Bulan Pengunjung Tahun

Layar 21 dan 5 inchi ternyata lebih menarik perhatian dari pada layar 15 inchi itu. Dia sudah teronggok di kursi pojok ruang sejak beberapa hari yang lalu. Aktivitas fisik lebih banyak ku lakukan di sini dari pada biasanya. Mungkin itu salah satu alasan yang paling logis kenapa dia tak tersentuh. Aku begitu sedih meninggalkan dia sesungguhnya, namun apa daya otak tak mampu mencerna semua yang ada di dalamnya.


Membuat orang sakit gigi seperti adalah keahlianku saat di sini. Terlalu banyak hal yang (harus) aku lakukan, dari satu tempat ke tempat yang lain setiap harinya. (Mungkin) aku tidak menginginkan untuk melakukan itu semua, tapi society membuatku harus melakukan itu. Terlahir di lingkungan dengan extended family terkadang membuatku bahagia tapi juga ada duka.


Sepertinya aku harus segera bangun dari mimpi indahku yang panjang dan kembali kepada kenyataan. Meski pun sesungguhnya aku hidup di dunia nyata. Pada akhirnya selalu bertanya kembali apa yang dicari? Sudah cukup kah pengorbanan yang selama ini dilakukan? Atau masih akan dilanjutkan? Lalu dengan pertanyaan ampuh terakhir, memilih egois atau mengalah dan merelakan? Sungguh pertanyaan yang susah untuk dijawab dalam sekejab.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan Formalis dan Substantif dalam Antropologi Ekonomi

Analisis Tema, Alur, dan Karakter Dalam Novel Perahu Kertas