Sebuah Janji Hadiah Ulang Tahun
Sudah
beberapa pekan berlalu sejak peringatan hari lahirmu yang ke 2(0)+1. Maaafkan
aku yang tak kunjung memberimu hadiah. Sebenarnya ini janji untuk diriku
sendiri, membuatkanmu sebuah tulisan singkat. Tulisan tentang apa? Tulisan
tentang kau dan aku tercipta
oleh waktu hanya untuk saling
mencintai mungkin kita
ditakdirkan bersama ♫♫♫ (malah
nyanyi). Maafkan... maafkan... hehehe. Sekali lagi maafkan aku karena
tulisan ini tidak gak bisa aku berikan tepat tanggal 14 Oktober kemarin (wih ketahuan ludah lama banget ini hihi).
Kamu tahu jika hari itu pagi-pagi sekali aku harus berangkat ke lokasi acara
jurusanku. Tapi, aku pikir kamu juga udah beruntung hari itu pagi-pagi udah nodong
aku buat nyanyiin lagu ulang tahun hmmm.... padahal seumur-umur kayaknya aku
jarang banget nyanyi, oke antar bakal aku kasih full video lagu yang kemarin
aku nyanyiin itu.
Sebenernya siapa sih yang ulang tahun itu? Udah
satu paragraf pembuka tapi nama yang ulang Hun tetep belum muncul Wkwkwk, yups dia
adalah Alyn. ‘Alyn Vilqi Ruhana’ sebuah nama yang sangat unik dan susah
penulisannya saat pertama kita kenal. Kamu selalu marah jika ada orang yang
menuliskan namamu dengan huruf I bukannya Y. Begitupun dengan diriku yang
selalu salah menuliskan namamu dulu. Perlu waktu hingga aku terbiasa
menggunakan huruf Y pada namamu. Apa sekarang masih banyak juga orang yang
menuliskan namamu dengan huruf I? Dan mungkin itu masih terjadi hingga hari ini
pada diriku. Dimana nama nomer ponselmu bukan Alyn tetapi Ling. Bukan aku yang
tidak bisa membedakan antara I dan Y namun itu terjadi karena aku terlalu malas
untuk mengubah nama tersebut. Biarlah ke-alay-an dizaman SMP ini tetap ada,
biar aku tahu kalau kita sudah saling kenal sejak SMP hehehe.
Tiga tahun menjadi teman sebangku serta ditambah
selalu pulang bersama sadar atau tidak menjadikan kita semakin dekat. Kadang kalau
diingat-ingat kenapa ya kita duduk bersebelahan terus selama tiga tahun? Entah aku
atau kamu yang gak mau pisah wkwkwk mungkin saja aku yang gak mau pisah sama
mau hahaha... Egois emang aku hahaha atau emang kita orang yang setia (eeeccciee bawa-bawa setia) abaikan itu.
Lalu apa kabar dengan ruang kelas kita? Tidak pernah jauh berbeda setiap
tahunnya, selalu di bagian yang paling belakang. Saat kelas tiga pun ruang
kelas kita hampir tidak terlihat. Pintu untuk masuknya saja hanya separuh dari
lebar pintu ruang kelas yang lain, tidak separuh tapi tiga per empatnya, yang
jelas kelas kita selalu mendapat yang paling akhir (seperti anak tiri rasanya).
Oke, aku pikir cerita SMP cukup saja segitu wkwkwk
lain kali kalau sempat coba aku tulisin lagi hehehe. Terus gimana SMA kita? Sama-sama
punya mimpi buat sekolah di kota tapi apa daya yang tertampung kuota. Maka berakhirlah
kita di SMA terdekat. SMAnya cukup bagus, terbaik se-kabupaten kalau tidak
salah (pada zaman itu sih, gak tau kalau
sekarang masih apa cegak?). Tapi kelas kita udah beda sejak kelas satu. Terus
tradisi pulang bareng naik angkot gimana? Masih, masih sering pulang bareng
naik angkot dan berpindah dua kali. Kalau salah satu diantara kita ada yang
berkegiatan setelah pulang sekolah maka salah satu diantara kita harus pulang
sendiri. Aku sering banget maen ke kelasmu, ke luar masuk (asal pas gak jam pelajaran) tapi kamu sangat jarang ke kelasku. Oke,
kelasku tetap di belakang wkwkwk, lebih-lebih saat kelas sebelas. Aku memilih
jurusan sosial dan kamu memilih ilmu alam. Kelasmu di depan dekat WC dan
kelasku di belakang dekat parkiran. Tambah jarang aja kamu ke kelasku, cause kalau pulang pun lebih enak aku
yang mampir ke kelasmu soalnya itu sejalan dengan pintu keluar.
Selesai
SMA kita sama-sama mengerjar mimpi dan keinginan kita. Aku yang terlebih dulu mendapat
kepastian, tapi tidak dengan kamu. Hingga beberapa kali kamu harus gagal dan
sampailah pada jurusan yang sekarang sedang kamu tekuni. Jurusan yang kurang
lebih satu tahun lagi kamu selesaikan. Pada saat itu terlihat sekali perbedaan
antara aku dan kamu, kamu lebih patuh pada orang tua, tapi tidak dengan aku. Kamu
yang banyak memberiku masukan dan tempatku berkeluh kesah. Begitupun denganku
yang selalu berusaha untuk memberimu motivasi agar tidak patah semangat. Saat itu
kamu selalu bilang jika tidak bisa jauh dari orang rumah, sedangkan aku ingin sekali
untuk bisa melanjutkan sekolah di kota barat (yang sedikit lebih jauh dari tempatmu).
Lagi di MOG |
Yups, saat putih biru itu kita pertama kali
bertemu, tepatnya waktu apa aku sendiri juga lupa. Satu hal yang selalu dan
masih aku ingat adalah saat pertama kita mendapat kelas H dan letaknya di
lantai dua bangunan SMP utara kita. Di lantai dua itu hanya terdapat dua ruang
kelas, rasanya seperti terasing tapi abaikanlah posisi ruang kelas itu. Di
kelas itu kita sama-sama duduk di pojok, tidak sebangku. Kamu di pojok utara
dan aku di pojok selatan. Sama-sama berambut panjang (aku kira panjangnya hampir sepinggang rambut kita waktu itu), entah
kenapa aku pikir itu adalah salah satu kesamaan diantara kita. Kita tidak lama
tinggal di kelas itu hanya satu atau dua minggu, lalu kelas kita dipindah di pondokan
yang gelap dan dekat WC mungkin sedikit seram juga hehehe. Dan dari sanalah
persahabatan kita dimulai dengan menjadi teman sebangku.
Sadar kalau kurang sering foto bareng makanya peluk-peluk :-) |
Satu lagi, kita pernah belajar di aula sekolah
saat kelas tiga, apa kamu masih ingat? Padahal dua kelas yang lain itu dapat
ruang kelas sementara yang lebih baik, I
mean satu ruangan untuk satu kelas tidak seperti kelas kita yang harus
terbagi dengan aula apalagi jika ada kegiatan (seingatku sih tidak ada kegiatan selama kita berada di aula itu).
Kok jadi bahas sekolah ya... intinya kita selama tiga tahun terus jadi teman
sebangku hahaha. Satu lagi yang belum aku ceritakan untuk bagian masa SMP ini. Dari
kelas satu hingga kelas tiga kita lebih sering pulang bareng naik angkot dari
pada dijemput. Mungkin untuk lebih sering dijemput itu aku bisa dibilang lebih
sering dari pada kamu. Emang aku dulu kalau gak pulang bareng sama kamu
kegiatanku ngapain sih? Seriusan aku gak ingat apa aja kegiatanku selama SMP. Sesekali
kita juga dijemput bareng (maksudnya aku
nebeng kamu atau kamu nebeng jemputanku, emang pernah ya kamu nebeng aku? Kok asal
nulis ya aku hehehe (sambil garuk-garuk kepala)).
Kalau kita emang pulangnya terlalu sore dan gak
ada yang jemput kita bakal naik angkot sampek pasar terus ngojek berdua, antar bayarnya
patungan, saat itu masih dibawak 10k seingat ku. Tapi kalau pulannya gak
terlalu sore dan masih ada angkot maka kita akan naik angkot. Rame-rame ada
enam hingga delapan orang aku pikir satu gerembolan orang-orang yang arah
pulannya sama. Kalau beruntung kita semua bisa memenuhi satu angkot dan itu
yang bisa langsung berangkat. So, kita bisa cepet sampek rumah. Biasanya sebelum
naik ke angkot atau sambil nunggu angkot penuh dengan uang saku yang masih
tersisa beberapa ribu kita biasanya nongkrong atau beli jajan ke mbak-mbak yang
jualan di seberang pangkalan angkot. Hal itu masih kita lakukan sampai SMA
kelas satu kalau tidak salah. Kejar-kejaran sama pak sopir, kucing-kucingan
juga pernah kita lakukan hanya demi buat nyaris angkot yang bisa membawa kita
cepat sampai rumah.
Pulang dari MOG jalan-jalan ke taman bentar (sadar kalau kurang sering maen barenga) |
Tahun terakhir
di SMA kamu sudah bawa motor sendiri dan setiap pagi kita berangkat bareng. Mulai
berangkat saat matahari belum benar-benar menampakkan diri (baca jam 05.15) sampai kita berangkat saat matahari benar-benar
muncul. Kadang aku rindu saat kita bisa berangkat sekolah pukul 05.15 atau
05.30 padahal kita hanya perlu waktu 15-20 menit untuk bisa sampai di sekolah. Ya,
emang sih waktu itu kita memang memiliki jadwal jam ke 0. Kelas Ida kita udah
semakin disibukkan dengan jam tambahan yang kita pilih di laur sekolah dan itu
membuat kita kadang tidak pulang barengan. Aku dengan bimbelku dan kamu dengan bimbelmu
hehehe (kayak apa aja) hanya
pulangnya aja yang kita gak bareng tapi berangknya masih sering barengan.
Di perkebunan teh Sirahkencong awal 2016 |
Beberapa
bulan pertama aku di kota ini hampir tiap minggu selalu menghubungimu setelah
menelepon ibu. Tapi saat ini aku sudah sangat jarang meneleponmu. Chatingan pun tidak setiap hari, tapi
kalau lagi kangen tiba-tiba bisa ngirim pesan yang gak jelas atau hanya say halo setelah itu hilang lagi kemana hahaha...
bisa juga kita sekali ngobrol langsung ke pembahasan yang sedikit serius. Kalaupun
serius paling ujung-ujungnya juga dijadiin bercandaan hahaha. Mau nulis apa
lagi ya... kok rasanya aku lebih banyak cerita pas jaman SMP ya...
Aku pikir
ini udah cukup panjang dari yang awalnya aku Cuma bikin target 1000 kata tapi
ini udah 1300 kata, aku pikir kamu juga udah capek bacanya. Harapan dan doa
buat kamu di usiamu yang ke sekian ini, semoga lancar buat tahun ketiganya,
lancar tugas akhirnya, dikabulkan doa-doa dan harapannya buat setelah
pendidikan, sehat terus, tambah sayang dan bakti sama orang tua (jangan kek aku), terus semua aja apa
yang diharapkan bisa terkabul, tambah jadi sahabatku, mau jadi tempat sampah
curhat ku wkwkwk (yang sabar ya ngadepi
aku). Udah segitu aja... heheheh
Ditulis
di Jogja, di tempat menunggumu untuk berkunjung ke sini.
Komentar