Halo, Ini Tentangku (Immas)

         Halo, apakah ada diantara kalian yang dating ke blog ini karena CV yang aku kirim ke kalian? Mungkin kalian merasa informasi yang aku tuliskan di CV kurang mendetail? Atau kalian ingin mencari informasi yang lain? Ah, kenapa aku terlalu percaya diri akan ada orang yang ingin tahu tentang diriku hehehe. Baiklah, jika kalian menemukan alamat blog ini karena CVku, mari akan aku ceritakan sedikit tentang diriku.

_____________________________

 

Perkenalkan namaku Immas Putri Agustin, saat ini (Maret 2024) aku berusia 28 tahun. Tepatnya aku lahir di bulan Agustus 1995 di sebuah rumah sakit umum di Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur. Daerah pedesaan dengan hamparan sawah yang luas di antara Gunung Kelud dan Gunung Kawi adalah kampung halamanku. Masa kecil hingga SMA aku habiskan di tempat ini. Sekolah dasar yang tidak jauh dari rumah menjadi pilihan orang tuaku kala itu, yakni SD Negeri Soso 1. Setelahnya aku melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Wlingi pada tahun 2008. Pendidikan SMP aku selesaikan tepat waktu selama 3 tahun. Di tahun 2011 aku melanjutkan ke SMA Negeri 1 Talun dengan mengambil jurusan IPS di tahun ke dua.

Setelah lulus dari SMA di tahun 2014, aku diterima sebagai mahasiswa baru di Universitas Gadjah Mada dengan jurusan Antropologi Budaya. Antropologi Budaya berada di bawah naungan Fakultas Ilmu Budaya. Jika kalian lebih sering mendengar Jurusan Antropologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, itu juga tidak salah, sebab memang ada beberapa jurusan yang begitu. Selama aku menjadi mahasiswa aku tergabung sebagai anggota Keluarga Mahasiswa Antropologi Budaya UGM. Di sini aku sempat menjadi anggota dari devisi Seni. Beberapa kali tergabung sebagai panitia acara juga. Pada saat menjadi mahasiswa aku banyak mendapat wawasan baru akan berorganisasi, bersosialisasi sebagai individu ataupun kelompok. Pengalaman menjadi anak rantau juga menambah bekal pengalaman yang sangat berharga.

Di jenjang ini jugalah aku mendapat kesempatan untuk mengenal kelompok mayarakat yang mungkin tidak terbayangkan aku akan ke sana. Terdapat satu mata kuliah wajib bagi sarjana untuk melakukan kuliah kerja nyata. Dimana KKN UGM dilakukan di seluruh wilayah di Indonesia. Pada saat itu terdapat 33 Provinsi di Indonesia, jadi mahasiswa memiliki kesempatan untuk melakukan pengabdi masyarakat di berbagai belahan Indonesia. Ini merupakan salah satu hal yang sangat aku syukuri sebagai mahasiswa UGM kala itu. Dikalangan mahasiswa ada istilah jalan-jalan gratis jika kami bisa memilih atau menjadi bagian dari tim yang ditempatkan di wilayah wisata Indonesia Timur, ataupunn Indonesia Timur lainnya. Tidak dapat dipungkiri jika ongkos untuk berkunjung ke Indonesia Timur itu mahal dan susah.

Aku menjadi bagian dari Tim KKN antar semester yang diberangkatkan di tahun 2017 tepat pada awal puasa waktu itu. Lokasi KKN tim kami berada di wilayah Mollo, dimanakah daerah itu? Mollo meruapakan nama dari sebuah kelompok masyarakat yang berapa di Pulau Timor, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Mollo secara administratif terbagi menjadi beberpa kecamatan di Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Tim KKN kami diterjunkan di Kecamatan Mollo Utara yang akhirnya dibagi lagi menjadi beberapa desa. Tema besar yang kami bawa adalah membentuk Sekolah Budaya. Kami tidak serta merta memilih tema tersebut. Sebelum kami melakukan KKN di wilayah ini, sudah ada penelitian terdahulu dari dosen dan terdapat gagasan dari masyarakat local untuk membuat sekolah budaya.

Untuk apa sih sekolah budaya itu? Secara umum sekolah budaya dimaksudkan untuk melakukan regenerasi kebudayaan. Hal itu dilatar belakangi karena belum masuknya kebudayaan lokal dalam system pendidikan. Masyarakat memiliki kesadaran untuk melakukan pewarisan melalui sebuah lembaga yang terstruktur dan jelas. Dari KKN ini pula akhirnya aku mengambil sebuah permasalahan untuk dilakukan penelitian lebih dalam sebagai tugas akhir (skripsi). Permasalahan utama yang ada di masyarakat Mollo adalah kekhawatiran akan regenerasi budaya yang ada, maka dari itu aku mengambil pendokumentasian mengenai Pernikahan Adat di Mollo Utara tepatnya di Desa Ajaobaki. Pendokumentasian dilakukan secara tertulis dari setiap prosesi yang ada. Selain itu dalam dokumentasi ini terdapat juga permasalahan apa yang sedang dihadapi dari sebuah pernikahan adat. Sebagai contoh adanya belis (uang mahar) yang dirasa terlalu mahal. Dalam penelitian itu masyarakat juga mengusulkan untuk membuat sebuah peraturan agar belis diberikan dalam rentang nilai tertentu. Sebab nilai nominalnya dapat dipengaruhi berbagai faktor yang ada. Setelah menyelesaikan penelitian dan lulus sarjana di tahun 2019, aku kembali ke Blitar.

Di Blitar aku mengelola sebuah usaha penggilingan padi bersama kakakku. Di penggilingan ini dilakukan proses pembelian dari petani, dilakukan penjemuran lalu dilanjutkan dengan proses giling hingga akhirnya menjadi beras. Beras ini selanjutnya diambil oleh para tengkulak atau pedagang untuk selanjutnya dijual ke konsumen. Kami menjalankan usaha dengan dibantu dua orang pegawai selama proses berlangsung. Kegiatanku berfokus pada pelayanan pembelian beras. Pada saat itu belum terfikir olehku untuk melakukan penjualan secara daring. Pandemi yang terjadi selama dua tahun akhirnya membuat usaha kami gulung tikar. Daya beli masyarakat yang menurun karena banyaknya bantuan yang diberikan pemerintah membuah kami tidak mampu bertahan.

Pada tahun 2020 tepat sebelum pandemi terjadi di Indonesia aku melangsungkan pernikahan. Setelahnya bersama dengan suami, kami mengelola usaha ekspedisi material. Kami melayani pengiriman pasir, batu, koral dan beberapa jenis bahan bangunan lainnya. Apakah kami tidak mengalami dampak pandemi? Tentunya kami juga terdampak. Proses pembangunan fisik mengalami penururan yang tidak sedikit. Kamipun juga berputar tidak hanya disektor material, tetapi juga jasa ekspedisi antar kota dengan bekerja sama pihak lain.

Mungkin itu sedikit banyak mengenai latar belakang pendidikan serta pengalaman yang aku miliki. Mungkin saja kamu juga menemukan aku di platform media sosial. Jika kamu menemukan Instagramku, di sana aku juga membagikan beberapa cerita singkat mengenai kehidupanku. Di X (Twitter) lebih mengenai opini atau keluh kesah akan sesuatu. Di Facebook mungkin saat ini aku tidak banyak melakukan hal-hal tertentu, hanya aku gunakan untuk mencari info-info lokal.

Itu saja yang bisa aku ceritakan di sini. Jika kamu ingin menghubungiku lebih lanjut bisa melalui pesan di kontak yang ada. Terima kasih karena telah membaca tulisan ini hingga akhir. Jika ada salah ketik atau informasi yang telah lalu, aku mohon maaf.

 

Salam,

 

Immas Putri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan Formalis dan Substantif dalam Antropologi Ekonomi

Analisis Tema, Alur, dan Karakter Dalam Novel Perahu Kertas

Etika Makan Orang Jawa