Review Strategi Pemberdayaan Masyarakat


Oleh : Immas Putri A
 
Pemberdayaan merupakan salah satu hal yang harus dilakukan untuk menjadikan masyarakat lebih mandiri. Masyarakat tidak hanya menjadi penerima suatu kegiatan atau pelatihan guna mencari keuntungan dari adanya program pemberdayaan, tetapi masyarakat juga harus terlibat secara aktif dan menjadi penggerak akan berjalannya suatu program pemberdayaan. Dalam Antropologi, pemberdayaan tidak hanya tentang perkembangan ilmu pengetahuan akan tetapi juga terlibat untuk mencari solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat. Guna mencapai sebuah program pemberdayaan yang bagus–maksimal– diperlukan beberapa hal yang dapat menunjang pelaksanaannya. Diantaranya dimulai dengan wacana tandingan, penguatan kapasitas masyarakat, pengorganisasian masyarakat, advokasi, pendampingan, dan fundraising atau pendanaan.
Wacana tandingan dibuat berdasarkan argumen dari sebuah program atau kebijakan yang telah ada. Program atau kebijakan tersebut dapat berasal dari pemerintah, swasta ataupun kelompok organisasi lainnya. Wacana tandingan ini memiliki tujuan untuk mengubah kesadaran semu (false consciousness) menjadi kesadaran kritis. Kesadaran semu merupakan suatu keadan –anggota kelas– yang tidak menggambarkan keadaan objektif. Kesadaran semu terjadi salah satunya karena adanya ketakutan untuk untuk melaporkan atau menegur pelaku pelanggaran. Oleh karenanya sebuah wacana tandingan harus dibuat oleh mereka yang benar-benar memiliki keberanian dan kesadaran akan sebuah kesalahan. Karena dalam membuat wacana tandingan tidak boleh lepas dari adanya saran-saran untuk perbaikan dan masukan dari sebuah program atau kebijakan.
Wacana tandingan ini dapat dibuat pada beberapa media seperti media massa baik media cetak –surat kabar, majalah dsb- atau pertelevisian.  Media sosial, merupakan media yang belakangan banyak digunakan oleh masyarakat dengan penyebaran berita yang cepat dan cukup mudah. Media sosial saat ini mungkin adalah salah satu media yang sangat mudah untuk membuat wacana tandinga, karena siapa saja dapat menyampaikan argumennya akan sesuatu yang dimana kemudian dapat dibuat menjadi besar –meledak– apabila banyak masyarakat yang memberikan respon –baik positif atau negati–. Kemudian ada forum komunitas dan kuliah, dua media ini mungkin sedikit lebih terbatas pada suatu kelompok masyarakat saja. Hal ini tidak lain karena adanya keterbatasan orang umum untuk dapat mengakses kedua media tersebut. Dari dua media tersebut nantinya masih diperlukan media lain untuk dapat menyampaikannya secara luas –jika diperlukan–, namun apabila wacana tersebut hanya sampai pada kalangan itu maka tidak menutup kemungkinan akan adanya kemandekan atau terputusnya arus informasi.
Penguatan kapasitas diperlukan guna meningkatkan keahlina yang dimiliki oleh kelompok masyarakat. Penguatan kapasitas tidak hanya mengenai pengetahuan saja tetapi juga ketrampilan. Dengan adanya ketrampilan yang dimiliki oleh masyarakat mereka dapat melakukan berbagai terobosan guna mengoptimalkan berbagai sumber daya yang mereka miliki. Selain ketrampilan penguatan kapasitas dapat berasal dari menghidupan kembali pengetahuan lokal. Melalui pengetahuan lokal tersebut masyarakat dapat mencari dan menemukan berbagai kearifan lokal yang mereka miliki guna dioptimalkan untuk pemenuhan kehidupan yang lebih baik.
Setelah masyarakat memiliki kapasitas lalu dilakukan pengorganisasian masyarakat. Hal ini untuk melatih masyarakat agar dapat berdiri sendiri. Dengan adanya pengorganisasian tersebut diharapkan masyarakat dapat mengatur kehidupan kelompoknya secara mandiri. Salah satu hal yang harus diperhatikan terlebih dulu adalah penguatan konsolidasi kemlompok. Apabila kelompok masyarakat telah memiliki visi dan misi yang sama akan sebuah program pemberdayaan yang akan mereka laksanakan makan kedepannya tidak akan terlalu berat. Namun apabila dalam menjalankan sebuah program masyarakat masih memiliki beberapa pandangan yang berbeda makan akan susah untuk menjalankan program tersebut. Pemahaman yang sama sebelum pelaksanaan sebuah program sangat penting.
Selanjutnya adalah advokasi, hal ini masih berkaitan dengan adanya wacana tandingan. Karena di sinilah wacana tandingan yang telah ada tersebut akan dilanjutkan pada tahapan selanjutnya. Yaitu dengan memberikan wacana tandingan tersebut kepada pembuat kebijakan. Wacana tandingan yang telah ada kemudian dibentuk menjadi policy paper, policy brief, white paper ataupun academic draff. Kesemua bentuk wacana tandingan tersebut dapat diberikan kepada wakil rakyat atau pemerintah sebagai masukan atau pertimbangan sebuah kebijakan.
Selain itu juga dilakukan pendampingan kepada masyarakat untuk tetap melakukan penguatan kapasitas. Dalam hal ini masyarakat didorong untuk terus aktif dalam proses pemberdayaan. Hal ini dilakukan untuk mempercepat tercapainya kemandirian masyarakat dan tujuan program masyarakat. Pada tahapan selanjutnya adalah fundraising atau pendanaan. Ini merupakan bagian yang tidak kalah penting demi terlaksananya program. Pendanaan ini dibutuhkan untuk menjamin keberlanjutan, stabilan, memadai dan akuntabel. Karena pihak-pihak yang memberikann pendanaan seringkali atau pasti akan meminta pertanggung jawaban penggunaan keuangan. Beberapa sumber pendanaan ini adalah iuran yang berasal dari anggota pelaksana program; donasi publik, yang mana ini saat ini sedang banyak ada; melakukan kegiatan ekonomi wirausaha sosial; pendanaan dari pemerintah; pendanaan dari perusahaan yang diambil dari dana CSR; dan bantuan dari lembaga non-profit atau swasata –lembaga donor– baik dari nasional atapun internasional.


Itulah serangkaian tahapan yang garus dilakukan untuk dapat melakukan pemberdayaan pada masyarakat. Dibutuhkan sinergi dari berbagai pihak agar sebuah program pemberdayaan dapat dilaksanakan. Kesadaran dan partisipasi dari kelompk masyarakat sasaran program juga tidak kalah pentingnya. Sehingga dengan adanya kesamaan pemahaman akan pentinya pemberdayaan dapat mempercepat tercapainya tujuan yang telah ditentukan diawal.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan Formalis dan Substantif dalam Antropologi Ekonomi

Analisis Tema, Alur, dan Karakter Dalam Novel Perahu Kertas

Etika Makan Orang Jawa