Perempuan Dalam Pengungkapan Perasaan
Perempuan Dalam Pengungkapan Perasaan :
Analisis Kritik Sastra Feminis Dalam Novel Perahu Kertas
Dosen Pengampu :
Cahyaningrum Dewojati, S.S., M.Hum.
Oleh :
Immas Putri Agustin
14/363546/SA/17317
14/363546/SA/17317
Mata Kuliah Sastra Populer
Jurusan Antropologi Budaya
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
2015
Pendahuluan
Perahu Kertas merupakan salah satu novel karya Dewi Lestari yang terbit pada tahun April 2008. Pada awalnya novel ini dipublikasikan secara digital dalam versi WAP. WAP adalah sebuah protokol atau sebuah teknik messaging service yang memungkinkan sebuah telepon genggam digital atau terminal mobile yang mempunyai fasilitas WAP, melihat atau membaca isi sebuah situs di internet dalam sebuah format teks khusus (wikipedia). Sehingga pada awalnya novel tersebut tidak dipublikasikan secara cetak. Baru pada pertengahan 2009 Perahu Kertas diterbitkan dalam bentuk kertas.
Novel ini terbit berkat kerjasama antara Truedee Books dan Bentang Pustaka. Naskah dari novel ini telah ditulis mulai 1996 dan kembali ditulis ulang pada 2007. Sebetul dicetak dalam bentuk kertas novel ini telah memiliki banyak penggemar. Seperti yang dituliskan Dee pada blognya di bulan Agustus 2008 bahwa jumlah pelanggan novel digital ini telah mencapai 60.000. Setidaknya Dee telah melakukan tiga kali promosi ataupun bertemu pembaca semenjak Perahu Kertas diluncurkan dalam bentuk digital.
Perahu kertas ini merupakan novel keenam Dee. Dalam dunia tulis menulis Dee pernah menjadi nominasi-nominasi dalam berbagai ajang kepenulisan. Beberapa penghargaan yang pernah ia raih seperti Top 88 Most Influential Women in Indonesia (Globe Asia), The Most Outstanding Woman 2009 (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Kantor Berita Antara). Pada tahun 2009 Dee juga menjadi peringkat pertama dalam polling nasional “penulis Perempuan Paling Dikenal di Indonesia”.
Jenis cerita yang berbeda yang disajikan oleh Dee dalam novel ini juga menjadi tantangan tersendiri. Sebuah novel yang berlatar kehidupan remaja perkotaan menjadi tema utama yang diangkat dalam novel ini. Novel ini berbeda dengan karya-karya Dee yang lain. Dalam Novel ini di angkat kisah mengenai seorang remaja perempuan beserta konflik-konflik di lingkup remaja.
Dalam Novel Perahu Kertas ini cerita utamanya mengenai Kugy dan Keenan. Kugy merupakan seorang cewek Jakarta yang bebas. Kugy memiliki kegemaran menulis dongen, ia memiliki mimpi jika nantinya dia ingin menjadi seorang penulis dongeng. Disisi lain Kugy memiliki kebiasaan menghanyutkan perahu kertas di sungai ataupu laut saat ia ingin mencurahkan isi hatinya. Menurutnya dia adalah agen dari Neptunus yang dikirim ke bumi. Imajinasi-imajinasi yang dimiliki Kugy ini tidak banyak dipahami oleh orang-orang terdekatnya. Tetapi dia juga tidak dijauhi oleh teman-temannya.
Hingga suatu ketika saat Kugy telah pindah ke Bandung dia diajak temannya untuk menjemput saudara pacarnya. Disitulah kekonyolan lain yang dimiliki Kugy muncul, karena terlalu lama menunggu akhirnya Kugy mencari orang yang akan dijemput itu dengan menggunakan Radar Neptunus. Orang itu bernama Keenan. Dari Pertemuan itu Kugy dan Keenan semakin dekat dan merasa akrab. Hal itu tidak lain karena banyaknya kesamaan dan kenyamanan yang ada diantara keduanya.
Perahu Kertas merupakan salah satu dari sekian banyak novel yang mengangkat cerita dari sisi perempuan. Tokoh Kugy yang menjadi pusat dari cerita ini sendiri merupakan seorang perempuan muda yang mana sedang berada di bangku kuliah. Pada tahun 2000-an hingga saat ini novel-novel dengan tokoh utama perempuan sedang banyak digemari oleh masyarakat. Dalam tulisan ini penulis ingin melihat posisi perempuan yang terdapat dalam novel Perahu Kertas karangan Dewi Lestari.
Penokohan
Tokoh merupakan salah satu bagian yang sangat penting dalam sebuah cerita atau novel. Tokoh tersebut kemudian diberikan watak ataupun sifat oleh penulis baik secara langsung maupun melalui percakapan, interaksi atau kehidupan yang lainnya. Tokoh bisa menjadi sangat hidup dalam imajinasi seorang pembaca berkat kekuatan penulis dalam penggambarannya. Seperti yang ada dalam novel Perahu Kertas ini, sosok Kugy bisa menjadi hidup dan seolah benar-benar ada. Kugy dan Keenan tokoh dua tokoh yang menjadi pusat dalam cerita ini. Sama seperti kebanyakan novel-novel kebanyakan cerita percintaan yang tumbuh diantara keduanya menjadi konflik utamanya. Namun, kisah cinta iru tidak dapat berjalan dengan mulus, karena Kugy telah memiliki seorang pacar yaitu Joshua yang kemudian sering dipanggil dengan Ojos. Sedangkan Keenan kemudian dicomblangkan dengan Wanda. Wanda sendiri merupakan saudara dari Noni teman Kugy. Di bagian selanjutnya Keenan bertemu dengan Luhde seorang gadis Bali yang dikenalnya ketika belajar melukis di tempat Pak Wayan. Latar tempat dari novel ini sendiri berada di Bandung, Jakarta, Bali dan sedikit di Amsterdam.
- Kugy
Kugy merupakan seorang perempuan yang tertutup mengenai asmara. Hal ini digambarkan bahwa perempuan masih belum memiliki keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya kepada orang yang ia sukai. Hal itu menunjukkan adanya penggambaran dari perempuan Indonesia yang lekat dengan budaya Timur. Dimana perempuan dianggap kurang sopan ketika mengutarakan isi hatinya kepada lawan jenis. Sosok perempuan modern yang bebas belum tampak.
Imajinasi yang ia miliki boleh dikatakan tinggi. Imajinasi tersebut menjadi nilai tersendiri untuk Kugy dalam menulis dongeng-dongeng. Dari sini terlihat jika perempuan sudah tidak dibatasi lagi ketika mereka akan berkarya. Perempuan perkotaan telah memiliki kesempatan untuk dapat memiliki mimpi yang cukup besar. Mimpi Kugy untuk dapat menjadi seorang penulis juga bukanlah sebuah pekerjaan yang biasa bagi perempuan zaman dulu. Saat ini pekerjaan-pekerjaan itu telah dengan gampang dapat kita temukan.
Salah satu sifat yang dimiliki Kugy dan sangat menonjolkan citra perempuan modern adalah Kugy mampu menyelesaikan pendidikannya lebih cepat. Pada saat yang sama dia juga menjadi seorang relawan di Sakolah Alit. Hal ini menunjukkan bahwa perempuan sudah mampu untuk bekerja keras dan dapat membagi waktunya secara bersamaan. Dimana nantinya dunia kerja yang akan mereka jalani menuntut untuk terus berproses dengan berbagai tekan yang datang.
- Wanda
Wanda digambarkan sebagai perempuan yang jauh lebih modern daripada Kugy. Dari segi pendidikan Wanda merupakan mahasiswa luar negeri yang mana hal itu semakin menunjukkan bahwa perempuan modern memiliki kesempatan yang sama untuk dapat merasakan pendidikan dari mana saja. Pengalaman dan cara hidup Wanda selama di luar negeri juga memberikan pengaruh dipenggambaran berikutnya. Wanda yang kemudian dikenalkan dengan Keenan lalu menyukainya memiliki keberanian untuk mengungkapkan isi hatinya kepada Keenan.
Wanda juga berani membantu Keenan memasarkan hasil lukisan Keenan. Meskipun Keenan tidak mengetahui motif sesungguhnya kenapa Wanda bersedia membantunya. Keberanian Wanda untuk mendekati Keenan lebih dulu dan membantu Keenan adalah upaya Wanda untuk menarik perhatian Keenan. Perempuan modern digambarkan sebagai seorang yang berani dalam mengungkapkan isi hatinya.
Ambisius adalah salah satu hal yang banyak dimiliki oleh orang-orang modern. Itu juga yang terlihat dari sosok Wanda. Dia sangat berambisi untuk dekat dengan Keenan dengan berbagai cara. Seperti yang dijelaskan diatas, Wanda juga ingin membahagiakan Keenan dengan cara membantu menjualkan lukisan Keenan namun, ternyata lukisan itu dibeli oleh Wanda sendiri.
- Luhde
Perempuan desa yang ditemui Keenan ketika dia belajar melukis di Bali. Sosok gadis desa yang lugu dan sabar sangat terlihat pada diri Luhde. Dengan setia Luhde menemani hari-hari Keenan ketika belajar melukis di Bali. Luhde juga merupakan seorang perempuan yang dengan ikhlas merelakan laki-laki yang ia cintai untuk kembali bersama dengan perempuan yang selama ini dia sukai.
Kesimpulan
Sosok perempuan modern terlihat dari penokohan Kugy dan Wanda. Dua sosok yang dapat dikatakan memenuhi kriteria perempuan modern yaitu cerdas, berani, ambisius, dan pekerja keras. Perempuan modern juga identik dengan kehidupan kota dan percintaan. Kehidupan kota yang bebas dalam novel ini terlihat dengan seringnya Kuggy, Keenan, Eko dan Noni menghabiskan waktu bersama saat akhir pekan. Selain itu perempuan kota juga telah mampu meraih mimpi mereka untuk memperoleh pendidikan yang tinggi maupun bekerja.
Wanda yang berasal dari latar belakang keluarga kaya dan dapat menikmati pendidikan di luar negeri juga menunjukkan bahwa akses untuk mendapatkan pendidikan telah terbuka. Keberanian dia untuk mendekati Keenan sangatlah berlawanan dengan sosok Kugy yang masih belum berani mengungkapkan isi hatinya. Sedangkan Luhde sebagai perempuan desa juga sudah berbeda. luhde dengan berani menghampiri Keenan yang sedang berada di Jakarta. Dalam novel ini telah terlihat bahwa perempuan modern telah mampu mengejar cita-cita ataupun mimpi mereka tanpa terkengkang dengan berbagai aturan, baik dari keluarga maupun masyarakatnya.
Referensi
Dewojati, Cahyaningrum. 2015. Sastra Populer Indonesia.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Fitriyanti, Amalia. 2011. Citra Perempuan Dalam Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari: Analisis Kritik Sastra Feminis. Skripsi S1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Lestari, Dewi. 2009. Perahu Kertas. Bandung : Truedee Pustaka Sejati
Sumber lain
http://www.dee-55days.blogspot.co.id/
Komentar