Resume Artikel Basic Classical Ethnographic Research Methods

Oleh : Immas Putri A

Resume
Judul    : Basic Classical Ethnographic Research Methods
Secondary Data Analysis, Fieldwork, Observation/Participant Observation, and Informal and Semi‑structured Interviewing
Penulis : Tony L. Whitehead, Ph.D., MS.Hyg.



Secondary Data Analysis
Analisis data sekunder sangat diperlukan dalam penelitian etnografi. Sebelum penelitian dilakukan, biasanya peneliti mencari sumber-sumber awal informasi sebagai data awal untuk membuat hipotesis. Tony memiliki beberapa daftar sumber data sekunder diantaranya
·       Scholarly and popular (including media) publications and products.
·       Archival and statistical data found in various administrative sources at the national, state and local levels 
·       Other archival documents, such as maps, atlases, abstracts of titles, and title deeds;
·       Records and data collected by business, educational, health, social services, labor and professional associations, church records, and other entities that collect data for their particular missions;
·       Data collected in various types of directories, including telephone, local business directories, special ethnic publications;
·       Personal and Individual data, such as diaries, family histories, biographies and autobiographies, tombstones, etc.

Oleh karenanya seorang etnografer harus memiliki pengetahuan awal sebelum turun ke lapangan. Pengetahuan awal itu dapat diperoleh dari sumber online, organisasi atau lembaga terkait guna mencari data awal.

Fieldwork is an Essential Attribute of Ethnography

Wolcott (1995) defines fieldwork as a form of inquiry that requires a researcher to be immersed personally in the ongoing social activities of some individual or group carrying out the research.

Pendapat Wolcott itu dapat saya simpulkan sebagai penelitian partisipasi observasi, dimana si peneliti berada di tengah-tengah masyarakat yang ia teliti selama kurun waktu tertentu. Hal ini memungkinkan si peneliti dapat memperoleh data yang valid dan mendalam. Tony mengatakan bahwa bahwa etnografi sama dengan penelitian lain yang berdasarkan perspektif ontologi dan epistemologi tertentu. Menurut Tony terdapat beberapa atribut ataupun pendukung enografi yang penting ketika digunakan di lapangan diantaranya,
·       Ethnography is a holistic approach to the study of cultural systems.
·       Ethnography is the study of the socio‑cultural contexts, processes, and meanings within cultural systems.
·       Ethnography is the study of cultural systems from both emic and etic perspectives.
·       Ethnography is a process of discovery, making inferences, and continuing inquiries in an attempt to achieve emic validity.
·       Ethnography is an iterative process of learning episodes.
·       Ethnography is an open‑ended emergent learning process, and not a rigid investigator controlled experiment.
·       Ethnography is a highly flexible and creative process.
·       Ethnography is an interpretive, reflexive, and constructivist process.
·       Ethnography requires the daily and continuous recording of fieldnotes.
·       Ethnography presents the world of its host population in human contexts of thickly

A Conceptual Model for the Ethnographic Study of Cultural System: The Cultural Systems Paradigm (The CSP)
Yang menjadi atribut utama adalah konsep budaya dengan masalah yang kurang disepakati mengenai definisi konsep. Selanjutnya CSP memiliki konsep yang biasa disebut dengan Principle of Paradigmatic Flexibility. Konsep ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan ekspresi perilaku dan ideologi manusia yang mana itu menunjukkan bahwa studi budaya itu harus fleksibel. Prinsip selanjutnya adalah Principle of the Interrelationship between Socio-cultural Context, Processe, and Meaning System. Pada prinsip ini bertujuan untuk memahami mengapa perilaku dan cara bertahan manusia berkaitan dengan sosial budaya.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan Formalis dan Substantif dalam Antropologi Ekonomi

Oleh : Immas Putri A Dalam Antropologi Ekonomi terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji kegiatan ekonomi yang ada di masyarakat. Ketiga pendekatan tersebut adalah formal, substantif, dan marxis. Sebelumnya ahli antropologi memiliki kecenderungan untuk menggunakan pendekan formal dan substantif ini, hingga pada akhirnya mereka melakukan pengembangan pada pendekatan marxis.Pada tulisan ini akan dibahas mengenai pendekatan formal dan pendekatan substantif. Pendekatan formal dan substantif ini sangat dekat dengan masyarakat tradisional dan peasant atau petani. Pendekatan formal merupakan sebuah pendekatan yang dibangun dari teori-teori ekonomi neo-klasik. Dimana pada saat itu antropolog yang melakukan penelitian terkait ekonomi juga mengikuti perkembangan ilmu ekonomi yang lahir terlebih dahulu. Begitu juga dengan ahli ekonomi yang memiliki ketertarikan dengan sejarah perkembangan ekonomi masyarakat juga menaruh minat terhadap penelitian etnografi. Para ahli...
Baca selengkapnya

Analisis Tema, Alur, dan Karakter Dalam Novel Perahu Kertas

Oleh : Immas Putri Analisis Tema, Alur, dan Karakter Dalam Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari Tema Tema dari novel Perahu Kertas adalah percintaan yang dibalut dengan persahabatan dan keluarga.  Alur  Novel Perahu Kertas ditulis dengan menggunakan alur bercerita maju. Hal itu dapat kita lihat dari jalan cerita yang dimulai dari cerita Kugy yang memulai kehidupan perkuliahan dan berlanjut hingga dia menyelesaikan perkuliahannya.  Pengenalan : Kugy dan Keenan dipertemukan secara tidak sengaja dan mereka menempuh pendidikan di perguruan tinggi yang sama. Konflik Awal : Kugy mulai memiliki rasa suka pada Keenan namun dia masih memiliki pacar. Sedangkan Keenan juga memiliki rasa yang sama namun tidak berani mengungkapkan karena Kugy telah memiliki pacar. Klimaks : Kugy tidak datang pada pesta ulang tahun Noni karena dia tidak ingin melihat kemesraan antara Keenan dan Wanda. Namun, Keenan merasa kecewa dengan Wanda karena dia ...
Baca selengkapnya

Etika Makan Orang Jawa

Oleh : Immas Putri A Dahulu orang Jawa tidak memiliki peralatan makan. Mereka mengunakan piring yang terbuat dari tanah liat. Ketika akan menggunakan piring itu mereka terlebih dahulu melapisi dengan sehelai daun pisang agar makanannya tidak kotor. Oleh karena itu orang jawa menggunakan tangan saat makan. Berbeda dengan saat ini, dimana kita dapat dengan mudah menemukan piring yang terbuat dari keramik dan sendok yang bisa dijumpai pdimana-mana karena itu sekarang orang jawa makan dengan sendok.   Orang Jawa merupakan masyrakat yang agraris sehingga mereka tidak memiliki ruang makan. Itulah yang menyebabkan orang jawa tidak terbiasa makan diruang makan dan umumnya mereka makan dimana-mana sesukanya. Namun, mereka juga mempunyai tempat-tempat yang tidak boleh digunakan untuk makan seperti, ruang tamu, kamar tidur, dan juga didepan pintu. Dengan alasan ruang tamu itu adalah tempat bertamu, kamar tidur untuk beristirahat. Dan mitosnya jika kita makan didepan pintu maka akan mengh...
Baca selengkapnya