(Mungkin) Aku Lelah (Bermain Medsos)
Sekitar satu bulan yang lalu,
tepatnya 4 Oktober 2017, Facebook mengingatkan aku bahwa telah DELAPAN tahun
aku berkawan dengannya. Sebenarnya aku tidak yakin, tapi pengingat itu muncul
dari usia pertemanan akunku dengan salah satu sahabatku. Itu adalah salah satu
akun yang langsung aku tambahkan menjadi teman setelah membuatnya. Selama
delapan tahun ini aku tidak yakin pernah berpisah dalam waktu yang cukup lama
(red: > 6 bulan) tidak mengaksesnya. Facebook menjadi media sosial
tertuaku dari semua yang aku miliki. Media sosial inilah yang hampir setiap
hari menemaniku. Dari yang hampir tiap hari biki status sampe saat ini hanya
membagi link berita/artikel saja, itupun belum tentu sebulan sekali.
Satu hal yang dulu selalu aku
nanti dari Facebook saat menjelang pergantian tahun. Facebook mengulang
peristiwa-peristiwa yang mungkin bagi kita berkesan selama satu tahun. Keleidoskop mennurut KKBI (daring) memiliiki
arti aneka peristiwa yang telah terjadi yang disajikan secara singkat. Ya, dari keleidoskop inilah aku bisa
melihat kembali peristiwa apa saja yang telah aku bagikan.
Saat ini Instagram menjadi salah satu media sosial yang sangat banyak
digandrumi oleh penikmat jagad maya. Tapi aku merasa lelah dengan media ini,
yups dari 2011, sekitar enam tahun aku bermain-main dengannya. Entah itu secara
terus menerus atau tidak, karena sesungguhnya aku tidak begitu ingat. Saat itu
aku masih kelas satu SMA dan belum banyak anak-anak seusiaku yang memainkannya.
Pada saat itu memiliki akun Instagram seolah menjadi prestise tersendiri. Aku sebagai
pengguna pada saat itu merasa beda dengan tren yang sedang digemari oleh
anak-anak lainnya. Instagram saat itu masih digunakan oleh kalangan-kalangan
tertentu dan masih bersih (egak banyak online
shop seperti sekarang ini) feed
yang ditampilkan juga berdasarkan waktu pengunggahannya.
Pada era itu media sosial yang sedang naik adalah BBM. Dimana sistem
operasi yang digunakan belum begitu mendukung penggunaan Instagram (atau udah ya?
Aku lupa hahaha...), yang jelas saat semua teman-temanku berbondong-bondong
menjadi konsumen BlackBerry aku
menjadi satu dari sedikit orang yang menggunakan android. Meskipun masih
pinjeman smartphone yang aku pakek. Seiring
dengan berjalannya waktu, pengguna android semakin banyak berbanding lurus
dengan penggunaan Instagram dan pengembangan yang ada pada aplikasi tersebut.
Pengembangan aplikasi itu juga tidak boleh dilepaskan dengan adanya pembelian
dari bos Facebook (pada tahun berapa aku lupa hahaha...).
Sampai akhirnya beberapa hari yang lalu (kurang lebih satu minggu) aku
memutuskan untuk berpisah sementara dengan Instagram. Bukan aku tidak suka
dengan Instagram, akan tetapi efek ketergantungan dengan media sosial ini
membuatku harus memilih berpisah sementara dengannya. Akupun juga bernah
berpisah dengan Twitter dan saat ini juga berpisah dengan Path. Sebenarnya ada
beberapa media sosial lain yang aku miliki tapi penggunaannya tidak terlalu
signifikan. Periscope, snapchat, dan apa lagi ya skype, mungkin media sosial
itu tidak atau memang benar-benar aku butuhkan, jadi hanya sekedar aku ingin
memiliki akun saja.
Jika kalian bertanya kenapa aku tidak menghapus akun Instagramku saja jika
memang aku merasa rugi? Menurutku terlalu sayang untuk menghapus sebuah media
sosial, karena di situ tersimpan kenangan-kenangan yang mungkin nanti ingin
kita lihat kembali. Seperti di Facebook, mungkin ada beberapa postinganku yang
saat ini jika dibaca atau dilihat lagi aku akan merasa malu, tapi postingan itu
tidak aku hapus tetapi aku ubah privasinya sehingga hanya aku saja yang dapat
mengaksesnya. Kalaupun suatu hari aku ingin memberikan akses secara terbuka
lagi maka aku hanya perlu merubah privasinya.
Mungkin aku memang sedang perlu menyegarkan diri dari media sosial yang
bernama Intagram agar apa yang aku nikmati, aku baca, aku lihat ini ada yang
baru dan berbeda. Akan seberapa lama aku dapat ‘pisah’ dengan Insta, mari kita
lihat hahaha
Terselesaikan
setelah menyangkut di menu draft sejak 14 Nov 17
Komentar