlangsung dan setelah hari
terakhir UN saat kita berkumpul bersama di rumah Yun. Trus, apa hubungannya
semua cerita ini dengan judul diatas? Ah, aku sendiri juga bingung
hahahahahahaha. Sebetulnya saat ini aku sedang rindu dengan kalian –anak-anakku
sosial dua-, rindu dengan tingkah konyol kalian, rindu mengingatkan kalian
untuk mengerjakan tugas, rindu untuk jarkom pengumuman ke kalian, aaaahhh rindu
semua tentang kalian. Aku tak pernah bisa sampai disini tanpa dukungan kalian.
Terimakasih juga buat guru-guruku, tentor-tentorku, senior SMA yang selalu
membakar semangatku untuk menyusulmu –tapi kita tak pernah bertemu disini-, tak
lupa juga keluarga yang telah mendukung –tidak 100% dukungan itu positif- dan
mengingatkanku, serta Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan aku
kesempatan hingga sejauh ini.
Mereka. . . .
- Lyn (beda dengan Ling)
Teman sekelas selama SMP, sempat dikira anak kembar saat itu karena sama-sama mempunyai rambut panjang dan selalu diikat ekor kuda –kalau kamu ingat Lyn-. Meskipun saat SMA kita tidak pernah sekelas, tapi setiap hari selalu pulang bersama. Orang yang setiap pagi setia aku tunggu didepan rumah saat kelas dua belas –nunggu tumpangan ceritanya-. Orang yang menjadi tempat sampah curhatku saat ini. Mungkin dia juga salah satu orang yang sangat menginginkan aku sering pulang –ntah yang ditunggu orangnya apa oleh-olehnya, piss-.
- Kakak (Em)
Teman sekelas waktu kelas sepuluh. Tapi kita sering ngumpul bareng waktu kegiatan organisasi –ceritanya seorganisasi- sama-sama pernah melewati hal-hal yang cukup kita anggap berat. Orang yang sering aku ajak –paksa- buat datang ke kegiatan organisasi. Gak jarang bakal batal dateng kalau kakak gak berangkat. Kakak yang diajak janjian main bareng waktu pulang.
-
Ling
Teman yang selalu mendukungku
untuk kesini dan membuat cita-cita bersama untuk berada dikota ini. Meskipun
pada akhirnya keputusan kita berbeda dan mimpi itu hanya mimpi. Tapi kita tetap
mendukung satu sama lain. Kadang bisa menjadi tempat untuk mencari semangat –kadang
bisa jadi kakak atau adik-. Semangat buat memperjuangkan cita-citamu lagi J di tahun ini, ku tunggu kabar baikmu.
-
Yun
Teman sekelas sejak SMP dan
bertemu kembali saat kelas sebelas. Dia yang suka membullyku, selalu
menolak jika aku mintak untuk mengantar pulang atau ke tempat angkutan umum
tapi pada akhirnya mau juga. Orang yang selalu menyebut masa laluku ketika
jengkel –ntah kamu paham maksud aku egak Yun-. Orang yang dengan suka rela
rumahnya kami jadikan basecamp.
-
Teman-teman yang selalu berkumpul di rumah Yun, yang sering banget ngebully
aku –Al & Pujon, pasangan Nyonya dan Tuan bayan (doa terbaikku untukmu
selalu)-
-
Semua teman-teman sosial dua yang tidak dapat aku sebut satu persatu.
Ah, masih banyak cerita yang tak dapat aku tuliskan disini tapi itu akan
selalu ada dalam memori. Meskipun rencana dan kenyataan yang ada tidak selalu
sesuai, tapi harapan untuk dapat bertemu selalu ada. Untuk teman-temanku yang
masih akan berjuang kembali untuk mengapai cita-cita, doaku yang terbaik untuk
kalian. Jangan pernah menyesali keputusan yang kalian buat, syukuri semua yang
telah kalian dapatkan saat ini. Aku menunggu kabar baik dari kalian semua.
1:03, YGY 26.4.15
Kenangan dalam foto
Komentar