Permasalahan sosial yang menjadi perhatian Antropologi dalam pemberdayaan masyarakat

Oleh : Immas Putri A
 
Permasalahan yang menjadi perhatian Antropologi dalam pemberdayaan masyarakat adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-budaya. Dimana dalam memecahkan permasalahannya dilakukan dengan tanpa kekerasan. Hal ini dilakukan karena manusia sering kali tertutup atau menolak apabila pemecahan masalah dilakukan dengan kekerasan. Selain itu manusia juga sering kali tidak sadar akan kesalahan yang mereka lakukan. Salah satu cara untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah melalui wacana tandingan.
Wacana tandingan dibuat berdasarkan argumen dari sebuah program atau kebijakan yang telah ada. Program atau kebijakan tersebut dapat berasal dari pemerintah, swasta ataupun kelompok organisasi lainnya. Wacana tandingan ini memiliki tujuan untuk mengubah kesadaran semu (false consciousness) menjadi kesadaran kritis. Kesadaran semu merupakan suatu keadan –anggota kelas– yang tidak menggambarkan keadaan objektif. Kesadaran semu terjadi salah satunya karena adanya ketakutan untuk untuk melaporkan atau menegur pelaku pelanggaran. Oleh karenanya sebuah wacana tandingan harus dibuat oleh mereka yang benar-benar memiliki keberanian dan kesadaran akan sebuah kesalahan. Karena dalam membuat wacana tandingan tidak boleh lepas dari adanya saran-saran untuk perbaikan dan masukan dari sebuah program atau kebijakan.
Wacana tandingan ini dapat dibuat pada beberapa media seperti media massa baik media cetak –surat kabar, majalah dsb- atau pertelevisian.  Media sosial, merupakan media yang belakangan banyak digunakan oleh masyarakat dengan penyebaran berita yang cepat dan cukup mudah. Media sosial saat ini mungkin adalah salah satu media yang sangat mudah untuk membuat wacana tandinga, karena siapa saja dapat menyampaikan argumennya akan sesuatu yang dimana kemudian dapat dibuat menjadi besar –meledak– apabila banyak masyarakat yang memberikan respon –baik positif atau negati–. Kemudian ada forum komunitas dan kuliah, dua media ini mungkin sedikit lebih terbatas pada suatu kelompok masyarakat saja. Hal ini tidak lain karena adanya keterbatasan orang umum untuk dapat mengakses kedua media tersebut. Dari dua media tersebut nantinya masih diperlukan media lain untuk dapat menyampaikannya secara luas –jika diperlukan–, namun apabila wacana tersebut hanya sampai pada kalangan itu maka tidak menutup kemungkinan akan adanya kemandekan atau terputusnya arus informasi. 

Sebagai contohnya adalah adanya parade kebhinekaan yang dilaksanakan beberapan saat yang lalu. Hal itu terjadi karena semakin kencangnya isu perpecahan agama yang ada di masyarakat. Parade kebhinekaan dilaksanakan sebagai antitesis dari adanya parade atau demonstrasi keagamaan –Islam– yang terjadi di Jakarta dan beberapa kota besar. Parade kebhinekaan memiliki tujuan untuk mengingatkan kita kembali bahwa Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki keberagaman. Bukan sebuah bangsa yang hanya didimai oleh sekelompok masyarakat tertentu. Wacana tandingan ini hingga saat ini masih terus berlangsung. Meskipun sebenarnya akar dari permasalahan itu sudah dianggap selesai –cukup– dengan dipidanakannya Basuki Tjahaya Purnama.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan Formalis dan Substantif dalam Antropologi Ekonomi

Analisis Tema, Alur, dan Karakter Dalam Novel Perahu Kertas

Etika Makan Orang Jawa