Review The End of Anthropology, Again: On the Future of an In/Discipline

Oleh : Immas Putri 
Penulis artikel John Comaroff

Sama seperti ilmu-ilmu pengetahuan yang lain, antropologi juga mengalami perkembangan. Perkembangan antropologi yang pertama terjadi sekitar abad ke 15 ketika orang-orang Eropa Barat tertarik pada budaya masyarakat Afrika, Asia, dan Amerika. Orang-orang Eropa menuliskan budaya dari masyarakat setempat menjadi sebuah buku. Budaya itu dapat terdiri dari adat-istiadat, susunan masyarakat, dan ciri fisik manusia. Bahan dari deskripsi tulisan itu disebut etnografi.
Jika dilihat dari budaya yang pernah ditulis oleh orang Eropa Barat, antropologi itu memiliki ruang lingkup yang luas. Menurut Koentjaraningrat (2009: 165) kebudayaan itu memiliki tujuh unsur yaitu 1) bahasa; 2) sistem pengetahuan; 3) organisasi sosial; 4) sistem peralatan dan teknologi; 5) sistem mata pencaharian hidup; 6) sistem religi; dan 7) kesenian. Sedangkan menurut Ahimsa-Putra (2013) kebudayaan itu memilik sepuluh unsur diantaranya 1) keagamaan; 2) klasifikasi; 3) komunikasi; 4) permainan; 5) pelestarian; 6) organisasi; 7) kesehatan; 8) ekonomi; 9) kesenian; 10) transpotasi.
Dilihat dari dua pendapat tokoh antropologi mengenai unsur kebudayaan maka tidaklah mengherankan jika ilmu antropologi memiliki cakupan ilmu yang luas. Ilmu antropologi tidak hanya mengenai sisi sosialnya tetapi juga pada sisi yang lain. Contohnya pada kesehatan, kesehatan yang pada dasarnya merupakan ilmu sains dapat dipelajari oleh seorang antropolog yang sedang memperdalam ilmunya pada kesehatan suatu masyarakat. Disitu pada saat berda ditengah-tengah masyarakat maka dia harus dapat menggunakan ilmu sosial dan juga ilmu kesehatannya.
Dari situlah muncul banyak pertanyaan tentang apa sebenarnya antropologi itu? Banyak orang –terutama di Indonesia- yang belum begitu mengerti tentang antropologi. Mereka masih banyak mengira jika antropologi itu adalah arkeologi, astronomi, ataupun anatomi. Memang antropologi juga mempelajari tentamg manusia zaman pra-sejarah dan juga bagian tubuh manusia –antropologi fisik- akan tetapi hal itu belum dapat menjelaskan dengan tepat apa antropologi itu sendiri.
Antropologi masih menjadi ilmu yang kurang menjadi perhatian masyarakat Indonesia, menurut saya karena pada tingkat sekolah menengah ilmu itu hanya di pelajari oleh satu jurusan saja yaitu jurusan bahasa. Sedangkan mereka yang mempelajari ilmu sosial tidak mendapat pelajaran antropologi. Padahal menurut saya mereka yang mempelajari ilmu sosial juga berhak untuk mendapatkan mata pelajaran itu, karena ilmu-Ilmu yang ada disana juga berkaitan dengan masyarakat secara luas. Dari situlah muncul krisis tentang bagaimana kelanjutan ilmu antopologi ini kedepannya?
Semua ilmu pengetahuan tidak ada yang dapat berdiri sendiri, begitupun dengan antropologi. Antropologi dapat berkembang seperti sekarang ini juga berkat perkembangan ilmu-ilmu yang lain. Dan antropologi masih akan terus berkembang seperti ilmu-ilmu yang lain.


Daftar Pustaka
Ahimsa-Putra, H.S. 2013. “Budaya Bangsa, Jati Diri dan Integrasi Nasional”, JEJAK NUSANTARA : Jurnal Sejarah dan Nilai Budaya. Th I.
Comaroff, John. 2014. “The End of Anthropology, Again: On the Future of an In/Discipline”, dalam Henrietta L. Moore dan Todd Sanders (ed.), Antropology in Theory. Oxford: Wiley Blackwell.
Koentjaraningrat. 2009.”Kebudaya”, dalam Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT Rineka Cipta

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan Formalis dan Substantif dalam Antropologi Ekonomi

Analisis Tema, Alur, dan Karakter Dalam Novel Perahu Kertas